"Di mana kamu Nasya?"Berhari-hari Jaka menunggu di jalan poros tempat di mana dia sering bertemu dengan Nasya akhir-akhir ini, tapi sayangnya Nasya tidak berada di sana, dan sudah tiga pekan Masya tidak datang untuk konsultasi dan terapi. Tentu saja Nasya tidak lagi mengingat bahwa seharusnya Nasya harus rutin untuk melakukan konsultasi, sayangnya tidak ada yang mengingatkan dan tak ada yang peduli dengan kondisi Nasya saat ini, selain Jaka. Karena Jaka tidak menemukan keberadaan Nasya, kemudian mendorong Jaka untuk mendatangi rumah Anjas dan Nasya, dia juga tahu bahwa Anjas pasti berada di tempat kerja sekarang. Sayangnya Jaka tidak bahwa ada orang lain di rumah Nasya, yang tak lain adalah Anara. Ketika Jaka akan segera berangkat menuju ke rumah Nasya, dia melihat mobil Anjas berlalu dan seseorang berada bersamanya. Dengan cepat Jaka menghubungi bawahannya dan bertanya, "Apa Anjas datang ke kantor hari ini?" Jaka mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya melalui pons
"Mas Anjas aku mau ngomong sesuatu." Mata Anjas langsung terangkat ke arah Anara yang akan segara dia antar ke rumah sakit, mengecek dan memastikan mengenai kehamilan yang Anara katakan kepada Anjas. "Hmm.""Sebenarnya kemarin aku salah pakai test pack, ternyata test pack yang aku pakai test pack rusak." Langsung saja Anjas menghentikan laju mobil dan meminggirkan mobilnya. Tentu saja Anjas terkejut luar biasa dengan apa yang baru saja dia dengar. Tatapan Anjas kini berubah tajam dan dengan pelan dia menoleh ke arah Anara, dia menyipitkan mata dan menggelengkan kepala. Tangannya mengepal dan tidak percaya bahwa Anara berusaha untuk membohongi dirinya, nafas Anjas terasa panas karena rasa kesal yang saat ini berada dalam dirinya. "Apa maksud kamu ngomong gitu, jadi selama ini kamu nggak hamil?" Anjas yang kini menatap Anara seolah dia ingin melahap Anara hidup-hidup. "Maaf Mas ... Aku sebenarnya nggak tahu, soalnya aku telat datang bulan tapi ternyata tadi—""Tadi apa?" "Hari i
"Aku harus memaksanya untuk datang ke sini, astaga aku takut sekali jika saja ada tetangga yang melihat aku menyeret Nasya untuk sayang kemari, dokter Afia." Penjelasan yang diberikan oleh Jaka kepada dokter Afia, terlihat Nasya menatap Jaka dengan tatapan yang tajam. Dia tahu bahwa dia tidak ingat akan apa yang dilakukan Jaka padanya. Tapi dia juga sadar bahwa dengan kondisi hati Nasya yang buruk dan marah, membuat Nasya yang pelupa ini berpikir bahwa Jaka telah melakukan hal buruk yang membuatnya tidak senang. Mendengar penjelasan dari Jaka membuat dokter Afia tampak menggelengkan kepala dan tersenyum sambil menatap ke arah Nasya yang masih cemberut. "Aku bisa memahami apa yang terjadi, seringkali memang pasien saya melakukan hal yang konyol," ucap dokter Afia sekali lagi sambil tertawa kecil. "Sudahlah kalau begitu dokter, lupakan hal itu, tolong lakukan apa pun yang bisa Anda lakukan untuk menolong Nasya," jelas Jaka dan dokter Afia mengangguk. Sayangnya walaupun Jaka mau be
Sama seperti sebelumnya, Jaka mengantar Nasya pulang sebelum Anjas pulang ke rumah, saat itu juga Jaka berpikir bahwa Anjas pasti sedang bersenang-senang dengan gadis muda yang pernah dilihat oleh Jaka. Sementara Nasya sendiri masuk ke dalam rumah tanpa tahu apa yang sedang terjadi beberapa saat yang lalu, tentu dia bingung tapi dia sadar akan dirinya yang akan lupa lagi. Semua yang dia lalui seolah tidak pernah terjadi, karena memorinya tak lagi kuat untuk menyimpan kejadian yang terjadi. Tetapi itu bukan berarti dia menyerah, apalagi saat ini dia bisa menyadari akan penyakitnya. Jaka juga memberikan buku catatan coklat yang tak terisi tulisan apa pun, karena sebelumnya Jaka sudah merobek lembaran catatan itu. Di sisi yang lainnya, Anjas dan Anara tampak berjalan-jalan di tepi pantai dan kedua tangan mereka saling berpegangan, rencananya Anjas akan pulang setelah matahari sudah terbenam. "Mbak kamu sudah sadar kalau dia penyakitan." Anjas yang saat ini berjalan di samping Anara
"Dari mana aja Mas, kok bareng sama Anara?" Tatapan Nasya tajam kepada Anjas yang baru membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, sementara Nasya sendiri berada di ruang tamu, dia baru saja selesai membuat susu formula untuk dirinya sendiri. "Anara dari teman-temannya, aku jemput dia." Lalu Anjas terhenti sejenak dan melihat Nasya yang duduk dengan kaki di atas kepala sofa sambil meminum susu formula. "Kamu ... Yang buatin susu itu siapa?" tanya Anjas yang bertanya dengan ragu. Tatapan Nasya kini menoleh ke arah Anjas. "Aku sendiri yang buat Mas," jawab Nasya yang terlihat bertanya-tanya kenapa Anjas malah terlihat bingung. "Kamu minum susu formula?" "Iya Mas, kan aku lagi hamil." Sontak Anara yang juga baru masuk ke dalam rumah tiba-tiba terhenti stelah mendengar Nasya menyadari bahwa dia sedang hamil, padahal beberapa hari sebelumnya Nasya tidak ingat sama sekali. Anjas dan Anara sekarang saling memandang satu sama lain dan membuat Nasya menyipitkan mata memandang mereka. Seola
Diary Nasya: Aku menyadari apa yang aku lihat, aku tahu kau pasti suatu hari nanti akan membaca pesan ku ini, Jaka. Setiap kali aku lupa pasti akan aku catat, karena buku ini selalu ada di atas nakas. Aku tidak bisa mengingat kenapa aku terus meraih buku ini, tapi kau tahu betul bahwa aku menyukai buku catatan terutama yang bersampul coklat. Kau betul-betul tahu tentangku Jaka. Tetapi mungkin tulisan ku ini akan sangat sulit untuk dibaca. Tapi semua yang aku dengar, aku lihat dan saksikan dengan mata kepala ku sendiri, akan aku tulis di sini. Aku harap kau sanggup Jaka, atau siapa pun kau yang membaca tulisanku. Malam itu, aku merasakan tubuhku yang penat, sakit, dan kepalaku merasa pusing. Tanganku meraba-raba kasur dan tak menemukan Anjas. Aku pikir dia mungkin di dalam kamar mandi, atau mungkin di dapur, atau bahkan keluar aku tidak tahu. Tapi aku merasa penasaran, aku berjalan keluar ke ruang utama, ruang keluarga dan tamu, bahkan ke teras rumah tapi aku masih tidak menemuk
Bahkan Jaka tidak sanggup untuk melanjutkan halaman berikutnya, dia kali ini hanya menunggu satu pekan lagi untuk bertemu dengan Nasya, berharap bahwa kali ini ada perkembangan yang lebih mengenai kondisinya. Selain itu Jaka juga mulai memata-matai Anjas, dan dia berharap bahwa nanti Anjas akan mengakui kesalahannya lalu meninggalkan Nasya. Jaka tahu bahwa Anjas tidak meninggalkan Nasya karena Nasya sedang hamil begitu pula dengan Nasya yang tidak mungkin berpisah dengan Anjas karena dia sedang mengandung anak dari Anjas. Jaka yang sekarang mengendarai mobil mewahnya berada di hadapan gedung besar perusahaan miliknya. Dia tidak akan menoleransi sekali lagi jika Anjas masih mau mengambil cuti. Dan sekali lagi dia memanggil Anjas datang ke ruangan pribadinya, ada kemarahan luar biasa yang sekarang berada di dalam hati Anjas. Sangat berapi-api, rasanya dia ingin menghancurkan Anjas tepat saat itu juga. Jam sembilan pagi Anjas sudah berada di sana, di masuk setelah mengetuk pintu dan
Diary Nasya memperlihatkan tulisan-tulisan Nasya yang berisikan tentang apa pun yang dilupakan olehnya selama ini. Tatapan Nasya mengarah pada Anjas membaca buku itu. Sementara Anjas sendiri tidak menemukan apa pun yang membuatnya marah tapi dia menemukan sesuatu yang membuatnya merasa penasaran. Di buku catatan itu terdapat bekas sobekan, dan di mana kertas-kertas itu? Kenapa Nasya merobeknya atau ada sesuatu yang tidak Nasya inginkan dibaca oleh orang lain. "Kenapa Mas, kok kelihatannya nggak senang?" Nasya yang sekarang bersandar di kepala tempat tidur. Anjas menoleh ke arahnya dan menelan saliva lalu berkata, "Kok ada yang sobek, kamu sobek ya kertasnya?" Anjas memperlihatkan buku itu dan membuat Nasya meraihnya sambil memandangi bekas-bekas sobekan. "Hmm nggak tahu Mas, aku nggak tahu." Sambil melempar buku itu ke hadapan Anjas. Tangan Anjas mengepal, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun, dia tidak bisa marah karena semuanya hanya akan sia-sia saja baginya untuk memarahi N