"Selamat pagi, Tuan." Semua stafnya menunduk memberi salam namun Zack hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
Dia berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya di ikuti oleh Jony di belakangnya, anak buah itu tidak sedikit pun menjauh dari majikannya.Zack melemas saat masuk ke dalam dan mendapati tugas yang menumpuk di atas meja, ingin rasanya dia lari dan membiarkan tugas itu tetapi di sisi lain dia harus mengerjakannya."Ya Tuhan, banyak sekali dokumen yang harus aku tanda tangani, ck!" Dia berjalan lunglai duduk di kursi yang bisa berputar.Satu persatu tugas ya mulai di kerjakan oleh laki-laki yang kini memakai kaca mata bening, sesekali Zack meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku."Mungkin sampai besok pekerjaan ini tidak akan selesai, lebih baik separuhnya aku bawa pulang untuk di lembur."Bahkan makan siang saja Zack meminta Jony untuk membelikannya di restoran.Di saat Jony pergi untuk kembali makanan, saat"Honey, minumlah susu jahe ini, badanmu akan terasa enak nanti.""Hem, iya Baby. Letakkan saja minuman itu di meja, nanti aku minum." Celine mendekat dan memijit kaki suaminya.Namun tidak ada respon sama sekali dari Zack, padahal biasanya pria itu selalu bernafsu setiap kali Celine menyentuh. Celina hanya mengira kalau Zack benar-benar sedang tidak enak badan.Zack hanya terbaring sambil menutup wajahnya dengan pergelangan tangannya."Kasihan Honey, dia pasti lelah sekali," gumam Celine. Selesai memijat dia membiarkan Zack untuk beristirahat sejenak. Celine turun untuk melanjutkan aktifitasnya kembali."Ada apa dengan suamimu, Nak. Apa dia baik-baik saja?""Tidak apa, Ibu. Honey hanya sedikit tidak enak badan. Mungkin dia kelelahan selama di Swis kemaren." Namun perasaan Veronica masih saja tidak enak.Saat mereka terdiam tanpa bicara, tiba-tiba Jesica datang membawa berita yang mengalihkan pikiran mereka.Gadi
"Honey kau sudah bangun?" Celine mengira kalau Zack benar-benar tertidur. Saat dia masuk ke dalam kamarnya, Laki-Laki itu sedang duduk uncang-uncang sambil memandang ke bawah."Hem," jawabnya singkat."Apa badanmu sudah baikkan? Honey, aku merasa ada sesuatu yang Ibu sembunyikan dariku. Apa kau tau itu, Hon?"Degh!Perasaan Zack tersentuh saat Celine mengatakan itu."Apakah Mama sudah tau kalau Greta telah kembali?" gumam Zack dalam hati."Honey, kenapa kau diam? Apa kau mendengar apa yang aku katakan?""Ah, Iya Baby. Aku ..., aku tidak tau apa yang sedang Mama sembunyikan dari kita. Mungkin itu cuma perasaanmu saja."Rasanya sulit untuk percaya Celine dengan ucapan Zack, hatinya terus mengatakan kalau wanita tua itu sedang menyembunyikan sesuatu."Biar aku cari tau sendiri apa yang sebenarnya terjadi." Celine berbicara dalam hati. Dia naik ke atas tempat tidur dan memijit pundak Zack dari belakang.
"Shit! Sial, sial!"Bugh!Bugh!Bugh!Di dalam mobil Zack terlihat frustasi sambil memukul-mukul setir mobilnya sendiri.Rupanya dia mendatangi sebuah bar untuk menghilangkan rasa stresnya.Memesan beberapa botol minuman yang sudah lama dia tinggal sebelumnya.Dari semenjak mencintai Celine, Zack terlihat sudah menjauhi minuman keras itu namun penyakitnya kini kambuh lagi setelah wanita itu datang."Untuk apa kau datang kemari? Untuk apa kau hadir di saat aku mulai mencintai istrimu!" gumamnya dengan suara khas orang mabuk."Kau tak tau bagaimana rasanya saat aku kehilanganmu. Kau tidak tau bagaimana rasanya saat aku pusing mencari-mu. Dan mau tidak tau bagaimana aku berproses untuk mencintai Celine sampai saat ini."Dia terus saja bicara sendiri. Sesekali ada yang menyapanya Zack hanya mengangkat tangannya.Sampai tengah malam Zack berada di tempat itu, rasanya enggan untuk pulang. Di
"Pagi Mah.""Pagi, kalian sudah bangun? Zack kau sudah rapi sekarang?"Zack dan Celine menghampiri Veronica di meja makan untuk sarapan."Iya Mah, hari ini aku sangat kacau. Aku membawa lemburan pulang ke rumah, tapi nyatanya tidak aku kerjakan, ck!""Tapi tidak harus selesai hari ini bukan, Zack?""Memang betul Mah, tapi kalau tidak aku kerjakan maka akan semakin menumpuk tugas itu." Veronica mengangguk mengerti."Kalau begitu aku berangkat sekarang. Doakan aku agar pekerjaan ini cepat selesai, dan aku pulang menemui-mu Baby. Cup!" Satu kecupan mendarat di kening sang istri di depan Veronica yang tersenyum melihat keromantisan mereka.Celine membelalakkan matanya karena malu pada mertuanya itu, Zack tau kalau istrinya ini salah tingkah tetapi semakin istrinya merasa malu, dia semakin puas menggodanya."Ya sudah kau hati-hati Zack, jaga dirimu baik-baik."Usai sarapan seperti biasa, Celine mengantar su
"Astaga, kita tidak seharusnya berbuat seperti ini lagi. Fuck shit!" Zack segera memunguti semua pakaiannya yang tercecer di sembarang tempat.Dengan tubuh polosnya dia segera ke kamar mandi untuk merapikan diri. Sementara dengan bangganya Greta duduk mengangkang sambil tersenyum melihat Zack yang kebingungan."Greta kemasi barang-barang-mu dan segera pergi dari sini! Bagaimana jika ada staf yang melihat kit?"Kenapa Zack baru tersadar sekarang! Kemana dia di saat wanita itu menggodanya barusan sampai mereka melakukan hubungan badan di atas sofa."Kau tidak perlu panik seperti itu, Zack. Yang kita lakukan ini atas sadar suka sama suka. Aku mencintaimu, dan kau mencintaiku. Semua orang juga tau itu."Sama halnya dengan Zack, Greta pun memunguti satu persatu bajunya dan segera ke kamar mandi.Sementara Zack duduk di kursi kerjanya dengan keadaan bingung, menyesal, memang ada rasa penyesalan tetapi wanita itu memang yang selama ini
Bercak merah yang menempel kontras di kemeja putih yang semula Zack kenakan membuat perasaan Celine mendadak tak karuan.Dirinya bertanya-tanya dalam hati apa yang suaminya lakukan di luaran sana. Tetapi Celine tidak mau berburuk sangka sebelum menanyakan langsung padanya.Dari sikap Zack yang sedikit berbeda membuat Celine mulai curiga kalau ada yang tidak beres dengan suaminya itu."Tidak, tidak. Aku tidak boleh berfikir seperti itu. Aku yakin kalau Honey setia terhadapku!" Celine menggeleng menepisnya. Dia memilih keluar kamar untuk menghilangkan rasa sesak di hatinya.Namun ketika dia menuruni tangga istana, Celine mengerutkan alisnya saat melihat Veronica yang tengah siap untuk pergi.Celine mengerutkan alisnya dan beranggapan kenapa kebetulan sekali, apa yang sedang mereka sembunyikan darinya?"Ibu, kau mau kemana?" tanya Celine sambil menuruni tangga istana."oh, Celine aku mau keluar sebentar. Apa kau mau menitip
"Kau mau bicara apa, Honey? Kenapa sepertinya kau ragu?""Aku, em ..., aku lapar. Bisakah aku minta tolong ambilkan makanan untuk'ku, Baby?" Celine tersenyum."Ya Tuhan, aku kira ada apa, jadi kau lapar? Tunggu sebentar, biar ku ambilkan makanan untukmu."Di saat Celine turun ke lantai dasar untuk mengambil makanan, saat itu juga ponsel Zack berdering di dalam kamar. Zack hanya melirik, melihat nama yang tertera di layar ponselnya membuat dia malas untuk mengangkatnya.Namun panggilan itu menjadi pesan setalah beberapa kali berdering tapi tidak ada jawaban dari Zack.[Aku tau kau mendengar panggilan dariku! Dan aku tau kau pasti baca pesanku ini. Nanti malam aku tunggu kau di rumah. Ada yang harus kita bicarakan.][Dan kau harus datang, jika tidak aku yang akan datang ke rumahmu!]Pesan berusia ancaman itu membuat Zack semakin pusing."Astaga, mau apalagi Greta, bukankah sudah ku peringatkan untuk pergi dari keh
Greta tersenyum saat membukankan pintu dan Zack berdiri dengan gagahnya di hadapannya.Dia berfikir kalau menaklukan pria tampan ini bukan perkara yang sulit, hanya dengan sedikit ancaman Zack pasti menuruti apa yang dia inginkan.Zack kesulitan untuk menelan salivanya sendiri saat wanita seksi itu berdiri hanya mengenakan lingerie transparan berbahan satin tipis."Akhirnya kau datang juga, Sayang," ucap Greta sambil berkacak satu tangan sementara satu tangan yang lain bertumpu pada pintu yang di buka."Mau apalagi kau memanggilku kemari?" Walau wanita ini terlihat begitu seksi namun Zack berusaha menepisnya."Ups, jangan ketus seperti itu. Aku tidak mau kehilangan wajah tampanmu kalau kau marah seperti ini?" Greta menarik jaket yang Zack kenakan dan membawanya masuk ke dalam.Merebahkan tubuh gagah itu di atas sofa dan duduk di atas pangkuannya."Aku tidak akan membiarkan kau bersenang-senang dengan istrimu di rumah," g
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak