“Apa kamu belum memiliki kekasih?” Arkan heran bahkan sampai menurunkan berkas yang sedang dia baca. Keningnya terlipat halus mendapati sang sepupu yang selama ini membencinya berubah perhatian. “Aku merasa kamu sangat aneh. Kamu tidak salah makan ‘kan, Nic?” Arkan memandang heran. Sedangkan Nic sendiri memilih diam. “Kamu datang menemuiku saja aku pikir akan terjadi badai hari ini. Apalagi kamu perhatian seperti ini.” Sindirian Arkan cukup tajam, tapi tak membuat Nic kesal. Tujuan Nic datang adalah untuk membicarakan masalah perusahaan Doni, dan juga mencari tahu apakah Arkan masih memiliki perasaan ke Cloud. “Aku hanya ingin tahu apa kamu masih mencintai istriku, aku tidak ingin kamu menjadi seperti paman Doni di kemudian hari,” balas Nic. “Jika kamu bisa menghapus perasaanmu ke Cloud, maka mungkin saja kita bisa kembali dekat seperti dulu.” Arkan memulas senyum. Jika dipikir lagi mereka memang sangat dekat, selayaknya saudara sepupu yang saling menyayangi. Namun, karena kesala
"Kakiku tidak terinjak, hanya saja badanku sedikit kurang enak," ucap Cloud. "Apa kamu sakit? Haruskah kita ke dokter?" Cloud belum menjawab pertanyaan Nic karena pintu lift sudah lebih dulu terbuka. Dia bergegas keluar dan berpapasan dengan satpam yang baru saja mengantar pizza yang dibeli Nic tadi."Cloud!" Nic mencekal pergelangan tangan sang istri, menempelkan telapak tangan ke dahi Cloud untuk memastikan."Aku hanya lapar." Cloud tertawa jenaka. Menunjuk ruang rapat lalu memegang permukaan perutnya. "Keroncongan!"Nic refleks ikut menyentuh perut Cloud, hingga Thea yang kebetulan keluar merasa heran. "Apa Bu Cloud hamil?" Gumamnya."Kalau begitu makanlah! Aku datang hanya untuk melihatmu, karena aku rindu," ucap Nic.Cloud tersipu, tiba-tiba merasa terharu. Dia menggeleng memegang lengan Nic, di waktu yang sama seorang kurir makanan datang mengantar burger-burger pesanan Cloud tadi. Ibunda Kala itu pun mengambil dua, setelahnya pamit ke karyawannya untuk makan siang bersama Ni
Cloud berhasil membuat Nic kelelahan malam itu. Dia benar-benar memperlakukan Nic bak kuda jantan, menungganginya dan mengendalikan permainan. Cloud tidak ingin sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan jika dirinya benar-benar mengandung. Untuk itu hanya mau satu ronde permainan. Cloud menolak tawaran Nic yang ingin membuatnya terbang melayang."Tapi kamu belum klimaks, Sayang!" Begitu kalimat yang Nic ucapkan untuk membujuk.Rasanya memang tanggung, tapi Cloud rela menahan karena dia juga tidak bisa tergesa-gesa memberitahu Nic mengenai dugaan kehamilannya. Cloud tidak ingin melambungkan Nic tinggi dengan harapan lalu menjatuhkannya dengan kekecewaan.Hingga, hari berikutnya saat udara masih terasa dingin dan mentari belum menampakkan sinarnya. Cloud diam-diam beranjak dari ranjang. Dia tersenyum memandang wajah damai Nic yang sangat rupawan. Menempelkan tangan ke pipi pria itu dan mencium sekilas bibirnya.Cloud berjengket menuju kamar mandi setelah mengambil tespek di dalam tas
“Bu Cloud, apa anda sedang hamil?”Thea memberanikan diri bertanya saat mengambil kembali berkas yang sudah Cloud periksa. Gadis itu mencurigai sesuatu, selain melihat Cloud memegang perutnya sendiri kemarin, hari ini Cloud datang terlambat dan bahkan terlihat seperti kelelahan.“Hah … apa? Bagaimana bisa kamu menduga seperti itu?” Cloud memulas tawa. Berpikir mungkinkah Thea tahu dia pergi ke dokter kandungan dulu sebelum ke kantor.“Sebenarnya kemarin saya melihat Anda berbincang dengan pak Nic sambil memegang perut.”“Ah … begitu.” Cloud menggantung kata, memilih mengalihkan perbincangan saat melihat Thea hari itu menggunakan rambut palsu model lain.“Itu, sepertinya semua model rambut cocok untukmu, aku sedikit iri,” ujar Cloud.Thea kaget lalu menyentuh ujung wig-nya. Dia tertawa dan mengucapkan terima kasih karena kebaikan hati Cloud lah dia bisa berganti-ganti gaya model rambut sesuka hati, tanpa memikirkan harus pergi ke salon dan membayar mahal.“Ngomong-ngomong apa rambut as
Sebuah jitakan mendarat di kepala Rio. Nic tak peduli mau pria itu anak konglomerat, anggota parlemen atau presiden sekalipun. “Pak Nic, sakit!” Rio mengaduh, sedangkan Nina juga ikut memegangi kepalanya sendiri seolah merasakan apa yang sang kekasih alami. “Bagaimana bisa kamu bilang ke Kala kalau dia akan dibuang di sini? Awas kamu kalau punya anak nanti, aku akan bilang ke anakmu kalau dia itu anak pungut,” amuk Nic. “Kalau Anda benar bicara seperti itu, apa saya boleh menjitak kepala Anda juga?” Balas Rio. Nina membulatkan netra, tak percaya kekasihnya berani membalas ucapan Nic. “Haish … sekarang aku bahkan tidak bisa memakimu, aku tahu kenapa dulu kamu selalu berani membantah ucapanku,” amuk Nic. Dia berjalan cepat menuju van mewah milik Cloud sambil meminta Rio kembali menjalankan tugasnya. “Cepat nyalakan mesin, ingat kamu itu masih bawahanku!” Rio tertawa kemudian berlari mengejar Nic dan mensejajari langkahnya. “Saya akan menjadi sopir, sekretaris, dan apapun yang And
"Nic, apa kamu belum tidur? Ayo tidur! Kamu sudah sejak pagi buta bangun dan sibuk. Apa kamu tidak ngantuk?" Suara Cloud terdengar lengket, dia tidak tahu jam berapa saat ini, yang pasti Nic masih terjaga. Cloud mengerjapkan mata, keningnya berkerut melihat Nic ternyata masih memegang hasil USG calon anak mereka.Cloud memulas senyum, antara tak percaya Nic melakukannya sejak tadi dan senang karena pria itu menunjukkan rasa antusias atas kehamilannya. “Nic! Ayo tidur!” Cloud sengaja mendekat, mencurukkan kepala ke dada Nic dan mendapat balasan berupa pelukan dari pria itu.Nic membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh Cloud lantas mengecup keningnya. Ia memandang kagum sang istri yang terus saja menatapnya penuh cinta. “Apa kamu sangat bahagia sampai tidak bisa tidur?” Tanya Cloud, sebelum mengalihkan mata ke foto USG yang kini Nic pegang di antara mereka. “Entahlah, rasanya berbeda saat aku tahu kamu mengandung Kala.” Nic tersenyum getir, mengingat bagaimana dirinya sangat ba
Cloud menutup muka karena merasa malu. Sejak kabar kehamilannya diumumkan secara langsung oleh Nic lewat status aplikasi berbalas pesan, selain banyak doa juga banyak ledekan dari orang-orang terdekat yang harus dia dengar.Kehamilan Cloud ini jelas belum lama dari hubungannya dan Nic yang berubah membaik, hal ini lah yang membuat orang-orang terutama keluarga dekatnya menggoda dengan kata-kata 'kejar setoran'."Berhenti bisa tidak?" Cloud menjauhkan telapak tangan lantas membentak Rain. Mereka saat ini sedang berada di halaman belakang rumah Skala, berkumpul bersama sambil membahas kehamilan Cloud. "Sudah jangan meledekku terus!" Cloud malu dan nyaris merajuk. Ia memandang Nic yang sibuk memanggang daging sambil sesekali melirik dan tersenyum ke arahnya."Sayang, bantu aku! Suruh Kak Rain diam, atau setidaknya kamu tanggungjawab menggantikanku menjadi bulan-bulanan, kamu yang membuatku begini."Semua orang tertawa mendengar keluhan Cloud. Nic sendiri tak lantas merespon. Pria itu m
"Apa kamu menunggu lama?"Nina merasa tak enak hati melihat Thea sudah menunggunya di kafe yang berada di dalam sebuah mall."Tidak masalah, kopiku bahkan baru jadi." Thea memulas senyuman manis. Ia dan Nina memang memiliki janji untuk berbelanja bersama sore itu."Syukurlah, jalanan lebih padat dari biasanya." Nina membuang napas lega. Dia lantas duduk sebentar sebelum mengajak Thea jalan-jalan mencari apa yang diinginkan."Aku hanya punya budget dua sampai tiga juta, jadi aku harap kamu bisa membantuku memilih baju yang pas untuk dipakai liburan," ucap Thea.Ini adalah kali pertama Thea pergi ke pulau Kilikili. Ia tidak ingin sampai salah kostum, hingga sengaja meminta bantuan Nina untuk memilihkan baju yang hendak dia beli.Nina pun menuju toko bikini. Menurutnya baju renang adalah pakaian yang wajib dibawa ke sana.Thea mengerjap. Dia tercenung melihat bikini yang terpampang pada manekin di toko itu. Thea tentunya tidak ingat. Padahal dulu dirinya sering telanjang di depan pria hi