Wanita cantik keluar dari taksi online yang membawanya ke rumah mewah di depannya.Tidak ada cara lain yang bisa di lakukan olehnya selain datang seorang diri untuk menemui wanita yang sebentar lagi menjadi ibu mertuanya."Selamat pagi Tante, ups. Maksudku calon Mama mertua. Bagaimana kabar Mama? Aku bawa makanan kesukaan Mama," Intan memberikan paper bag yang berisikan makanan kesukaan Rosa yang ia beli dari salah satu restoran kesukaan ibu mertuanya."Untuk apa kamu datang ke sini?"Rosa bertanya dengan datar. Kebenciannya pada Intan telah memenuhi rongga dadanya."Pergilah aku tidak ingin melihat kamu ada di sini." Lanjutnya."Aku tidak akan pergi dari sini. Aku akan tetap meminta restu dari Mama untuk menerima aku sebagai menantu Mama. Seperti yang Mama lakukan pada kedua orang tuaku melamar Pelangi untuk Rizky begitu juga dengan apa yang aku lakukan ini untuk meminta Mama merestui dan menerima aku.""Kalian tidak sama. Jangankan untuk meminta maaf jika aku disuruh untuk berlutut di
Keceriaan mereka hilang seketika dua orang berdiri di sana wajah mereka terlihat begitu lelah setelah perjalanan yang memakan waktu kurang dari empat jam.Intan yang menyadari adanya Pelangi dengan manja bergelayut di lengan Langit."Kamu ada di sini juga Pelangi? Wah. Kebetulan ada yang ingin kami bicarakan nanti. Benarkan mas?" Intan menggoyangkan lengan Langit.Menyadari adanya Pelangi bersama dengan orang tuanya Langit berusaha untuk melepaskan tangan Intan yang menggabit lengannya kuat."A– assalamualaikum, Abah, Umi." Langit melepaskan tangan Intan kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Meraih tangan Abah dan Umi walau di tolak secara halus oleh mereka."Tangan kami kotor, duduklah di depan. Kami akan kesana nanti." Melihat Langit mengangguk Abah dan Umi sontak menoleh kearah Pelangi wajah cerianya hilang walau senyum itu masih ada di sana."Nak kamu baik-baik saja?" Umi mengusap punggung putrinya dengan lembut. Sebagai seorang wanita tentu Umi tahu apa yang dirasakan oleh Pelan
Kecanggungan terjadi antara Langit pada Abah pria yang yang menjadi wali untuk istrinya Pelangi dan kini harus menjadi wali untuk kedua kalinya untuk putrinya yang lain."Abah, saya minta maaf. Semua di luar kendali saya. Mungkin ini adalah takdir yang harus saya hadapi bukan hanya saya tapi kita semua.""Apa kamu sudah siap untuk kembali berumah tangga dengan Putri Abah yang lain? Apa kamu sudah tanyakan pada hati kamu, bagaimana perasaan wanita yang masih berstatus sebagai istrimu melihat laki-laki yang sudah menuduhnya berselingkuh tapi faktanya yang berteriak selingkuh itu sendiri yang akan menikah lebih dulu.""Abah, saya tahu apa yang terjadi dengan saya kejadian saya dengan Intan di luar kendali saya dan pada saat itu hubungi rumah tangga–" langit menundukkan kepalanya tidak tahu harus berbicara dari mana untuk memulai semua kisah yang terjadi dalam hidupnya yang tiba-tiba berubah begitu drastis.Menjatuhkan talak pada istrinya tanpa berpikir tanpa mencari tahu letak kesalahan
Susana di rumah terasa sepi Abah dan Umi memilih tidur setelah menyiapkan acara untuk esok hari. Dan Eris tidur usai shalat isya.Berbeda dengan dirinya yang kesulitan untuk memejamkan mata. Hatinya yang gelisah membawanya untuk kembali dengan kenangan yang sudah berlalu."Astaghfirullahaladzim, kenapa aku mikir yang tidak penting." Memilih untuk melakukan shalat malam agar hatinya kembali tenang. Suara adzan subuh terdengar Pelangi sudah siap untuk ke masjid bersama dengan Eris yang kali ini terbangun tanpa harus di bangunkan.Sejak adanya Pelangi, Eris lebih manja pada Pelangi tidak mempermasalahkan hal itu karena ia sudah sangat menganggap Eris adalah adiknya."Pelangi, wanita ular itu tidak diajak ke masjid?" Eris menghentikan langkahnya saat berada di depan kamar Intan."Teh Intan tidak akan pergi. Kita tidak perlu bangunkan. Lagi pula kita tidak perlu mengajaknya karena teh Intan akan shalat di rumah. Ayok! Umi sama Abah sudah menunggu kita di masjid.""Dasar pemalas!""Bersih
"Mas, kenapa?" Arman terkejut mendengar suara Langit yang tinggi."Nggak, nggak apa-apa. Lalu bagaimana dengan Pelangi sendiri apakah dia menerima ta'aruf ini? Bukankah kamu sendiri bilang jika Pelangi belum percaya resmi dengan mantan suaminya?" Langit bertanya dengan suara bergetar walau berusaha untuk menetralkannya namun suara itu tetap sama."Seperti yang sudah kukatakan Mas kalau teh Pelangi itu gampang-gampang susah tapi teh Pelangi Tidak mungkin mengambil keputusan dengan tergesa. Beliau selalu memikirkan langkah ke depannya terlebih saat ini beliau baru saja mengalami kegagalan dalam rumah tangganya tidak mungkin dengan mudah melupakan begitu saja. Tapi Pelangi menerima taaruf dari pria lain." Pengakuan dari Arman membuat hati Langit lega bahwa Pelangi menolak ta'aruf dari pria yang datang secara langsung dari Kairo meskipun berdarah Indonesia namun pria yang tidak di ketahui namanya menetap di sana. Sampai membuat Langit merasa ada sesuatu yang keras menghantam dadanya."As
Waktu berjalan tanpa terasa dua bulan sudah rumah tangga Intan dengan Langit. Kehidupan yang di warnai dengan pertengkaran demi pertengkaran di antara mereka. Tidak jarang Langit memilih tidur di apartemen dan Intan di rumah mewah."Pulang juga kamu mas! Tiga hari kamu kemana aja? Kamu lupa jika kamu memiliki istri yang sedang hamil di rumah sendiri dan kamu memilih pergi dan tidur di apartemen tanpa merasa khawatir dengan kondisiku yang seperti ini." Intan mengikuti langkah Langit yang masuk ke dalam kamar."Intan sebaiknya kamu bereskan saja pakaian kamu. Aku akan mengantar kamu pulang ke rumah orang tuamu. Mungkin jika kamu di sana kamu tidak perlu khawatir dan kita tidak perlu bertengkar seperti ini terus. Semua demi kebaikan kamu tentunya Intan." "Kebaikan kata kamu mas? Kebaikan yang mana menurut kamu hah? Kamu pergi tiga hari dan tidur di apartemen tanpa sedikitpun memberikan kabar. Atau menanyakan bagaimana kondisiku di rumah dan sekarang tiba-tiba kamu pulang dan mengajakku
"Mas kamu bilang tidak lama di luar kota, terus kenapa kamu bilang dalam waktu yang tidak menentu?""Intan menyelesaikan masalah tidak semudah membalikan telapak tangan dan aku membutuhkan proses ini dan memakan waktu yang lama bahkan mungkin sampai anak kamu lahir aku masih berada di luar kota. Demi menjaga kebaikan kamu dan keamanan untuk kamu dan juga anak kamu tentu bersama dengan Umi dan juga Abah adalah jalan yang terbaik untuk sementara waktu dengan begitu aku bisa fokus dengan pekerjaanku menyelesaikan masalah yang kamu sendiri sudah tahu penyebabnya.""Intan yang dikatakan oleh suami kamu adalah benar. Sebaiknya kamu di sini dengan begitu kami bisa mengawasi kamu, menjaga kamu dan merawat kamu setidaknya nanti kamu tidak kesepian karena ada kami dan–""Umi ngomong apaan sih! Istri itu selalu ikuti kemana pun suami pergi. Kenapa sekarang Umi bicara seperti itu seakan-akan tidak mengizinkan jika aku ikut bersama dengan mas Langit? Apa Umi tidak suka kalau aku bahagia bersama de
Setelah hari itu sikap Intan semakin menjadi rasa ingin tahu tentang orang tua kandungnya yang sangat dia rindukan. Berbekal alamat yang di miliki gegas Intan pergi tanpa sepengetahuannya orang tuanya. Penasaran tentang masa lalunya yang membawanya untuk pergi ke alamat yang ia dapatkan dari Umi di mana sepucuk surat di sampingnya saat di temukan oleh Abah dan Umi.Tiga jam perjalanan membuatnya lelah terlebih perutnya yang kini terlihat membuncit meski pengakuan berbeda pada Langit. Hal itu pula manjadi ketakutan dirinya, Pelangi yang berhasil ia singkirkan dan kini ketakutan kembali ia rasakan mengenai hamilnya yang terhitung dan besarnya perut membuat tanya orang lain terlebih Langit."Permisi mau tanya pak, tau alamat ini?" Intan memberikan secarik kertas pada seorang pria yang di jumpainya."Kalau boleh tau neng ini siapa? Soalnya sejak dulu tidak ada yang datang nyari dia,""Bapak tidak perlu tahu siapa saya. Yang pasti saya bukan orang jahat. Bapak bisa katakan apakah bapak tah