Semua yang di sana menelan salivanya mendengar wanita yang selama ini bekerja bersama di satu devisi mereka ternyata adalah istri dari sang big bos perusahaan ini.Beberapa yang akrab dengan Ayesha merasa senang dan berbangga bahwa pernah menjadi teman baik saat bekerja.Namun beberapa yang lain yang mengikuti jejak tingkah Verni yang sering membebani Ayesha tentu menjadi mulai mencemaskan posisinya. Jangan sampai dipecat di saat seperti ini. Kembali teringat tentang Dannil yang tiba-tiba dipecat karena alasan yang bahkan mereka tidak pernah tahu sebelumnya. Saat ini, mereka yakin, pemecatan itu pasti ada hubungannya dengan Ayesha. Karena semua tahu, Dannil selalu menggoda Ayesha.“Di mana Verni?” Ayesha masih belum bisa melupakan ketegangan yang terjadi. Membayangkan putranya sampai kenapa-kenapa emosinya belum bisa diturunkan.Tidak mungkin Adam bisa turun dari strollernya sendiri kalau bukan wanita itu yang menurunkannya. Karena itu, Ayesha merasa tidak bisa membiarkan hal itu b
Saat makan malam pria itu tampak risau, hingga setelahnya Ayesha menjadi tidak enak kalau ingin menanyakan atau memberitahu sesuatu.Bukan hanya itu, Ayesha tentu saja menjadi ill feel karena bisa jadi panggilan yang di balkon itu berasal dari Thalita. Lebih-lebih melihat Hilbram sampai secemas itu pada Thalita.“Adam sudah tidur?” tanya Hilbram menggugah lamunan Ayesha yang tercenung di atas tempat tidurnya itu.“Oh, sudah, Mas!” jawab Ayesha yang melihat suaminya baru masuk ke kamar.“Ya sudah, istirahat gih! Sudah malam,” titah Hilbram mengusap rambut kepala Ayesha lalu masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar dari kamar mandi, Hilbram masih juga melihat Ayesha di posisinya semula. Padahal Hilbram hampir ketiduran di bathup tadi.“Kenapa?” tanya Hilbram mengikat tali bathrobe yang digunakannya lalu duduk di samping istrinya itu. Sepertinya ada yang menganggu pikiran Ayesha.“Mau ngobrol sebentar sama, Mas. Itu pun kalau Mas tidak merasa keberatan,” ujar Ayesha melirik suaminya.
“Mama lebih percaya pada pria rendahan itu?” Thalita marah karena Fatma justru memarahinya. Tidakkah dia melihat luka memar yang ada di wajahnya karena tamparan pria itu?“Lalu Mama harus percaya pada siapa?” Fatma menjadi bingung karena penjelasan Thalita yang sebaliknya.“Dia tidur bersama pengasuh bayinya, apa salah kalau aku memberi wanita murahan itu pelajaran?”“Sejak kapan kau peduli dengan siapa Rahman tidur? Bukankah kau juga tidur seenaknya dengan pria lain?”“Apa yang kau bicarakan Nyonya Fatma? Apa hanya karena Rahman memberimu banyak uang lalu kau lebih memihak padanya?” Thalita menjadi emosi kemudian menatap mamanya dengan tatapan menantang.“Aku jadi sadar sekarang, kalau kau dan Tante Hamida memang sama. Tidak ada bedanya sama sekali. Yang ada dalam pikiran kalian hanya uang dan kepopuleran. Kau lebih mementingkan gengsimu juga pandangan teman-temanmu tentang dirimu —daripada keadaan putrimu yang mengenaskan ini!”“Jangan samakan aku dengan Hamida, Tha! Aku dan dia t
Fatma menghampiri Rahman di kantor tempat kerjanya lalu sedikit mendesaknya untuk menahan putrinya yang sudah berencana balik ke Indonesia. “Kenapa kau hanya diam saja? Tidakkah kau tahu bahwa Thalita sudah mempersiapkan diri untuk balik ke Indonesia? Sebagai suaminya harusnya kau menahannya!” Pria itu bangkit dan berdiri menghampiri ibu mertuanya itu, lalu dengan senyum miring berkata, "Putri Anda tidak pernah menganggapku sebagai suaminya, kenapa harus mengingatkanku sebagai suaminya saat begini?” “Dia akan mendatangi Hilbram dan mengadu macam-macam padanya. Kau tahu ‘kan, Hilbram menyayangi Thalita sejak dulu. Dia tidak akan terima kalau adik kesayangannya itu terlihat menyedihkan?” “Apa yang Anda takutkan?” Fatma menatap Rahman dengan heran. Mereka sudah membicarakan hal itu sebelumnya. Apakah pria ini tidak cemas, Thalita akan bisa merusak rencana mereka? “Aku kenal Tuan Bram lebih baik dari semua orang di dunia ini. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Dan Anda seharusnya
“Kejam!” Suara di sela isak Thalita terdengar.Wanita itu tidak berhenti menangis sepanjang perjalanan di pesawat mengingat nasib cintanya yang selalu berakhir mengenaskan.Dulu dia juga begitu membenci Mark saat pemuda itu tidak berhenti menggodanya. Namun lambat laun akhirnya dia mulai mencintai Mark.Ketika hubungan mereka sedang hangat-hangatnya, tiba-tiba Mark kesandung masalah dan memilih mengakhiri hubungannya. Meski Thalita tetap memintanya kembali, Mark justru berselingkuh dengan wanita lain dengan alasan Thalita-lah yang menghianatinya dengan hamil dari pria lain.Kemudian, ketika Thalita diharuskan menikah dengan sepupunya itu. Dia juga tidak mencintai Hilbram sebelumnya.Namun perlahan dia menyadari dan jatuh cinta padanya. Thalita mengagumi Hilbram dari segala sisi darinya. Terlebih mereka sempat besar bersama di bawah asuhan sang nenek.Thalita ingin pernikahan yang awalnya hanya sebuah perjanjian saja itu tidak aka
Pelayan di rumah menyambut dan membawakan koper Thalita ke kamar yang sudah disediakan untuknya. Ayesha yang diberi tahu bahwa Hilbram sudah kembali bersama sepupunya merasa harus menyambut mereka. Dia menggendong Adam yang baru selesai mandi untuk ikut menyambut tantenya. “Sudah datang, Mas?” sapa Ayesha pada suaminya. Hilbram tersenyum memeluk dan mencium Ayesha bergantian dengan putranya yang sudah ganteng itu. Sementara Thalita yang berjalan menyusul di belakangnya, melihat hal itu dengan geram. Thalita lupa bahwa Hilbram sangat mencintai istrinya itu. Melihat Ayesha yang terlihat lebih cantik dan anggun dalam pakaiannya yang sopan itu. Thalita jadi semakin tidak suka. Apalagi di antara mereka ada anak yang lucu itu. “Hallo, Tha?” sapa Ayesha pada Thalita yang berdiri dengan lemas itu. Ayesha juga sudah tahu apa yang terjadi pada sepupu suaminya itu. Karenanya dia jadi merasa cemas melihat Thalita yang tiba-tiba terlihat lemas. “Eh, Tha. Kenapa?” Hilbram melihat Thali
‘Pyarrr!’Suara sesuatu pecah dari kamar Thalita membuat pelayan yang menyiapkan sarapan pagi tidak jauh dari sana terkejut.“Lihat sana, jangan-jangan Nona Thalita kenapa-kenapa!” ujar Tika pada pelayan lainnya.Gegas pelayan itu berjalan membuka pintu kamar Thalita, namun tidak bisa karena pintu terkunci dari dalam.“Ada ap, Tik?” tanya Ayesha yang baru terlihat keluar.“Itu, Nyonya. Tadi ada suara sesuatu pecah dari kamar Nona Thalita. Namun pintunya terkunci, jadi kami tidak bisa memeriksanya,” ujar Tika menjelaskan.Ayesha menghampiri pintu itu dan mencoba menggedornya.“Tha? Kenapa? Apa kau baik-baik saja?” teriak Ayesha mencari tahu.Dari dalam Thalita mencebik mendengar suara Ayesha yang berteriak. Dia hanya menjatuhkan gelas yang dibawa pelayan semalam, mengapa dia secemas itu? Berlebihan sekali ‘kan?Wanita itu memang perhatian. Mungk
Ayesha sedang menunggui Adam yang bermain di halaman samping bersama pengasuhnya. Thalita yang jemu di dalam menghampiri mereka.“Apa kau sudah lebih baik?” tanya Ayesha pada Thalita yang datang menghampirinya.“Iya, terima kasih, Sha!” Thalita tersenyum. Kemudian melihat bayi yang sudah mulai berdiri itu dia jadi ingat Vivian. Anaknya dengan Rahman.Hal itu membuat rasa sakit hatinya kembali memuncak. Namun, Thalita harus menahannya. Dia akan membalaskan dendam pada pria busuk itu, yang sudah menghinanya dengan lebih membela pengasuhnya daripada dirinya yang merupakan istrinya sendiri.“Berapa usia Adam sekarang?” tanya Tahlita membuka obrolan.“Sembilan bulan, Tha. Aku ingat, kau juga punya bayi ‘kan?” tanya Ayesha balik setelah menjawab pertanyaan Thalita.Thalita tidak perlu bertanya dari mana Ayesha tahu kalau dirinya memiliki anak. Hilbram pasti sudah menceritakannya.&