Sejak Chelsea siuman, kondisinya sudah semakin membaik. Setelah bisa menuruni ranjang, Chelsea sering membantu suster untuk mengobati korban luka di rumah sakit.Meski Chelsea merasa sibuk, tetap terlihat senyuman di wajahnya. Ferdy juga tidak menghalanginya, melainkan menemani di sisinya sembari membantunya.Hanya saja, Chelsea juga tidak pernah mengungkit mimpi buruk itu lagi. Masalah itu seolah-olah kembali menghilang dari benaknya saja. Tentu saja Ferdy juga tidak menanyakan masalah itu.Lantaran mengobati banyak orang di rumah sakit, orang yang dikenal Chelsea juga semakin banyak lagi. Saat berjalan melewati koridor, sering ada orang yang menyapanya. Bahkan, suster dan dokter hampir lupa bahwa Chelsea adalah seorang pasien.Pada malam hari, saat Chelsea kembali ke kamar pasien, Ferdy sedang berdiri di depan jendela sembari menelepon.Chelsea memperlambat langkah kakinya, tetapi tetap saja ketahuan oleh Ferdy. Ferdy menoleh untuk menatapnya. Setelah berpesan terhadap orang di ujung
Sebutir peluru melayang menembus pundak pria tersebut! Dia menjerit kesakitan, lalu jatuh tergeletak di belakang. Darah segar merembes pakaian yang dikenakannya.Chelsea segera memapahnya. Saat ini, Chelsea baru menyadari ternyata orang yang menyelamatkannya hanyalah seorang pemuda yang berumur sekitar 17 tahun saja. Jelas sekali peluru itu ditujukan kepada diri Chelsea! Kenapa pemuda ini malah membantu Chelsea?Tanpa berpikir panjang, Chelsea langsung membawa pemuda ke ujung ruangan untuk menghindar dari sasaran pembunuh.Darah masih tak berhenti mengalir dari luka di tubuh pemuda. Chelsea berusaha untuk menghentikan darah di pundak dengan sepotong kain.Tak disangka, pemuda itu malah menahan tangan Chelsea, lalu menjerit dengan sisa tenaganya. Ucapan yang dilontarkannya menggunakan bahasa daerah. Chelsea tidak tahu maksud dari ucapan si pemuda. Hanya saja, ada orang di koridor yang memahaminya. Tiba-tiba di menjerit dengan emosi tinggi.Dalam hitungan detik, suara pistol dan suara j
Selanjutnya, Ferdy menyuruh anggotanya untuk membawa pergi pembunuh-pembunuh itu dari rumah sakit. Mereka semua dikurung di dalam sebuah gedung di sekitar.Di dalam ruangan, si anggota tim evakuasi berjongkok sembari memainkan pistol hasil sitaannya. Ketika mendengar ada suara buka pintu, dia menoleh. “Bu Yola, Pak Ferdy.”Mereka berdua memasuki ruangan. Chelsea mengambil salah sebuah pistol, lalu menarik pelatuk, dan langsung menodongnya di kepala pembunuh itu.“Siapa yang memerintahmu untuk beraksi di rumah sakit?” Suara tanya Chelsea sangat dingin. Terlintas ekspresi membunuh di wajahnya. Chelsea bukan marah karena orang-orang ini melakukan tindak kejahatan demi mendapatkan uang, melainkan marah karena perbuatan mereka telah melukai orang tidak bersalah.Orang-orang di rumah sakit telah menerima pukulan besar akibat gempa bumi. Sekarang, mereka malah menerima pukulan baru lagi! Orang-orang ini memang pantas untuk mati!Pembunuh tidak berbicara. Sepertinya dia mengira Chelsea tidak a
Setelah berjalan keluar kamar pasien, Chelsea menarik tangan Ferdy. “Apa yang kalian katakan tadi?”“Aku bilang kamu datang buat minta maaf.” Ferdy menggandeng tangan Chelsea, membawanya meninggalkan tempat. “Ayahnya anak itu menolak. Katanya, justru anaknya merasa bangga bisa menyelamatkanmu. Kalau dia menerima permintaan maaf darimu, sepertinya Tuhan juga nggak akan memaafkan mereka.”Chelsea terbengong. “Tapi ….”Ketika kepikiran dengan gambaran si pemuda mengadang di hadapan Chelsea, da seolah-olah kepikiran dengan anggota timnya yang gugur demi menyelamatkannya ….Rasa penyesalan yang dipendam Chelsea selama ini kembali membaluti hatinya. Dia menunduk, lalu berkata dengan lara, “Aku nggak berharap dia menyelamatkanku. Aku sudah menanggung banyak utang budi. Seumur hidupku, aku juga nggak akan bisa melunasinya.”Langkah kaki Ferdy berhenti. Mereka berdua berhenti di depan jendela. Cahaya rembulan menyinar ke sisi mereka.“Apa kamu pernah berpikir, sebenarnya mereka juga nggak ingin
Pesawat mendarat di bandara Negara Tewana dengan tepat waktu. Chelsea dan Ferdy pulang bersama hari ini.Pada saat yang sama, anggota tim Hope yang atur Chelsea juga sudah tiba di Negara Tewana dengan lancar. Selanjutnya, mereka akan menggantikan Chelsea untuk mengobati korban bencana di Negara Tewana.Saat hendak memasuki pesawat, Chelsea menerima panggilan dari Calvin. Dia sedang berkoordinasi masalah pekerjaan tim medis.“Apa Pak Ferdy lagi di sampingmu?” Tiba-tiba Calvin bertanya.Chelsea melihat Ferdy yang berdiri tidak jauh dari sisinya. “Kamu bisa katakan apa yang ingin kamu katakan. Dia nggak akan kedengaran.”“Oke, aku hanya ingin bilang, jari tangan Pak Antoni sudah mulai merespons, tapi hanya sebentar saja. Sekarang jari tangannya nggak bergerak lagi.” Calvin menghela napas. “Aku bahkan mulai curiga apa penglihatanku rabun. Tapi aku merasa nggak ada yang salah di saat pemeriksaan.”“Kenapa Kakek berbicara seperti ini? Sekarang kondisimu sangat bugar. Kamu itu pilar dalam Hop
Selama beberapa waktu ini, nama Sonia terus disorot media. Awalnya, Sonia ingin memanfaatkan ketenaran duta merek Niady Jewelry untuk menciptakan citra baru dengan kecantikan dan bakatnya. Kemudian, dia akan mengikuti beberapa acara bisnis untuk mendapatkan sorotan media dan menampilkan diri sebagai sosialita kaya. Trending topic malam hari ini adalah tentang Sonia menyumbangkan 100 miliar untuk membantu mahasiswa di daerah terpencil.Akun resmi Niady Jewelry sengaja memosting surat terima kasih tulisan tangan dari para mahasiswa di media sosial. Mereka menyebut Sonia sebagai bos yang suka berbuat baik tanpa ingin memublikasikannya. Editor akun resmi Niady Jewelry mengatakan bahwa jika tidak ada surat tulisan tangan dikirim ke studio, mungkin tidak ada yang tahu bahwa Sonia telah melakukan perbuatan baik sebesar ini. Cara mereka memamerkan kegiatan amal memang sangat hebat.Namun, warganet malah sangat kemakan berita seperti ini. Mereka semua memaki suara yang meragukan Sonia.[ Mem
“Bu Chelsea, aku sudah berhasil menyelidiki 1 karyawan yang berhubungan dengan Erma.”Kepala departemen personalia tersenyum seolah-olah ingin menagih pujian saja. Dia menyerahkan dokumen ke hadapan Chelsea. “Coba Ibu lihat data karyawan ini.”Chelsea membuka dokumen, lalu tampak foto yang sudah menguning. Wanita yang bernama Hannah ini kelihatan seperti seorang wanita yang lemah lembut. Setelah dihitung-hitung, seharusnya dia sudah berumur sekitar 60 tahun.Chelsea mengangkat kepala untuk melihat ke sisi kepala departemen. “Bagaimana kamu bisa memastikan dia memiliki hubungan dengan Erma?”“Sebelumnya aku sudah menyusun daftar nama karyawan berdasarkan tahun kerja. Awalnya aku ingin melaporkannya kepada Ibu, tapi Ibu tiba-tiba meninggalkan perusahaan. Jadi, aku terpaksa mengutus anak buahku untuk menyelidikinya.”Tadinya kepala departemen personalia merasa sangat pesimis dengan pencarian yang tak berujung ini. Siapa sangka, dia benar-benar berhasil menghubungi salah seorang karyawan d
Chelsea menoleh untuk menatap Sonia. Keningnya sedikit berkerut. Kenapa bisa bertemu dia di sini?Sonia dapat menebak pemikiran Chelsea. Ujung bibirnya melengkung ke atas. Dia berkata dengan nada bangga, “Ini pameran lukisan Hannah. Kamu saja boleh ke sini, kenapa aku nggak boleh? Kebetulan kurang 1 lukisan di rumah baruku dengan Sandy. Coba bantu aku untuk melihatnya.”Saat mendengar ucapan itu, orang yang tidak tahu apa-apa mengira kehidupan Sonia sangat bahagia. Chelsea malah sangat jelas. Dia merasa Sonia sangat polos dan juga malang.Chelsea mengangkat-angkat alisnya. “Oh? Kenapa Pak Sandy nggak datang bersamamu? Memangnya cuma kamu saja yang tinggal di rumah baru itu? Kenapa dia malah nggak perhatian?”Sonia terdiam sejenak. Rautnya kelihatan muram. “Namanya dia dengar semua ucapanku. Yang penting aku suka.”“Oh, ya?” Chelsea tersenyum.Amarah di hati Sonia seketika meluap. Saat dia hendak bersuara, tampak seorang staf menarik Chelsea. Staf itu berbisik di telinga Chelsea, “Bu C