"Sayang, kamu tau nggak! Malam ini aku bahagia sekali! Akhirnya kita bisa bersama tanpa si tua bangka itu."
Sisilia pulang dengan sempoyongan bersama seorang pria yang dia cinta. Tak ada rasa malu sama sekali dia membawa kekasihnya itu pulang ke rumah.Guprak!Tubuhnya yang lemah membuat dia tak sengaja menabrak pintu saat masuk. Mendengar suara keras dari luar, Jesica keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi."Mama! Astaga Mama mabuk?" Jesica terkejut Sisilia pulang dengan seorang laki-laki."Hei, siapa kamu! Kenapa kamu kemari dengan Mamaku?""Ah, berisik kamu, anak kecil!" Justru Sisilia-lah yang menjawabnya dengan ketus."Dia pacarku! Kenapa? Apa kamu keberatan?""Pa-pacar, maksud Mama?" Jesica masih belum mengerti kenapa Sisilia mengatakan itu.Padahal selama ini dia mengira kalau Sisilia ibu yang baik untuk keluarganya."Sudah, Sayang. Kau jangan pikirkan ucapan anak kecil ini! Kita maIngin rasanya Celine mendatangi rumah orang tuanya, tapi Zack justru membawanya pulang ke rumah.Di dalam kamar dia merasa tak tenang, Celine berjalan bolak-balik yang membuat kepala Zack menjadi pusing."Hei, apa kau tak bisa tenang? Kepalaku pusing melihatmu yang terus mondar-mandir seperti ini!"Alih-alih mendapat dukungan dari suaminya, dia justru mendapat sentakan suara dari Zack.Mau tidak mau Celine terpaksa duduk dan merebahkan tubuhnya di atas sofa yang mutlak menjadi tempat tidurnya.Matanya terpejam tanpa sadar dia tertidur sampai pagi hari."Sepulang kuliah nanti aku harus datang ke rumah Papa! Aku masih penasaran kenapa Jesica begitu banyak meneleponku."Sedang berangkat ke kampus pun Celine ragu, dia masih takut dengan kejadian kemaren dimana Pak Reinaldi berusaha merenggut kesuciannya. Entah bagaimana nasibnya kini kalau saja dia tidak bisa lepas dari Kungkungan dosen gila itu."Ibu, pulang kuliah
Tanpa Celine ketahui Zack terus saja memandang wajahnya saat dia melakukan aktifitas di dalam kamar.Dengan langkah gagahnya dia mendekat dan spontan mencengkeram wajah Celine sampai dia mendongak ke atas."Kenapa wajahmu?" Suara itu terdengar sangat tegas dengan tindakannya tetapi Celine merasa ada yang beda dari suaminya."Wa-wajahku?" Dia sempat lupa kalau wajahnya baru saja di pukul oleh Sisilia dan masih membekas warna merah di pipinya."Aku-aku tidak apa-apa, Tuan. Aku baik-baik saja.""Jangan bohong kamu! Katakan siapa yang melakukan ini?"Mana mungkin Celine mengatakan kalau ini ulah ibunya, bisa saja Zack mendatangi dan tak segan berbuat kasar pada Sisilia.Maka secepat mungkin dia mencari alasan agar Zack berhenti menginterogasi."Aku tadi ..., kebentur! Iya kebentur. Aduh aku memang bodoh! Harusnya aku lebih hati-hati." Zack justru memicingkan matanya."Ah!"Dia melepas cengkeraman t
"Tuan Zack adalah menantuku!" Bagas mendadak ketakutan saat mengetahui kalau ternyata Zack menantu Sisilia. Perlahan kepalan tangannya melemas."Dia suaminya Celine, Kakaknya Jesica!""Apa kau sudah mendengarnya sendiri? Pergi! Pergi atau aku ..." Zack mengangkat kepalan tangannya kembali.Preman pasar yang terkenal kejam lari tunggang lantung sampai menabrak pintu. Jony yang melihatnya menyembunyikan senyumnya karena di rasa sangat lucu."Sekali lagi kau aku tak kau berbuat kotor di tempat ini, maka akan aku pastikan dia pulang hanya tinggal nyawa!" Lagi-lagi Sisilia sulit menelan ludahnya, takut.Dia menggeleng cepat dengan keringat dingin yang bercucuran dari keningnya."Jony, kita pulang sekarang!""Siap, Tuan!"Baru saja Zack keluar rumah, dia berpapasan dengan Jesica yang baru saja pulang dari sekolahnya.Gadis lincah itu terkejut saat pria tampan bertubuh kekar itu keluar dari rumahnya.
"Astaga, kenapa Tuan Zack tidur di sini!" Celine mengambil selimut dan menutupi tubuh kekar itu sampai ke lehernya agar Zack tidak merasa kedinginan.Selesai mengambil sesuatu di dalam laci meja riasnya, Celine kembali keluar kamar.Kreb!Zack terbangun saat Celine menutup pintu, padahal suara itu tidak kencang, bahkan terdengar halus.Dia memandangi tubuhnya yang sudah terbungkus selimut seketika tersadar kalau selama ini dia tidak pernah melakukan ini padanya, bahkan Zack membiarkan Celine tidur meringkuk kedinginan di atas sofa setiap malam.Dia duduk sambil melamun entah apa yang sedang di pikirkan.***"Ibu, aku pamit untuk ke pasar ikut dengan Delisa! Hari ini aku sangat bosan di rumah, jadi tidak ada salahnya jika aku ikut dengannya.""Pergilah, Nak! Beli apa saja yang kamu inginkan." Betapa baiknya Veronica."Terima kasih, Ibu."Wanita yang kini memakai dress pendek
"Masuk!" Kini mobil yang berhenti di depan Celine tergantikan dengan mobil Zack yang berhenti di depannya dan menyuruhnya untuk masuk."Masuk, aku bilang masuk!"Dengan ragu Celine dan Delisa masuk dalam posisi, Delisa duduk di kursi belakang, sementara Celine duduk di depan di samping Zack menyetir."Siapa tadi?" Celine spontan menoleh ke samping pada Zack yang fokus memandang ke depan."Tadi yang mana, Tuan?""Astaga, kenapa kau begitu bodohnya! Tadi, mobil yang berhenti di depanmu, ck!""Oh, yang mobil tadi? Itu hanya orang yang menanyakan alamat.""Oh," jawab Zack singkat karena sempat memikirkan yang tidak-tidak."Memangnya kenapa, Tuan?""Tidak masalah! Siapapun itu aku tak perduli," jawabnya dengan ketus. Celine hanya menghela nafas kasar karena merasa aneh dengan suaminya ini.Sebentar bertanya, sebentar tak perduli.Tidak banyak suara dari mereka, ketiganya sibuk dengan pikira
"Hei, berhenti!"Dugh!Dugh!Dugh!"Berhenti, aku bilang berhenti.""Eh, ada apa ini, Pak? Siapa meraka?""Saya tidak tau, Non! Sepertinya mereka komplotan orang-orang jahat, Non" ucap pak sopir khawatir.Celine yang berada di dalam taksi ketakutan saat sebuah mobil tiba-tiba mengejarnya. Salah satu dari mereka keluar dari jendela pintu dan menggedor-gedor taksi yang Celine naiki.Perasaan Celine tidak punya masalah dengan siapapun, lalu apa tujuan mereka menyuruhnya untuk berhenti."Jalan terus, Pak. Jangan berhenti!" Namun semakin cepat taksi itu melaju, mereka semakin kencang memancal pedal gasnya dan ...Ciiittt!Mobil itu menyalip dan menghalangi jalan yang membuat taksi berhenti seketika."Turun! Turun sekarang!" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Celine."Siapa kalian? Aku tidak mengenal kalian!" Teriak Celine enggan untuk keluar."Jangan banyak ta
"Kalian tunggu di sini, jangan bergerak sebelum aku memberi aba-aba!"Dari kejauhan Zack yang sudah melihat pergerakan mereka sengaja menyembunyikan ke tiga anak buahnya.Sebenarnya siapa mereka dan apa maunya meraka karena pada sambungan telepon mereka tidak meminta uang.Lalu apa tujuan meraka memanggil Zack datang kemari."Siap, Tuan." Dengan gagahnya Zack berjalan menemui meraka di dalam kegelapan.Dia tidak menyangka mau yang menculik Celine ternyata ..."Selamat datang, Tuan muda Welyoston! Senang bertemu dengan anda kembali.""Kau? Rupanya kau yang ingin main-main denganku?" Bagas tertawa."Iya aku. Dan kau ingin lihat dimana istrimu sekarang?" Prok!Prok!Salah satu anak buah Bagas membawa Celine keluar dari tempat persembunyian dengan posisi tangannya terikat ke belakang. Kasar sekali meraka menyerat agar Celine menyaksikan sendiri bagaimana Bagas memberi pelajaran
"Em, aku ada di mana ini?" Veronica dan Granella yang semula duduk di sofa yang berada di dalam ruang rawat secepatnya menghampiri saat melihat Celine yang mulai tersadar."Celine. Celine kau sudah sadar, Nak.""Ibu, aku ada dimana sekarang? Tuan? Tuan Zack?""Kamu berada di rumah sakit! Zack!" Saat itu juga Zack masuk. Celine memandang sesaat pada laki-laki yang kini berdiri memandanginya."Tuan apa kau baik-baik saja?" Zack hanya diam sembari menghampirinya.Veronica dan Granella menjauh, memberi ruang untuk mereka bicara."Kenapa kau lakukan ini?" Ucapan Zack begitu tegas."Aku hanya tidak mau melihat Tuan terluka. Bagas mengatakan ingin membuat Tuan lumpuh, aku mendengar sendiri dia bicara dengan anak buahnya.""Owh shit!" Zack menghela nafas kasar.Merasa dirinya sudah baik-baik saja, Celine melepas selang oksigen yang menutupi mulutnya dan mencoba untuk duduk.Bekas luka di punggungnya me