Beranda / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 45 : Mendapat Gratis

Share

Bab 45 : Mendapat Gratis

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tidak mudah jatuh cinta ya? apa karena kamu punya trauma masa lalu yang sangat menyakitkan, hingga membuatmu merasa hanya Wangi yang ada, dan pada akhirnya sangat mencintai wanita rakus itu?”

Ayuda tanpa basa-basi berbicara, jika biasanya dia ingin Jiwa masuk ke kamarnya, tapi entah kenapa saat pria itu dengan sukarela berada di ruang pribadinya itu, dia malah benci.

“Aku bukan anak TK, untuk apa menikahi orang karena trauma masa lalu. Aku memang mencintainya.”

Meski matanya terpejam, Jiwa masih mendengarkan Ayuda bicara. Agak kesal juga Ayuda dibuatnya, bukan masalah cintanya ke Wangi, tapi cinta itu yang membuatnya sampai mau berbuat hal gila.

“Aku sedang menghancurkan karir istri yang sangat kamu cintai itu, tapi kamu malah tidur di sini, bukankah kamu hanya akan membuat hati istri yang sangat kamu cintai itu hancur?” cecar Ayuda. Ia masih tak percaya Jiwa masuk dan sedang berbaring di ranjangnya.

“Aku terlalu mencintainya, jadi selama ini aku tidak pernah bisa menolak dan memberi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
ALYATUSANl
Perang enak ya judulnya...menang kalah sma"enak...
goodnovel comment avatar
Lkems Fhitria
astaghfirullah ayudara
goodnovel comment avatar
Nia Kurniawati
aduh ayuda gak bisa kalah kalo debat...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 46 : Datang Jika Butuh Belaian

    Jiwa menatap tak percaya Ayuda, tangan wanita itu mulai meraba kebagian inti tubuhnya dan dia pun hanya diam. Jiwa ingin melihat seberapa jauh Ayuda akan mengancamnya dengan cara seperti ini, dia yakin istri ke duanya ini akan berhenti sendiri saat melihat dirinya sama sekali tidak takut.Namun, Jiwa sukses dibuat terkesiap, Ayuda membuka baju hingga membuat dadanya yang berbalut bra berwarna marun menonjol. Bra dengan model rendah itu mau tak mau membuat isi di dalamnya seperti tumpah, dan Jiwa pun mulai goyah.“Kamu boleh melakukannya seperti pertama kali, kasar dan dan tidak berperasaan. Lagi pula aku sudah bilang dengan senang hati akan melahirkan anak untukmu,” goda Ayuda.Bak jalang liar yang haus belaian dia memasukkan tangan ke bagian depan celana pendek Jiwa. Menyentuh inti tubuh pria itu, lalu tersenyum miring karena ternyata senjata Jiwa sudah mengeras.“Kamu tahu? aku pernah bertemu Raga di klub malam, dia bahkan hampir mendapat oral gratis dariku, tapi saat aku tahu dia a

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 47 : Mempengaruhi Pikiran

    Wangi benar-benar dibuat tidak bisa tidur, dia keluar masuk kamarnya untuk melihat kemungkinan Jiwa keluar dari kamar Ayuda. Namun, sayang dia tidak tahu bahwa sejak tadi Jiwa sudah pindah tidur di ruang kerjanya. Wangi masuk ke kamar dan membanting pintu dengan kencang. Hatinya terasa terbakar, secepat inikah Ayuda berhasil dengan rencana membuat hidupnya berantakan.“Akan aku balas dia, lihat saja!” gumam Wangi.Hari berikutnya, Wangi serasa enggan membuka mata, tapi telinganya mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi, dia yakin Jiwa sudah kembali. Wangi terlambat bangun karena baru bisa tidur jam dua pagi. Meski begitu dia memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan menuju depan pintu bilik air itu, mulut Wangi sudah tidak sabar mencecar suaminya dengan banyak pertanyaan, salah satunya kenapa semalam tidak kembali ke kamar mereka.“Mas, semalam apa kamu tidur di kamar wanita itu?” tanya Wangi dari luar, dia yakin Jiwa bisa mendengar suaranya. “Kamu tidak berbuat macam-macam ‘k

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 48 : Berkelahi

    Wangi berjalan cepat menuju kamar Ayuda, kebetulan sebelum sampai di ruang pribadi madunya itu, dia melihat Ayuda keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Wangi pun hendak melayangkan tamparan ke pipi, tapi Ayuda berhasil menghindar sambil mengucapkan kalimat ejekan. Hal ini membuat Wangi semakin murka dan menyambar tas milik Ayuda kemudian membuangnya sembarangan.Sikap Wangi ini membuat Ayuda kesal dan secara impulsif menjambak rambut, kukunya yang tajam hampir mencakar pipi Wangi, tapi lebih dulu ditepis.Melihat pertengkaran dua istri tuan mudanya, pembantu yang baru saja membersihkan salah satu ruangan di lantai itu pun berusaha melarai. Sang pembantu meminta baik Wangi dan Ayuda untuk menghentikan aksi berkelahi.“Nona hentikan, aduh! Jangan berkelahi,” ucap sang pembantu frustrasi.Karena terdengar semakin ribut, Jiwa pun keluar kamar, dia berjalan cepat lalu meraih lengan Wangi agar menjauh dari Ayuda.“Apa kalian anak TK?” bentak Jiwa.Bersamaan dengan itu, Raga, Linda dan R

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 49 : Raga Vs Jiwa

    Sial bagi Ayuda, bukan Wangi yang berdiri di sana melainkan sang mertua. Linda pun berdecak sebal. Wanita itu memutar tumit lalu mencegah suaminya untuk keluar. Adegan dua puluh satu plus di depan pintu yang dipertontonkan Ayuda dan Jiwa membuat pipi Linda merona karena malu.“Kamu sudah mulai kecanduan, benar ‘kan?” sinis Jiwa. Dia dibuat heran karena Ayuda seperti tak mendengarkan ucapannya dan malah menoleh ke arah dalam rumah.“Sepertinya aku tadi melihat orang,”gumam Ayuda. Ia berhasil membuat Jiwa sadar bahwa ciuman tadi hanyalah sandiwara yang dibuat istri ke duanya ini.“Kamu bilang apa tadi? kecanduan?” tanya Ayuda. “Mimpi kau!”Ayuda tertawa lalu memukul lengan sang suami dengan tas di tangan. Ia berjalan dengan berjengket-jengket menuruni anak tangga teras. Sikapnya membuat Jiwa membuang muka, mengusap permukaan bibirnya yang basah karena ciuman basah barusan.Di dalam mobil yang membawanya berangkat ke kantor, Ayuda memilih menghubungi Raga. Meski tidak ada hubungan yang t

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 50 : Makan Siang

    Raga jelas tak berkutik saat Jiwa mengakui bahwa Ayuda adalah istrinya. Bahkan beberapa karyawan mendengar jelas kalimat yang baru saja diucapkan oleh Jiwa. Pengakuan secara langsung dari lisan pria itu bahwa Ayu adalah istrinya, membuat Raga tergelak.“Jangan mencari gara-gara, aku ke sini untuk mengajak Raga makan siang,” ucap Ayuda. Ia berusaha melepaskan cekalan tangan Jiwa tapi pria itu semakin mencengkeram erat. “Lepas! apa kamu mau jadi tontonan bawahanmu?”Ayuda merasa malu, meski dia pemberani, tapi situasi seperti ini sudah pasti membuat siapa pun yang mengalami merasa sungkan dan tak enak hati. Dua tangan Ayuda dicekal oleh pria yang berbeda, apalagi pria-pria itu bukan orang biasa. Mereka kakak beradik, putra kandung Ramahadi.“Jiwa, lepaskan tanganku! Aku mau pergi makan siang dengan Raga,” ujar Ayuda lagi.“Aku ikut!”“Apa? bukankah kamu sudah makan tadi?” tanya Ayuda, dia terkejut dengan ucapan Jiwa.Sementara itu Raga tergelak dan dengan terpaksa melepaskan tangan Ayud

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 51 : Target Ke dua, Linda

    “Jangan bermimpi dan jangan main-main denganku! aku tidak akan menceraikan Ayuda.”Makan siang yang sungguh tak terduga di antara dirinya, Jiwa dan Raga sudah selesai beberapa jam yang lalu, tapi Ayuda masih saja memikirkan ucapan Jiwa saat membalas perkataan Raga. Meski terkesan jahat, tapi dia cukup senang karena sudah membuat putra Ramahadi itu bertengkar.Ayuda tersenyum menatap lurus ke arah meja, digilai dua orang pria yang sama-sama rupawan tentu saja menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya. Ia masih saja terus tenggelam ke dalam pikirannya sendiri, hingga tak sadar Aldi sudah berada di depannya. Pria itu pun mengetuk meja.“Apa yang sedang Anda pikirkan Nona?” tanya Aldi sembari meletakkan sebuah map ke meja.“Tidak ada. Oh … ya, aku penasaran bagaimana perkembangan gosip tentang suami Wangi yang berpoligami?” selidik Ayuda.“Seperti yang Anda minta, saya terus menggunakan jasa buzzer untuk menyerang agar berita itu tidak cepat tenggelam, saya juga ikut membuat akun

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 52 : Menghajar Pembantu

    Seperti biasa, Ayuda pulang ke rumah hampir jam tujuh malam. Ia tidak ingin banyak berinteraksi dengan penghuni rumah Ramahadi terutama Wangi. Ayuda bersyukur karena saat kakinya menapak di lantai dua istana megah itu, Wangi tak menampakkan batang hidungnya. Ayuda yakin, wanita itu pasti sudah kembali bekerja seperti biasa. Namun, siapa sangka dia berpapasan dengan Susi, pembantu yang dulu pernah berani melawannya.Susi masih bersikap sama, dia bahkan tak menyapa Ayuda dan berlalu pergi setelah keluar dari kamar Wangi dan Jiwa.“Heh …,” hardik Ayuda sambil memutar badan, tangannya sudah terlipat ke depan dada sambil menatap punggung Susi. “Apa kamu tidak tahu sopan santun ke majikan? Apa kamu mau aku beri pelajaran?” ancamnya.Susi hanya diam, dia merasa sama sekali tak butuh menuruti ataupun takut karena gertakan Ayuda. Ia memilih diam sampai Ayuda berhenti tepat di depan mukanya. Putri Affandi itu memulas senyum licik, kemudian menutup mulut dengan telapak tangan.“Kenapa kamu jahat

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 53 : Mencari Tahu Sendiri

    Wangi tak bisa fokus, dia bahkan selalu salah dan tak bisa mengikuti petunjuk dari fotografer. Wanita itu sedang melakukan pemotretan sebuah produk kecantikan. Benar-benar tidak seperti biasanya, banyak kesalahan yang dia buat selama proses pengambilan gambar, hingga sang manager meminta jeda istirahat.“Jangan ambil pekerjaan pemotretan di malam hari, aku sudah lelah.”Wangi memberi alasan, padahal tanpa diberitahupun Audy sudah tahu kalau dia sedang banyak pikiran. Beberapa perusahaan memilih menggantung kesepakatan dengan wangi, hal ini membuat istri pertama Jiwa itu kesal.Audy hanya mengiyakan saja permintaan Wangi tanpa ingin berdebat, dia juga sudah lelah. Sejak skandal poligami Jiwa terkuak ke publik, Audy juga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia harus menjawab, memberi penjelasan ke orang-orang yang baru akan dan sudah memiliki kontrak kerja dengan artisnya.Wangi duduk dan menyandarkan punggung di kursi malas yang memang disediakan khusus untuknya. Ia mulai mengetikkan beber

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status