Tanpa Celine ketahui Zack terus saja memandang wajahnya saat dia melakukan aktifitas di dalam kamar.
Dengan langkah gagahnya dia mendekat dan spontan mencengkeram wajah Celine sampai dia mendongak ke atas."Kenapa wajahmu?" Suara itu terdengar sangat tegas dengan tindakannya tetapi Celine merasa ada yang beda dari suaminya."Wa-wajahku?" Dia sempat lupa kalau wajahnya baru saja di pukul oleh Sisilia dan masih membekas warna merah di pipinya."Aku-aku tidak apa-apa, Tuan. Aku baik-baik saja.""Jangan bohong kamu! Katakan siapa yang melakukan ini?"Mana mungkin Celine mengatakan kalau ini ulah ibunya, bisa saja Zack mendatangi dan tak segan berbuat kasar pada Sisilia.Maka secepat mungkin dia mencari alasan agar Zack berhenti menginterogasi."Aku tadi ..., kebentur! Iya kebentur. Aduh aku memang bodoh! Harusnya aku lebih hati-hati." Zack justru memicingkan matanya."Ah!"Dia melepas cengkeraman t"Tuan Zack adalah menantuku!" Bagas mendadak ketakutan saat mengetahui kalau ternyata Zack menantu Sisilia. Perlahan kepalan tangannya melemas."Dia suaminya Celine, Kakaknya Jesica!""Apa kau sudah mendengarnya sendiri? Pergi! Pergi atau aku ..." Zack mengangkat kepalan tangannya kembali.Preman pasar yang terkenal kejam lari tunggang lantung sampai menabrak pintu. Jony yang melihatnya menyembunyikan senyumnya karena di rasa sangat lucu."Sekali lagi kau aku tak kau berbuat kotor di tempat ini, maka akan aku pastikan dia pulang hanya tinggal nyawa!" Lagi-lagi Sisilia sulit menelan ludahnya, takut.Dia menggeleng cepat dengan keringat dingin yang bercucuran dari keningnya."Jony, kita pulang sekarang!""Siap, Tuan!"Baru saja Zack keluar rumah, dia berpapasan dengan Jesica yang baru saja pulang dari sekolahnya.Gadis lincah itu terkejut saat pria tampan bertubuh kekar itu keluar dari rumahnya.
"Astaga, kenapa Tuan Zack tidur di sini!" Celine mengambil selimut dan menutupi tubuh kekar itu sampai ke lehernya agar Zack tidak merasa kedinginan.Selesai mengambil sesuatu di dalam laci meja riasnya, Celine kembali keluar kamar.Kreb!Zack terbangun saat Celine menutup pintu, padahal suara itu tidak kencang, bahkan terdengar halus.Dia memandangi tubuhnya yang sudah terbungkus selimut seketika tersadar kalau selama ini dia tidak pernah melakukan ini padanya, bahkan Zack membiarkan Celine tidur meringkuk kedinginan di atas sofa setiap malam.Dia duduk sambil melamun entah apa yang sedang di pikirkan.***"Ibu, aku pamit untuk ke pasar ikut dengan Delisa! Hari ini aku sangat bosan di rumah, jadi tidak ada salahnya jika aku ikut dengannya.""Pergilah, Nak! Beli apa saja yang kamu inginkan." Betapa baiknya Veronica."Terima kasih, Ibu."Wanita yang kini memakai dress pendek
"Masuk!" Kini mobil yang berhenti di depan Celine tergantikan dengan mobil Zack yang berhenti di depannya dan menyuruhnya untuk masuk."Masuk, aku bilang masuk!"Dengan ragu Celine dan Delisa masuk dalam posisi, Delisa duduk di kursi belakang, sementara Celine duduk di depan di samping Zack menyetir."Siapa tadi?" Celine spontan menoleh ke samping pada Zack yang fokus memandang ke depan."Tadi yang mana, Tuan?""Astaga, kenapa kau begitu bodohnya! Tadi, mobil yang berhenti di depanmu, ck!""Oh, yang mobil tadi? Itu hanya orang yang menanyakan alamat.""Oh," jawab Zack singkat karena sempat memikirkan yang tidak-tidak."Memangnya kenapa, Tuan?""Tidak masalah! Siapapun itu aku tak perduli," jawabnya dengan ketus. Celine hanya menghela nafas kasar karena merasa aneh dengan suaminya ini.Sebentar bertanya, sebentar tak perduli.Tidak banyak suara dari mereka, ketiganya sibuk dengan pikira
"Hei, berhenti!"Dugh!Dugh!Dugh!"Berhenti, aku bilang berhenti.""Eh, ada apa ini, Pak? Siapa meraka?""Saya tidak tau, Non! Sepertinya mereka komplotan orang-orang jahat, Non" ucap pak sopir khawatir.Celine yang berada di dalam taksi ketakutan saat sebuah mobil tiba-tiba mengejarnya. Salah satu dari mereka keluar dari jendela pintu dan menggedor-gedor taksi yang Celine naiki.Perasaan Celine tidak punya masalah dengan siapapun, lalu apa tujuan mereka menyuruhnya untuk berhenti."Jalan terus, Pak. Jangan berhenti!" Namun semakin cepat taksi itu melaju, mereka semakin kencang memancal pedal gasnya dan ...Ciiittt!Mobil itu menyalip dan menghalangi jalan yang membuat taksi berhenti seketika."Turun! Turun sekarang!" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Celine."Siapa kalian? Aku tidak mengenal kalian!" Teriak Celine enggan untuk keluar."Jangan banyak ta
"Kalian tunggu di sini, jangan bergerak sebelum aku memberi aba-aba!"Dari kejauhan Zack yang sudah melihat pergerakan mereka sengaja menyembunyikan ke tiga anak buahnya.Sebenarnya siapa mereka dan apa maunya meraka karena pada sambungan telepon mereka tidak meminta uang.Lalu apa tujuan meraka memanggil Zack datang kemari."Siap, Tuan." Dengan gagahnya Zack berjalan menemui meraka di dalam kegelapan.Dia tidak menyangka mau yang menculik Celine ternyata ..."Selamat datang, Tuan muda Welyoston! Senang bertemu dengan anda kembali.""Kau? Rupanya kau yang ingin main-main denganku?" Bagas tertawa."Iya aku. Dan kau ingin lihat dimana istrimu sekarang?" Prok!Prok!Salah satu anak buah Bagas membawa Celine keluar dari tempat persembunyian dengan posisi tangannya terikat ke belakang. Kasar sekali meraka menyerat agar Celine menyaksikan sendiri bagaimana Bagas memberi pelajaran
"Em, aku ada di mana ini?" Veronica dan Granella yang semula duduk di sofa yang berada di dalam ruang rawat secepatnya menghampiri saat melihat Celine yang mulai tersadar."Celine. Celine kau sudah sadar, Nak.""Ibu, aku ada dimana sekarang? Tuan? Tuan Zack?""Kamu berada di rumah sakit! Zack!" Saat itu juga Zack masuk. Celine memandang sesaat pada laki-laki yang kini berdiri memandanginya."Tuan apa kau baik-baik saja?" Zack hanya diam sembari menghampirinya.Veronica dan Granella menjauh, memberi ruang untuk mereka bicara."Kenapa kau lakukan ini?" Ucapan Zack begitu tegas."Aku hanya tidak mau melihat Tuan terluka. Bagas mengatakan ingin membuat Tuan lumpuh, aku mendengar sendiri dia bicara dengan anak buahnya.""Owh shit!" Zack menghela nafas kasar.Merasa dirinya sudah baik-baik saja, Celine melepas selang oksigen yang menutupi mulutnya dan mencoba untuk duduk.Bekas luka di punggungnya me
"Hai gaes, astaga sorry aku baru ampai sekarang. Aku meluncur dari rumah sakit ke sini, temui kalian."Saat Granella pergi sebentar dengan Veronica di tengah perjalanan dia mendapatkan telepon dari teman-temannya yang sudah menunggunya di cafe.Sesampainya di sana dia memicingkan matanya saat melihat beberapa teman wanita datang bersama pasangan masing-masing. Tiga orang wanita, dan tiga orang pria sudah menunggunya di sana.Mereka memang kerap kali berkumpul membuat sebuah geng sosialita hanya sekedar untuk makan dan minum, membuang penat di tempat itu.Namun kali ini Granella di buat terkejut. Pasalnya baru kali ini mereka seperti kompak membawa pasangan kekasihnya."Astaga, kalian ..!""Ya ampun, lama sekali kau Granella, lihat! Makanan yang sudah aku pesankan untukmu sudah dingin menunggu majikannya menyantap," ujar salah satu temannya bernama Fransisca.Merasa tidak enak hati Granella pun menikmati minuman yang tema
"Kakak ...!" Granella terlihat begitu senang sepulang dari cafe.Dia berlari menghampiri Celine yang berada di dapur sedang membuatkan kopi untuk suaminya."Astaga, Granella dari mana saja kau? Kenapa kau tidak pulang denganku dari rumah sakit?""Maaf, Kak. Aku tidak tau kalau hari ini Kakak pulang dari rumah sakit. Aku di panggil teman-teman, jadi aku pergi temui mereka." Namun Celine memicingkan matanya.Seperti ada yang berbeda pada adik iparnya ini. "Kau kenapa? Sepertinya hari ini kau sangat bahagia, Granella?"Granella terlihat salah tingkah. "Apa yang Kak Celine katakan. Aku biasa saja." Pertanyaan Celine seketika membuah Granella malu."Aku tidak percaya. Kau pasti sedang ..." Celine sengaja menggoda Granella yang wajahnya semakin memerah."Kakak!" gerutu Granella kasal.Melihat dua wanita yang sedang bercanda di bawah, Zack turun ke lantai dasar dan menghampiri mereka."Akan aku katakan pada Ib
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak