"Kira-kira, bagaimana reaksi Elang dan Ayunda, jika mengetahui kabar itu ya, Pi?" tanya Ratih begitu dia dan suaminya sudah berada di dalam mobil, meninggalkan rumah orang tua Elang, setelah menjalankan rencana yang menurut wanita itu akan sangat menguntungkan dirinya."Apa mungkin, mereka akan menyangkal? atau malah sebaliknya? Mereka akan mengakui kalau pernikahan mereka itu memang terjadi karena adanya perjanjian?" Ratih terus berceloteh dengan wajah yang menunjukan kalau dirinya sedang sangat bahagia.Dari sikap yang ditunjukkan, jelas sekali kalau Ratih sudah tidak sabar ingin segera mengetahui hasil dari rencana yang baru saja dia jalankan bersama suaminya. Wanita itu sedikit merasa puas, meski hanya membayangkan reaksi Elang dan Ayunda kala disidang Laras nanti."Pi, apa besok kita datang lagi aja ke tempat Mbak Laras? Aku pengin lihat bagaimana reaksi Elang dan gadis kampung itu deh," Ratih seketika langsung memberi usulan, tanpa menyadari kalau sang suami sedari tadi lebih ba
"Mas, kamu mau pergi?" tanya Ayunda kala melihat suaminya tiba-tiba meraih kunci mobil yang tergeletak di atas nakas, dekat tempat tidur. Ayunda juga merasa heran karena suaminya tiba-tiba mengenakan jaket."Kamu belum tidur?" bukannya menjawab, Elang malah melempar pertanyaan begitu mendengar suara istrinya. Nampaknya pria itu terkejut kala sang istri tiba-tiba bertanya sampai gerakan tubuh Elang yang baru saja mengambil kunci mobil terhenti."Belum nih," balas Ayunda. Wanita bangkit dari rebahannya dengan mata terus menatap suaminya. Pandangan Ayyunda begitu menyelidik sampai Elang seperti tak bisa berkutik. "Mas Elang malam-malam begini mau kemana?"Elang menghembuskan nafasnya secara kasar. Untuk beberapa saat, pria itu terdiam dengan raut wajah yang menunjukan kalau dia sedang berpikir. Tak lama setelahnya Elang memilih duduk di tepi ranjang lalu menyalakan ponselnya."Nih, lihatlah," Elang menunjukan sesuatu dalam ponselnya kepada sang istri. Tentu saja hal itu semakin membuat s
Elang begitu geram pada sosok wanita yang duduk di hadapannya. Sosok yang dikenal dengan nama Amanda itu terkesan berbelit-belit. Kalau bukan karena rasa penasaran, pria itu pasti akan memilih tidur daripada menemui wanita menyebalkan pada malam seperti ini.Apa yang dirasakan Elang berbanding terbalik dengan perasaan Amanda sekarang. Wanita itu sudah seperti di atas angin kala dia berhasil membuat Elang datang menemuinya. Hal itu seakan membuat Amanda semakin yakin akan dugaan yang saat ini bersemayam dalam pikirannya.Sebelum melanjutkan ucapannya karena Elang yang sudah menuntut penjelasan dari Amanda, wanita itu memilih menyesap kopinya terlebih dahulu. Setelah itu, dengan senyum yang kembali terkembang tipis, wanita itu pun kembali bersiap diri untuk mengungkapkan dugaanya.Namun di saat Amanda hendak bersuara, Telinga wanita itu dikejutkan dengan suara dering sebuah ponsel. Amanda sontak melirik ponselnya dan itu sudah jelas bukan nada dering yang dia gunakan. Lalu Amanda segera
"Kamu baru pulang?" tanya seorang wanita, yang baru saja keluar dari area dapur dan hendak menuju ruang tengah. Wanita itu bertanya kepada wanita lain yang tinggal bersamanya dan sepertinya wanita tersebut memang baru pulang.Wanita yang baru pulang itu nampak kaget sampai langkah kakinya terhenti. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara yang sangat dia kenal. "Loh, Mbak belum tidur?" tanya wanita itu sedikit heran kala menatap kakak sepupunya yang masih terjaga di jam segini."Nggak bisa tidur aku," balas Ratih, wanita yang sekarang sudah duduk di ruang tengah. Dia memeriksa ponselnya sejenak, lalu kembali menatap adik sepupunya. "Kamu sendiri dari mana aja? Kok tumben baru pulang jam segini?"Sang sepupu tersenyum tipis lalu wanita itu merubah langkah kakinya menuju sofa yang sama dengan Ratih dan duduk di sana. "Habis ketemu sama temen, eh malah ada gangguan," jawab Amanda tiba-tiba merasa kesal."Siapa? Suami orang?" terka Ratih asal. Namun tebakan wanita itu sediki
Tidak ada pilihan lain, Elang dan Ayunda tidak bisa menolak permintaan Laras dengan alasan apapun. Meski malam sudah menuju larut, sepertinya sepasang suami istri itu harus menuntaskan masalah yang sedang membuat pikiran mereka kacau."Mama kenapa belum tidur?" tanya Elang basa-basi begitu dia duduk pada salah satu sofa yang ada di ruang tengah, dimana wanita yang telah melahirkan pria itu juga berada. "Harusnya jam segini Mama sudah istirahat kan, Ma."Laras seketika mendesah, lalu menatap anak dan menantunya dengan tatapan yang sukar diartikan."Bagaimana Mama bisa tidur, kalau ada hal yang mengganggu pikiran Mama," ucap Laras. Meski suaranya begitu tenang, tapi sikap yang ditunjukan wanita itu mampu membuat Elang dan Ayunda semakin was-was. "Ini apa, Ma?" tanya Elang lagi. Pria itu menunjuk pada tiga benda di atas menja. Dua benda diantaranya, Elang sudah pasti jelas sangat mengenalinya. Namun satu benda lainnya, Elang sama sekali tidak tahu kenapa benda itu ada di atas meja."Bac
Laras terduduk di tepi ranjang. Air matanya mengalir semakin deras setelah mengetahui fakta yang cukup mengguncang batinnya. Wanita itu tidak menyangka, akan melewati masa seperti ini dimana dia merasa seperti dipermainkan oleh anaknya sendiri.Kecewa, sudah pasti Laras sangat kecewa. Dia juga sangat marah dengan apa yang sudah dilakukan putranya. Namun Laras masih bisa menahan segala amarahnya dan memilih menangis, karena menurutnya percuma dia melampiaskan amarah pada pria yang sudah seharusnya bisa mengambil sikap bijak.Berbeda dengan apa yang sedang dirasakan sang putra saat ini. Di dalam kamar yang berbeda, Rahang Elang jutsru mengeras dengan wajah berubah menjadi merah. Amarah pria itu seketika melonjak naik begitu melihat satu persatu isi paket yang ada di tangannya."Sialan, ini pasti perbuatan Bella," terka Elang, seketika dadanya yang cukup bergemuruh hebat. Pria itu lantas menoleh dan menyusul istrinya yang sudah terbaring di atas ranjang. "Ini cuma rekayasa, Ay, aku sam
"Siapa yang menyebarkan berita nggak bermutu seperti ini sih!" Seru Erna tak kalah terkejut dengan sang kakak, ketika membaca informasi yang mengulas tentang pernikahan kakak laki-lakinya di salah satu media berita online. Laras yang ikut membaca berita itu pun hanya diam meski dalam benaknya, wanita itu juga sudah bergejolak. Seketika itu juga pikiran Laras tertuju pada adik sepupunya karena baru semalam mereka membicarakan tentang ELang dan pernikahannya."Ma, apa ini yang membuat Mama kepikiran semalaman?" tanya Erna. Wanita itu manatap Laras dengan tatapan seperti orang yang sedang menyelidiki."Jangan-jangan iya ya, Ma? Gara-gara gosip ini Mama jadi kepikiran?" Erlin pun ikut menerkanya, "Mama nggak mungkin kepikiran sampai sakit begini, jika bukan karena berita ini? Apa semalam Om Bonar menemui Mama untuk membicarakan gosip nggak jelas seperti ini. Ma?"Laras tidak langsung menjawab. Hatinya menjadi dilema karena dia sendiri bingung harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak.
"Apa Mama beneran setuju dengan rencana Mas Elang?" tanya Ayunda tanpa menatap lawan bicaranya. Wanita itu bersama sang suami kini sudah berada di teras rumahnya sendiri setelah tadi Elang dan Ayunda berbicara dengan Laras."Yah, seperti yang kamu lihat tadi. Meskipun Mama terdiam, tapi dari sikapnya aku yakin Mama setuju dengan rencanaku," balas Elang. Arah pandang pria itu pun sama. Menatap lurus pintu gerbang rumahnya. "Kalau boleh tahu, apa sebenarnya yang akan dilakukan Mas Elang, sampai Mas Elang memohon kepada Mama?" tanya Ayunda lagi. Elang memang tidak mengatakan apa yang dia rencanakan pada Laras dan Ayunda. Pria itu justru meminta kepercayaan pada dua wanita tersebut untuk mengatasi masalahnya sendirian.Elang pun nampak tersenyum sembari menoleh sekilas, menatap wanita yang berdiri di sebelahnya. "Nanti kamu juga akan tahu."Ayunda saat itu juga menoleh, menatap sebentar, pria yang tingginya lebih dari 180 cm itu. Benak Ayunda kembali berkecamuk sampai wanita itu menghel
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?