"Bertanya? silahkan dan tanyakan apa itu" ucap Alia"Jika, aku tidak salah ingat, kamu pernah mengatakan bahwa kamu telah mencintaiku untuk waktu yang lama, sudah berapa lama sebenarnya itu terjadi? apa itu terjadi sebelum kamu masuk SMA?" tanya Adrian"Ya, itu benar" ucap Alia sambil menatap mata Adrian, kemudian Alia langsung mengepalkan tangannya ketika menjawab pertanyaan ituAdrian terkekeh pelan padanya, seolah-olah dia sudah menduga jawaban ini,"Mengapa kamu bersama Andra jika kamu benar-benar menyukaiku? setelah melakukan penilaian yang komprehensif, apa kamu yakin bahwa dia akan menjadi cadangan yang baik? atau kamu tidak mencintaiku sejak awal! lagipula, cinta itu sulit untuk dibuktikan, mungkin saja kamu bahkan tidak menyukaiku" tanya Adrian"Jangan pernah mempertanyakan perasaanku, meski aku menyukaimu, aku yakin bahwa aku tidak akan pernah bisa bersamamu" ucap Alia"Aku adalah seorang wanita, jika aku menemukan Pria baik yang mau menikah denganku, maka aku tidak akan mem
Adrian menyelipkan helaian rambut Alia ke belakang telinganya dan berkata "Apa yang terjadi padamu sekarang? kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa untuk membalas""Karena aku tidak punya alasan apapun untuk membuatmu kesal" ucap AliaAdrian memamerkan seringai arogan pada Alia, "Nyonya Adrian, kamu benar-benar tahu bagaimana cara menimbang yang baik dan yang buruk" ucap AdrianAlia sedikit mengatupkan bibirnya dan berkata "Aku adalah seseorang yang menikah menggantikan Adikku, menimbang pro dan kontra sebelum membuat keputusan adalah hal yang sangat diperlukan, jika tidak, Grup Bratakusuma pasti akan menderita""Kalau begitu, kusarankan padamu untuk menjauh dari Andra, jika aku memberitahumu bahwa dia bukan tipe Pria yang bisa kamu jadikan Teman, maka apa yang kukatakan itu benar, jangan repot-repot untuk berdebat denganku, oke?" ucap AdrianMulut Alia ternganga mendengar ucapan Adrian, dia tidak pernah menyangka CEO Grup Denaswara bisa berperilaku begitu kekanak-kanakan, ini adalah ha
Panggilan telepon Adrian segera di angkat, dan Alia mengetahui hal itu karena Adrian telah menyetel telepon itu dengan speakerphone."Hallo, Siapa ini?" Andra bertanya dengan suara yang santai, Adrian menatap Alia, sebagai sinyal untuk menyuruh Alia mengatakan sesuatu untuk menjawabnyaMeski speakerphone menyala, Alia mengambil dua langkah untuk mendekat ke meja, Dia berdeham untuk beberapa saat dan berkata "And, ini aku Alia" ada sesuatu di dalam nada suara Alia yang terdengar sedikit tidak nyaman.Andra bertanya dengan nada tak percaya, "Alia? bukankah kamu pergi menemui Adrian? mengapa kamu meneleponku menggunakan telepon umum?"Adrian yang duduk santai di depan mejanya, mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, dia mencibir dengan mengeluarkan dengusan "huh"Jantung Alia berdebar dengan kencang di dadanya, sebelum dia bisa menjawab, Adrian memutuskan untuk mengambil alih pembicaraan "Pak Andra Bimantara, apa ada masalah jika Istriku menelepon Pria lain menggunakan telepon kan
Alia membuka sedikit bibirnya dan berkata, "Kamu seharusnya.." ia tiba-tiba ragu untuk mengatakannya, Alia mencari kata-kata yang tepat, sesuatu yang tidak akan membuat Adrian merasa kesal sekitar lima detik kemudian Alia berkata dengan perlahan "Kamu seharusnya bersikap dewasa dan pengertian, bukan tipe yang bersikeras memainkan trik yang kekanak-kanakan" Alia langsung menundukkan kepalanya begitu dia selesai berbicaraAdrian masih menatap Alia, dan tidak ada perubahan di dalam ekspresinya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali"Pergilah untuk duduk di sofa, ada Ipad di atas meja, dan ada beberapa dokumen perusahaan didalamnya, kamu bisa membacanya jika kamu merasa bosan, anggap saja itu sebagai penelitian umum, sebelum kamu memulai pekerjaan yang sebenarnya" ucap AdrianAlia menatap Adrian dengan tatapan sedikit terkejut, dia tidak tahu apa yang tiba-tiba merasuki Pria itu, dia pikir Adrian setidaknya akan menaikkan suaranya sedikit padanya, namun Adrian malah memberikan perlakuan
"Apa aku terlihat seperti sopir untukmu?" ucap AdrianAlia menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berkata "Tentu saja tidak""Jadi kamu harus duduk dimana?" ucap Adrian, Alia berpikir di dalam hatinya, tentu saja dia harus duduk di kursi samping pengemudi pastinya.Alih-alih memberikan jawaban, Alia dengan patuh masuk ke dalam mobil, dan mengencangkan sabuk pengamannya, Bugatti Veyron itu melaju dengan kecepatan tinggi, sekarang sebuah pertanyaan muncul di benaknya, "Mengapa Om Bastian memanggil mereka ke Mansion Denaswara" Alia bertanya-tanya apakah kesepakatan di antara dia dan Bastian akan diungkapkan pada Adrian.Tapi kemudian, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat, Alia menyadari bahwa tidak ada gunanya jika kesepakatan itu terungkap.Diperempatan jalan, Adrian berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah, lalu ia melirik Alia yang duduk di kursi penumpang dan memerhatikan ekspresi jauh di wajah wanita itu, Adrian berkata sambil mencibir "Kamu merindukan Andra bukan"Alia
Adrian yakin bahwa Alia sudah selesai membuatnya kesal, namun Adrian mengencangkan telapak tangannya di pinggangnya untuk terakhir kalinya, sebelum dia menarik tangannya ini adalah hukuman untuk wanita itu.Mata Alia berkaca-kaca dengan air mata, rasa sakit itu benar-benar menyiksa, air mata mengalir dari sudut mata Alia, dan pipinya menjadi basah.Alia memelototinya, tapi tidak mengatakan apa-apa, Adrian menatap Alia yang sedang menangis di hadapannya, dia merasa sedikit kesal, bibirnya yang tipis mencibir dengan jijik."Apa kamu menangis karena sakit? atau apa kamu menangis karena kamu ingin mendapatkan simpatiku?" ucap AdrianAlia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Adrian, lalu ia mengatakan dengan marah "Aku tidak menginginkan apa-apa darimu!"Begitu selesai berbicara, Alia langsung berjalan menuju Ruang tamu utama Mansion Denaswara, Adrian mengerutkan kening saat dia mellihat Alia perlahan menghilang dari pandangannya.Kemudian, Adrian mempercepat langkahnya dan mengejar Ali
Setelah Bastian menyelesaikan kata-katanya, Rina berkata "Ayolah Bastian, Adrian tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, Ervan harus disalahkan karena tidak mengutarakan pikirannya dengan kalimat yang benar, terlebih kamu jelas tahu bagaimana temperamen Adrian, bagaimanapun juga, kita adalah Keluarga, jangan dianggap serius"Meski Ervan yang memulai konflik, tapi dia malah menjawab dengan senyum santai "Aku sama sekali tidak menganggapnya serius"Ervan mengulurkan tangannya dan mengacak-ngacak rambut Dira "Kak Ervan, sudah cukup, hentikan itu" ucap Dira kesal dengan tingkah Kakak angkatnya itu.Wajah Rina berubah menjadi gelap setelah mendengar kata-kata ejekannya, Adrian bangkit dari sofa dengan tenang lalu berkata "Kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian, aku akan pergi menemui nenek"Alia segera berdiri dari duduknya, lalu berkata "Aku akan pergi bersama dengan Adrian"Adrian melirik Alia, tapi tidak mengatakan apa-apa, melihat mereka, Rina menganggukkan kepalanya da
Ketika Adrian dan Alia hendak melangkah pergi, suara provokatif Ervan terdengar dari belakang, "Kak Adrian, kamu sama sekali tidak percaya diri pada dirimu sendiri, kamu bahkan tidak mengizinkanku untuk berbicara dengan Kak Alia"Adrian biasanya tidak keberatan dan tidak ambil pusing dengan provokasi seperti itu, namun dia tidak tahan diprovokasi seperti itu di depan wanitanya, ia bukan tipe Pria yang bisa mentolerir hal-hal seperti itu, Adrian menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat ke arah Ervan, "Apa? apa maksudmu dengan mengatakan ucapan itu?" ucap AdrianErvan bertanya dengan senyum ringan dan lembut di wajahnya "Aku ingin tahu apa Kakak takut bagaimana hidupnya akan berakhir jika Alia memilihku dibanding Kakak?"Dira tersentak saat mendengar kata-kata Kakaknya yang tidak pantas, dia menarik lengan baju kakaknya dan berkata "Kak Ervan, Kakak seharusnya tidak mengatakan itu""Dira, jangan ikut campur urusan di antara laki-laki, berdiri saja di samping dan lihatlah" ucap
Sebenarnya kata-kata Adrian sebelumnya sangat ambigu, tetapi nada suaranya terdengar serius setelah dia mengatakan kalimat terakhirnya, jadi akhirnya Alia otomatis mengabaikan kata-katanya di awal kalimat lalu menjawab "Oke"Adrian merasa senang mendengar tanggapan Alia, lalu ia mengatakan "Aku akan mengatur Sopir untuk mengantarmu ke BK Corp" "Tidak perlu terima kasih, aku bisa pergi sendiri" ucap Alia membuat Adrian mengangkat alisnya"Aku sudah meminta seseorang untuk mengantar mobilmu kembali ke Grup Bratakusuma sejak kamu ada di sini, yang berarti kamu harus naik taksi, apa perbedaan antara Sopir Taksi dan Sopirku yang akan mengantarmu kembali?" tanya Adrian"Tentu saja ada perbedaannya, jika kamu mengatur seseorang untuk mengantarku kembali bukankah itu berarti bahwa aku berutang budi padamu?" ucap Alia, namun Alia tidak mengatakannya dengan lantang, namun Alia akhirnya berpikir selama beberapa detik, dan akhirnya menganggukkan kepalanya setuju untuk diantar oleh Sopir Adrian "
Alia mencoba menjelaskan untuk melakukan pembelaan "Maksudku adalah aku akan kembali ke BK Corp dulu untuk membahasnya dengan Papi"Tiba-tiba saja Adrian bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah mejanya dan duduk di kursi kulitnya yang berwarna hitam, Alia bingung ketika melihat reaksinya, butuh beberapa saat bagi Alia untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah Adrian,"Pak Adrian, kamu..." ucap Alia membuat Adrian yang merasa terganggu memotong ucapannya sebelum dia bisa berbicara lebih"Aku tidak suka ketika kamu memanggilku dengan panggilan seperti itu" ucap Adrian"Adrian" ucap Alia"Lanjutkan" ucap Adrian"Aku ingin mengingatkanmu bahwa Grup Bratakusuma juga merupakan salah satu Perusahaan terbaik di Asia, jika bukan karena krisis yang telah dihadapi oleh Perusahaan, pasti Perusahaan itu juga akan berada di level yang sama dengan Grup Denaswara, jadi kalau kedua perusahaan itu bekerja sama pasti akan men
"Aku mau turun dari pangkuanmu" ucap Alia sambil menunduk "Kenapa?" tanya Adrian, sikapnya yang tenang membuat Alia berani untuk menjawabnya dengan blak-blakkan "Bukankah kita akan membicarakan kerjasama antara Grup Bratakusuma dan Grup Denaswara, jangan lupa aku berada di sini juga karena hal tersebut" "Apa tidak ada yang ingin kamu bicarakan denganku selain urusan pekerjaan" ucap Adrian membuat Alia merasa bingung "Apa yang kamu ingin bicarakan denganku selain pekerjaan?" ucap Alia pada akhirnya sambil menghela napas dalam "Bagaimana kalau kamu memberitahuku apa yang kamu suka dari diriku?" ucap Adrian Alia tidak menyangka pertanyaan sep
"Jangan bersikap terlalu formal padaku, kenapa kamu tidak memanggilku dengan panggilan Adrian saja, atau mungkin sayang, aku lebih suka mendengarnya" ucap Adrian sambil menundukkan kepalanya dan terkekeh, membuat Alia mengatupkan bibirnya dan menghela napas karena merasa tidak berdaya "Aku akan memanggilmu dengan namamu jika kamu ingin mendengarnya, Adrian mari kita bicara tentang pekerjaan sekarang oke?" ucap Alia pada akhirnya "Kenapa kamu tiba-tiba begitu menurut sekarang? kenapa kamu tidak menantangku lagi seperti yang kamu lakukan ketika kamu mencoba untuk membela Andra?" tanya Adrian, membuat Alia langsung terdiam setelah mendengar ucapan Adrian itu "Dia tidak bisa melepaskannya begitu saja kan?" batin Alia, akhirnya
Alia tidak mengatakan apa-apa untuk membalas ucapan Adrian itu, dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, lalu dia melihat ke arah luar melalui jendela mobil, lingkungan di sekitarnya sangat tenang dan sunyi, tapi tetap saja otaknya tidak bisa memproses kata-kata Tiba-tiba Alia merasakan cengkeraman erat ditangannya, dia melihat ke bawah ke arah tangannya dan melihat jari-jari Adrian yang ramping sedang meremas tangannya yang berkulit putih "Tanganmu Indah" ucap Adrian sambil menatap Alia "Apa maksud dari ucapannya itu?" pikir Alia dalam hati, beberapa pertanyaan berkecamuk di benaknya Lalu dia menoleh ke arah Adrian dan akhirnya bertanya "Apa kamu masih ingi
"Apa maksudmu? bukankah kamu yang disini bersikap tidak masuk akal?" ucap Alia, membuat Adrian semakin mengencangkan cengkeramannya pada setir, dia merasa bahwa dia tidak punya tempat untuk melampiaskan amarahnya lagi, jadi akhirnya dia hanya diam, dan tidak mengatakan apa-apa lagi pada Alia"Lampu sudah berubah menjadi hijau, ayo kita jalan karena di belakang kamu sudah di klakson orang" ucap Alia mengingatkan sambil merapatkan bibirnyaAdrian tidak menjawab ucapn Alian, namun ia menginjak pedal gasnya dengan perasaan yang masih kesal, dia benar-benar merajuk dan diam sepanjang perjalanan, Adrian mengemudi dalam diam dan berusaha menekan amarahnyaMelihat Adrian yang diam dan mengemudi dengan kesal, Alia hanya bisa menolehkan kepalanya ke arah luar jendela dan mengabaikan Pria yang ada disampingnya itu, mereka berdua sama sekali tidak berbicara sepanjang perjalananTidak lama kemudian, mereka tiba d
"Sebenarnya, aku benar-benar tidak ingin kamu datang" batin Andra, namun dia tidak bisa mengucapkan kata-kata itu dengan lantang padanya, dia berusaha menenangkan dirinya lalu tersenyum pada Adrian "Tentu saja, aku sama sekali tidak keberatan Pak Adrian, sebenarnya merupakan sebuah kehormatan bagiku untuk bisa makan siang denganmu" ucap Andra "Baiklah, terima kasih kalau begitu" ucap Adrian, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk duduk di sebelah Alia, membuat ALia menatapnya dan tidak bisa berkata apa-apa "Apa ada masalah? apa kamu tidak bisa mengenaliku?" ucap Adrian menolehkan kepalanya sambil menatap mata Alia Alia masih terdiam sambil menatapnya, dia sama sekali tidak mengatakan
Tepat ketika mereka sudah setengah jalan melakukan Tour keliling Grup Bimantara, ponsel Alia berdering, lalu ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan menemukan bahwa Adrian yang meneleponnya "Maaf Pak Andra, aku harus menjawab telepon ini" ucap Alia sambil menatap Andra "Tidak masalah silahkan" ucap Andra dengan santai, membuat Alia tersenyum sambil meminta maaf lalu berbalik Begitu panggilan tersambung Adrian langsung bertanya "Bagaimana harimu di hari pertamamu bekerja? apa kamu sudah terbiasa bekerja di sana?" Alia merasa sedikit tercengang, dia tidak menyangka Adrian akan menunjukkan perhatiannya padanya "Ya, aku baik-bai
"Begitukah caramu mencium Alina saat kalian masih bersama?" ucap Alia sambil menatap Adrian dan tersenyum ketika memikirkan hal itu, namun membuat Adrian mengangkat alisnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa Ketika melihat Adrian tidak ingin menjawab pertanyaannya, Alia memaksakan senyum lalu berpamitan "Aku akan pergi bekerja, selamat..." Namun sebelum Alia menyelesaikan ucapannya Adrian memotongnya "Kami belum pernah berciuman" "Apa? Adrian dan Alina belum pernah berciuman? bagaimana mungkin? jika dilihat dari kelembutan ciumannya, mustahil kalau dia tidak pernah mencium Alina, jika demikian, maka dia mungkin telah melatih keterampilan berciumannya dengan gadis lain yang pernah dia kencani di masa lalu" pikir Alia