Di dalam kamar, setelah pelayan mengoleskan obat di cedera Sonia, Vera memberi isyarat mata kepada mereka untuk meninggalkan ruangan.Seiring pintu kamar ditutup, hanya tersisa mereka berdua di dalam kamar. Kali ini, Vera baru bertanya dengan wajah serius, “Apa benar kamu sudah hamil?”“Emm.” Sonia mengangguk. “Aku ada hasil pemeriksaan di rumah sakit. Kalau kamu butuh, aku ….”“Nggak usah,” sela Vera, kemudian berkata dengan nada ketus, “Seharusnya kamu juga nggak bakal berani menggunakan hal seperti itu untuk membohongi kami.”Lima tahun lalu, Vera memaksa Mandy untuk menggugurkan anak Sandy. Sekarang, Vera juga sudah sampai ke usianya menjadi nenek.Ketika melihat Sandy masih belum memiliki pemikiran untuk beristri apalagi beranak, Vera sungguh menyesali keputusannya waktu itu. Sekarang, Sandy sudah menikah dan istrinya sedang mengandung. Jika Sandy bercerai dengan Sonia, entah kapan Vera bisa menjadi seorang nenek.Kepikiran hal ini, Vera mendengus dingin. “Kamu cukup beruntung, ma
Melalui pertimbangan para petinggi dan juga pemegang saham, Ferdy berhasil menduduki posisi presdir Milano Group kembali.Rapat telah berakhir. Setelah semua orang membubarkan diri, Yunita baru bertanya, “Apa rencanamu sekarang? Apa kamu ingin meminta pihak kepolisian untuk mengusut kembali masalah Pak Sandy? Apa kamu ingin menggugatnya?”Ferdy memandang ke luar jendela. Entah apa yang dipikirkannya. Beberapa saat kemudian, dia baru bersuara, “Sepertinya Kakek nggak ingin melihat akhir seperti ini.”Kening Yunita spontan berkerut. “Apa kamu ingin melepaskan Pak Sandy begitu saja? Itu sama saja kamu melepaskan orang jahat.”Sebenarnya Yunita juga tidak bersedia melihat pertengkaran di antara kedua saudara. Namun kali ini, Sandy yang mengalami pukulan berat itu pasti akan memendam rasa benci di hatinya. Jika Sandy dibiarkan begitu saja, bisa jadi dia akan memendam rencana baru lagi.Ferdy tahu apa yang dikhawatirkan Yunita. Hanya saja, dia tidak tahu semua yang terjadi ini adalah jebaka
“Maksudku, Sonia nggak mengkhianatimu. Video itu kelihatannya seperti sedang siaran langsung, tapi kenyataannya adalah hasil editan. Teknik orang itu sangat hebat. Jadi, nggak ada yang bisa menyadari ada editan dalam video itu.”Nada bicara Malcolm sangat datar. “Tapi, meskipun kamu membuktikan bahwa rekaman itu palsu, reaksimu di dalam acara malam hari itu sudah menyatakan segalanya.”“Apa?” Sandy merasa syok. “Itu … bukannya itu ….”Saat ini, ketika kepikiran dengan ucapan Sonia waktu itu, akhirnya Sandy pun mengerti! Rencana mereka bisa berhasil karena mereka memanfaatkan rasa bersalah di hati Sandy dan juga rasa tidak percaya Sandy terhadap Sonia!“Rendahan!” Sandy sungguh gusar. Dia menggebrak meja dengan kuat. Raut wajahnya kelihatan sangat muram.Malcolm melihat Sandy dengan tatapan risi. Hanya saja, jika Sandy lebih berwaspada lagi, dia pasti akan menyadari bahwa gerakan mulut Sonia berbeda dengan apa yang dikatakannya. Sayangnya, semua sudah terlambat.Kali ini, Sandy sudah ka
Chelsea spontan tersenyum, lalu menempelkan ponsel ke sisi telinga. “Belakangan ini Pak Ferdy sibuk sekali, ya?”“Apa kamu merindukanku?” tanya Ferdy dengan blak-blakan. Dia sedang tersenyum saat ini.Jantung Chelsea berdegup kencang. Dia membalas dengan sedikit kesal, “Aku juga sibuk. Jadi, otakku nggak kuisi dengan hal yang nggak penting.”“Aku sangat merindukanmu,” tambah Ferdy dengan langsung, “Aku juga merindukan Timothy.”Chelsea sungguh kehabisan kata-kata. Dia hanya bisa membalas dengan terdiam saja.Malam hari ini sangat hening. Setelah mendengar suara lembut dari ujung telepon, tatapan Ferdy kelihatan lebih lembut.“Sudah lama aku nggak bekerja di Milano Group. Ada banyak pekerjaan yang mesti aku pelajari dari Tante Yunita. Jadi, belakangan ini aku nggak bisa pergi mencari kalian.”“Nggak apa-apa.” Chelsea duduk di sofa dengan meregangkan tubuhnya. “Aku lupa untuk beri selamat kepadamu.”“Semua ini juga berkat kamu.” Ferdy tertegun sejenak. “Jadi, seharusnya aku berterima kas
Satu minggu kemudian, di rumah sakit ibu dan anak.Sonia mengenakan kacamata hitam dan masker berjalan keluar ruangan. Cedera di wajahnya memang telah membaik, tapi masih terlihat memar yang cukup mencolok mata.Tadi pagi, sebenarnya Vera ingin pergi ke rumah sakit bersama dengan Sonia. Setelah melihat cedera di wajahnya, Vera merasa malu. Jadi, dia berubah pikiran. Pada akhirnya, Sonia pergi ke rumah sakit sendiri.Dihitung dari tanggal haid terakhir, sekarang usia kehamilan Sonia sudah masuk minggu keenam. Dia bisa mengamati perkembangan janin melalui pemeriksaan USG.Sonia berbaring di atas ranjang. Dia mulai merasa gugup ketika dokter meletakkan alat di bagian perutnya.Saat dokter tidak berbicara, hati Sonia semakin kalut lagi. Dia bertanya dengan suara kecil, “Dok, gimana kondisi anak?”“Masih belum ada detak jantung. Kondisinya tergolong nggak begitu bagus. Nanti kamu perlihatkan hasil pemeriksaan ini kepada dokter. Ada juga kemungkinan perkembangan janinnya agak lambat.”Sembar
Pada saat bersamaan, kabar anak Sonia tidak memiliki detak jantung telah tersebar sampai ke telinga Chelsea.Malam hari itu, Olivia menerima panggilan dari Chelsea. Chelsea meminta bantuannya untuk mengatur kenalannya untuk memantau Sonia, lalu memberikan kabar itu kepadanya.Jadi, begitu Sonia melakukan pemeriksaan di rumah sakit ibu dan anak, Olivia pun menghubunginya. Suara Olivia di ujung telepon itu kedengaran sangat gembira. “Apa kataku, mana mungkin Sonia bisa tinggal di Kediaman Keluarga Milano? Ternyata dia mengandung anak Sandy!”“Anak itu adalah penyelamat bagi Sonia. Kalau terjadi apa-apa dengannya, bukankah riwayat Sonia akan berakhir? Wah! Bahkan ketika membayangkan saja, aku pun merasa gembira!”Sebelum menelepon, Olivia telah mengirim hasil laporan pemeriksaan Sonia kepada Chelsea. Chelsea bisa membaca laporan tersebut. Nilai yang tercantum di atas laporan sangat tidak optimis. Tidaklah gampang untuk bisa mempertahankan anak di dalam kandungannya.“Setelah Sonia membaw
“Aku lupa dengan namanya, tapi ….” Hannah mengernyitkan keningnya. “Wibawa pria itu cukup kuat.”Hannah kenal dengan banyak orang dari kalangan atas. Hanya saja, dia tidak pernah bertemu dengan orang yang memiliki wibawa sekuat pria itu. Wibawanya membuat orang-orang spontan merasa takut.“Apa dia mengenakan gelang tasbih di tangannya?” tanya Chelsea lagi.Hannah mengenang kembali. “Iya, benar.”“Iya, dia orangnya.” Chelsea diam-diam menghela napas ringan. Untung saja, Chelsea sempat berpesan kepada Hannah sebelumnya. Jika tidak, pasti akan terjadi masalah serius.“Maksudmu, dia juga berasal dari Keluarga Soraya ….” Hannah kepikiran dengan putra Erma yang pernah diungkit Chelsea sebelumnya. “Jangan-jangan orang itu adalah orang yang kamu ceritakan sebelumnya?”“Emm.” Chelsea mengangguk.“Apa ….” Kening Hannah berkerut. Dia berkata dengan suara ringan, “Sebenarnya, waktu itu masih ada 1 hal yang belum sempat aku beri tahu kamu, tapi kamu sudah terlanjur pergi. Aku pun nggak menemukan ke
Chelsea duduk di hadapan Malcolm. Dia juga tidak berbasa-basi lagi, langsung berterus terang.“Kamu membenciku, lalu melawanku. Apa semua itu karena keluargaku?”“Betul sekali,” balas Malcolm dengan blak-blakan, “Dia matinya terlalu cepat. Jadi, terpaksa kamu mesti membayar utangnya terhadap mamaku dan aku. Apa ada yang salah?”“Kamu ….” Chelsea kehabisan kata-kata. Dia menatap Malcolm dengan mengerutkan keningnya. “Apa yang Erma katakan kepadamu waktu itu?”Malcolm tersenyum. “Apa Hannah nggak jelasin ke kamu? Apa kamu nggak tahu bagaimana Tua Bangka itu memperlakukan mamaku waktu itu?”Pada saat ini, pelayan datang untuk mengantar segelas teh susu.Malcolm mengambil teh susu, lalu bersandar di bangkunya. Dia menatap Chelsea dengan acuh tak acuh.“Waktu itu, si Tua Bangka mengutus anak buahnya untuk mengusir aku dan mamaku ke perbatasan. Dia ingin memaksa kami ke jalan buntu. Baginya, keberadaan kami adalah noda di dalam hidupnya. Dia nggak bersedia untuk melihat kami lagi.” Malcolm p
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me