"Sekarang, cepat katakan, apa yang ingin Om dan Tante bicarakan sama saya?" Elang langsung melempar pertanyaan begitu dia duduk di tempat yang sudah disediakan oleh sepasang suami istri di hadapannya. Dengan sikap yang biasa dia tunjukan, membuat nyali lawan bicara pria itu menciut."Apa tidak sebaiknya kita menikmati hidangan terlebih dahulu?" Ratih mencoba memberi penawaran. Meski sikap dingin Elang mampu membuat wanita itu takut, Ratih berusaha menepisnya dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.Elang seketika menatap tajam wanita yang usianya lebih tua tujuh tahun dari dirinya untuk beberapa detik. Tanpa banyak kata, Elang bersiap untuk angkat kaki dari tempat tersebut membuat sepasang suami istri yang ada di sana sontak gelagapan."Kamu mau ke mana, Lang? Om kan belum bicara," bonar berkata sembari memegang lengan Elang agar sang keponakan tidak pergi.Elang melirik tajam tangan Bonar sampai tangan itu terlepas dengan sendirinya. Kemudian diw menatap tak suka kepada pria itu da
Kesal, marah dan kecewa, itulah yang dirasakan seorang wanita, yang baru saja gagal menjalankan rencananya. Segala umpatan dan makian keluar dari mulut Amanda sejak dia ditolak tanpa kata satupun oleh pria yang akan dijebak olehnya.Dari awal Amanda memang telah berhasil menyelinap masuk ke kamar Elang di saat si pemilik kamar sedang bersama keluarganya. Lalu dia memasukkan obat yang sudah disiapkan ke dalam minuman yang memang biasa Elang sediakan di dalam kamar, berjalan dengan sangatvlancar. Namun, sayang, rencana selanjutnya tidak selalu sesuai dengan keinginan.Minuman yang sudah dicampuri obat perangsang memang berhasil masuk ke dalam tubuh Elang. Namun ketika Amanda akan menjalankan rencana penentu, wanita itu justru mendapat kegagalan yang sangat tidak dia duga. Tadi, saat Amanda mendatangi kamar Elang dengan sandiwara yang sudah dia siapkan, Elang justru sama sekali tidak membukaan pintu kamarnya. Setelah memakai jubah tidurnya, Elang memang melangkah ke arah pintu kamarnya,
"Bagaimana saksi? Sah?""Sahhhh!"Rangkaian kata syukur langsung dipanjatkan setelah kata sah menggema dari semua yang hadir dan menjadi saksi atas ikrar ijab qabul yang diucapkan dengan lantang dari mulut mempelai pria. Senyum pun turut menghiasi dari semua bibir yang ada di sana, menyaksikan jalannya pesta pernikahan yang berlangsung sejak beberapa menit tadi.Meskipun bukan pesta pernikahan yang terbilang mewah, tapi acara yang direncanakan dalam waktu singkat tersebut berlangsung tanpa kendala yang berarti. Semuanya lancar dari hal yang paling kecil sekalipun. Tentu saja suksesnya acara pernikahan Elang dan Ayunda, tak lepas dari pengaruh pemilik hotel yang menjadi mempelai pria itu."Apa kamu tidak bahagia?" bisik Elang kepada wanita yang sekarang telah menjadi istrinya. Elang melempar pertanyaan seperti itu karena sedari tadi setelah akad sampai keduanya duduk di pelaminan, ELang merasa senyum yang Ayunda kembangkan bukan senyum kebahagian seperti dirinya."Eh, em..." Ayunda jus
Canggung dan bingung, itulah yang dirasakan Elang saat ini. Begitu petang tiba, Elang masih berada di dalam kamarnya sejak selesai mandi tadi sore. Elang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selama berada di rumah keluarga istrinya. Sebagai penghilang rasa bingung, Elang memilih memeriksa pekerjaannya melalui ponselnya. Bukan hanya pekerjaan saja, Elang juga mengecek beberapa media pemberitaan. Elang berpikir mungkin saat ini berita pernikahannya yang diam-diam, menjadi sebuah berita yang hangat untuk diperbincangkan. Jika memang ada, Elang akan memerintahkan tim khusus untuk menangani berita tersebut agar tidak meluas.Bukannya tidak senang kabar pernikahannya diketahui banyak orang, Elang hanya tidak mau berurusan dengan pihak media untuk sekedar memberi penjelasan yang menurutnya tidak penting bagi dirinya. "Mas, makan dulu," sebuah suara milik wanita yang sudah menjadi istrinya, berhasil mengalihkan pandangan Elang dari layar ponsel. Elang mendongak, menatap Ayunda yang masih
"Siapa wanita itu? Apa mungkin itu kekasih Tuan Elang? Sepertinya iya? Tuan Elang mencium perut wanuta itu dengan segenap rasa. Sayang sekali wajah wanitanya tidak kelihatan," rentetan pertanyaan muncul dari benak Ayunda setelah tadi mengintip ponsel milik suaminya yang menyala.Di sana, di dalam layar ponsel, seperti yang Ayunda pertanyakan dalam hatinya, memang terpampang foto Elang yang sedang berdiri setengah lutut mencium perut rata seorang wanita. Elang terlihat sangat bahagia dalam foto yang digunakan sebagai wallpaper. Sayang sekali wajah wanita itu tidak kelihatan. Hanya nampak tubuh dari leher hingga ke bawah, dan dibalut dress selutut berwarna putih, senada dengan pakaian Elang."Mungkin ini tujuan Tuan Elang mengajakku nikah kontrak. Dia sedang menunggu kekasihnya pulang dari suatu tempat dan nanti mereka akan kembali bersama. Atau mungkin mereka sudah putus dan aku hanya dijadikan pelarian sebagai penutup rasa sakitnya. Terus nanti wanita itu kembali meminta maaf, dan El
"Eh, kamar pengantin sudah gelap aja, udah perasaan belum terlalu malam?""Baru pukul sembilan kurang ini. Wah! Pengantinya gerak cepat!""Mungkin pengantinnya kelelahan kali. Kan, mereka pasti kemarin malam tidak bisa tidur karena mau menikah.""Mending kalau mereka kelelahan, jika mereka saat ini sedang menambah kelelahan bagaimana?""Bisa jadi itu."Celetukan para ibu tetangga yang bertamu ke rumah Ayunda dan duduk di ruang tengah, dekat kamar pengantin, sontak membuat penghuni kamar dengan cahaya remang-remang semakin salah tingkah.Entah Ayunda lupa atau bagaimana, kalau ada yang melangsungkan pesta pernikahan, baik di kampung termasuk juga di komplek tempat tinggalnya, tamu akan masih berdatangan meski acara inti sudah selesai.Walaupun tamu yang banyak tidak membludak, tapi tetap saja mereka akan menyempatkan untuk datang, guna sekedar memberi doa restu dan turut membantu sedikit dana yang ditaruh dalam amplop putih.Apa lagi pernikahan di tempat Ayunda itu berlangsung secara me
"Kenapa malah diam? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?" pertanyaan yang keluar dari mulut Elang, sontak membuat Ayunda agak gelagapan. Wanita yang sedang memikirkan perbuatan isengnya beberapa menit yang lalu, nampak salah tingkah sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Apaan sih, Mas. Udah cepat bangun dan bersih-bersih, ibadah pagi dulu," karena Elang memasang senyum meledek, Ayunda jadi sengaja bersikap ketus agar suaminya tidak meledeknya dan perbuatan isengnya juga tidak ketahuan."Ibadah ya?" Elang berkata ragu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sudah pasti sikap Elang membuat Ayunda mengerutkan keningnya seketika."Kenapa? Nggak doyan sama yang namanya ibadah?" tanya Ayunda langsung ke intinya tanpa basa-basi sampai suaminya terkesiap dan senyum-senyum tidak jelas."Aku... sudah lupa cara melakukan ibadah," jawab Elang pelan dengan mata yang menatap ke arah mana saja."Astaga! Bagaimana mungkin kamu bisa lupa dengan kewajiban kamu, Mas?" entah kenapa tiba-tiba A
"Wahh, pengantin baru! Udah seger aja nih pagi-pagi. Jalan-jalan Mbak Yun?""Iya, nih, Bu, Mari.""Silahkan, Hati-hati ya, Mbak, nanti suaminya ilang loh. Tuh, banyak mata yang menginginkannya."Celetukan ibu penjual nasi uduk hanya dibalas senyuman oleh Ayunda dan juga Elang. Sepanjang kaki melangkah, sudah banyak mulut iseng para tetangga yang membuat pengantin baru harus bisa menahan diri dari rasa malu karena ledekan yang keluar dari mulut orang-orang yang mereka temui."Kamu di sini cukup terkenal yah, Ay?" tanya Elang sesat kemudian begitu langkah kaki mereka berada di jalan yang agak sepi."Ay?" Ayunda sampai menoleh begitu Elang kembali memanggilnya dengan dua huruf tersebut."Kenapa? Nggak suka aku panggil gitu? Aku lebih enak manggil kamu gitu, gimana dong? Nggak apa-apa kan?" balas Elang mencoba memberi alasan yang masuk akal."Bukannya nggak suka, cuma ya, ngerasa aneh aja. Aku sih nggak masalah Mas Elang manggil aku dengan cara apa," jawab Ayunda yang memang terlihat begi