“Apa mungkin Bunda itu istri …. “ Cloud menjeda lisan. Ia membungkam mulut menggunakan dua tangan karena kaget dengan pikirannya sendiri. Tenggorokan Cloud terasa tercekat, sampai Malida menggoyangkan lengan agar dia sadar dari rasa syoknya. “Aduh, kenapa kamu kaget? Aku bukan setan.” Malida malah semakin membuat Cloud heran. Bagaimana bisa istri dari seorang investor super tajir memiliki sifat apa-adanya dan sederhana seperti ini. Cloud pikir istri tuan Annam seperti sosialita pada umumnya, di mana suka memakai barang branded dari ujung rambut sampai kaki. Namun, wanita yang saat ini berdiri di depannya terlihat sangat sederhana. Bahkan saat berlibur di pulau Kilikili Malida tak tampak mengenakan barang bermerek dan pershiasan. “Anda?” “Iya, aku istri investor suamimu. Sudah bersikaplah biasa saja! Bukankah kamu ikut ke sini karena ingin menyelamatkan perusahaan suamimu? Delapan ratus miliar itu bukan uang yang sedikit, sejujurnya aku juga bersalah dalam hal ini. Aku bilang ke
Beberapa waktu yang laluDi tempat Tomi membawanya, Thea terlihat mulai membuka kelopak mata. Kepalanya terasa sangat berat saat dia mencoba mengingat apa yang terjadi. Mata Thea kembali memejam. Dia ingat Tomi datang ke Overnight club dan langsung menyeretnya masuk ke dalam mobil. Gadis itu hendak menyentuh pipinya yang ditampar oleh Tomi, tapi kaget saat sadar kedua tangannya terikat pada kepala ranjang. Thea ketakutan lantas mencoba melepaskan diri dengan menarik sekuat tenaga tali yang menjerat tangannya. Saat masih berusaha, tak disangka Tomi masuk ke kamar sambil memulas seringai licik."Sudah bangun? Aku pikir kamu mati.""Apa yang kamu lakukan? Apa kamu menculikku?" Bentak Thea yang masih terus berusaha melepaskan diri."Menculik? Untuk apa aku menculik pelacur sepertimu? Siapa yang akan menebus wanita sampah? Aku membawamu ke sini untuk menyiksamu."Ucapan Tomi cukup membuat gentar Thea. Gadis itu mengangkat kepala dan mengerutkan kening melihat pria yang pernah dia kerjai
Nic kembali ke ruang pertemuan dan tahu kalau dia sudah berbuat kurang sopan ke tuan Annam. Namun, memastikan keadaan sang istri adalah hal terpenting yang menurutnya harus dilakukan. Dua wanita yang dia temui sedang mengobrol di Lounge pun ikut dan kini berjalan di belakang. Nic masih tak menyangka kalau wanita paruh baya yang dipanggil bunda oleh teman-temannya itu adalah Malida.Pintu ruang pertemuan dibuka oleh Rio yang menunggu di luar. Pria itu kaget saat Nic kembali bersama Cloud yang tampak digandeng oleh seorang wanita dan dikawal. Tanpa diberitahu, Rio sudah bisa menebak wanita itu pasti istri tuan Annam."Apa dia marah?" Tanya Nic. Ia berhenti di dekat Rio lalu berbisik."Tidak, dia masih menunggu Anda di dalam."Nic bisa sedikit bernapas lega. Dia pun masuk saat pintu terbuka lebar. Di dalam tuan Annam terlihat sibuk dengan ponsel di tangan. Pria itu baru mengangkat kepala saat sang istri menyapa dan bertanya—"Sayang, bagaimana? Kamu tidak jadi membatalkan investasi 'kan?
"Kalau kamu tidak mengizinkan aku ikut, lebih baik aku menyusul Aditya ke rumah sakit untuk melihat kondisi Thea."Nic tak menjawab permintaan Cloud. Dia diam memandangi wajah wanita itu kemudian membelai pipi dan membuang napas."Baiklah, jaga diri baik-baik dan kabari aku!" Pinta Nic."Aku yang harusnya bilang begitu, karena kamu akan menemui orang yang seumur hidup membencimu." Cloud terlihat cemas, ada sorot ketidakrelaan yang terpancar jelas di mata.Rio masih duduk di belakang kemudi, memandang pasangan suami istri yang sedang saling mengkhawatirkan di kursi penumpang dari pantulan spion tengah. Rio akhirnya memilih meraih ponsel untuk menulis pesan, memberitahu Nina kalau dia akan mengantar Nic bertemu Doni. Tak lupa Rio juga mengabari tentang apa yang menimpa Thea.Beberapa menit yang lalu Nic meminta Rio menepikan mobil, karena terjadi sedikit perdebatan antara pria itu dan sang istri."Aku pasti akan langsung menemuimu setelah selesai bicara dengan paman Doni." Cloud menga
Meski terlihat baik secara fisik, tapi tak Cloud sangka kalau kondisi Thea ternyata cukup serius. Dokter menyampaikan bahwa operasi tidak akan bisa dilakukan sebelum gadis itu sadar dan kondisinya stabil. Aditya sendiri masih berada di sana, pria itu benar-benar merasa bersalah dengan apa yang menimpa Thea. Setelah dipikirkan lagi, rasanya cukup aneh saat Thea dengan mudah mau membantunya berbohong ke Doni di pertemuan pertama mereka. Namun, Aditya tidak tahu kalau sebenarnya Thea lelah menjadi PSK. Dia melakoni pekerjaan ini karena dirasa lebih mudah dan cepat mendapatkan uang. Belum lagi wajah dan bodinya yang aduhai sangat menunjang, keadaan dan solusi dari orang yang tidak tepat membuat Thea terjerumus ke lembah hitam.Di hari Thea bertemu Aditya, gadis itu merasa bahwa di dunia ini setiap orang pasti memiliki permasalahan hidup masing-masing, untuk itu dia mau membantu. Terlebih hati kecilnya berbisik, dengan tidak tidur bersama Aditya berarti dia mengurangi dosanya hari itu.
Nic melihat tiga mobil berada tak jauh dari bangunan gudang milik perusahaannya yang terbakar. Garis polisi masih terpasang di sana meski penyelidikan sudah selesai dilakukan. Nic hendak keluar dari mobil setelah melarang Rio ikut ke dalam. Namun bantahan sekretarisnya itu membuat Nic sejenak tertahan. “Tapi, Pak!” Rio terlihat pucat, takut sesuatu yang buruk menimpa Nic selagi dia tidak berada di dekat sang atasan. “Anak buah mertuaku sudah berada tepat di belakangmu, jika ada hal di luar kendali maka kamu bisa meminta tolong mereka.” Nic keluar dan berjalan penuh percaya diri menuju pintu masuk gudang — yang saat ini sekelilingnya ditutup oleh seng setinggi kurang lebih empat meter. Dia bahkan sempat bersitatap dengan anak buah Doni yang juga menunggu di luar. Nic memasang muka dingin untuk menunjukkan dirinya sama sekali tidak takut menghadapi sang paman. Gelap. Hanya sinar bulan dan pencahayaan dari bangunan di sekitar gudang saja yang menerangi. Nic melihat Doni berdiri mengh
Cloud menutup pintu kamar perawatan Thea dengan sangat pelan. Ia menuju ranjang di mana gadis itu terbaring masih tak sadarkan diri. Nenek dan adik Thea sejak datang terus setia menemani, terlihat jelas bagaimana mereka bertiga saling menyayangi satu sama lain. Sebelum keluar tadi, Cloud sudah memperkenalkan diri dan menjelaskan apa yang menimpa Thea ke dua wanita itu. Mereka paham dan bahkan nenek Thea sempat bertanya kenapa cucunya dirawat di kamar yang begitu besar dan mewah. “Apa benar semua biaya akan ditanggung Bu Cloud?” “Iya, Nenek tenang saja! Semua biaya perawatan Thea sampai sembuh akan saya tanggung,” jawab Cloud. Ia tersenyum tipis kemudian melihat tas sekolah adik Thea yang ada di kursi dan berkata,“Kamu bilang ada ujian ‘kan besok? Kamu bisa belajar, biarkan aku yang menjaga kakakmu.” Tina — adik Thea mengangguk. Dia berdiri dari kursi di samping ranjang sang kakak lalu pindah ke sofa dan mulai membuka buku Pelajaran yang dibawa. Cloud lantas mengambil tempat di kurs
[ Pak Nic dia terkena tembak ] Cloud berlari menyusuri lorong rumah sakit seperti orang gila. Meski tidak tampak, tapi dia menangis. Air mata mengalir deras dari mata indahnya membasahi pipi.Cloud panik dan ketakutan saat Aditya membalas pesannya yang menanyakan kondisi Nic. Sesampainya di IGD, Cloud langsung bertanya ke Rio di mana Nic dan bagaimana kondisi sang suami. Dia syok, tubuhnya limbung melihat tangan Aditya yang baru saja keluar dari IGD penuh noda darah. Cloud sampai terduduk lemas di lantai yang dingin, berpikir nyawa Nic tak terselamatkan. Cloud menunduk, setelah itu berteriak histeris sambil menutup wajah. Nic sendiri masih setengah sadar dan bisa mendengar suara Cloud meraung di luar. Merasa kasihan ke istrinya, Nic pun meminta dokter agar mengizinkan wanita itu masuk. “Tapi, Pak!” Dokter sudah berniat menolak. Namun, mendengar Cloud menangis seperti orang gila membuat hatinya tergugah. Ia menerima permintaan Nic dan mengizinkan Cloud masuk dengan pertimbangan IGD
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s