Jiwa kaget mendapati Aldi sudah ada di luar sisi pintu Ayuda. Ia menjauhkan bibir, tapi Ayuda malah ingin memakasanya lagi. Pria itu pun sadar dengan kemungkinan apa yang baru saja terjadi, hingga menatap Ayuda penuh kemarahan.“Apa kamu meminta asistenmu datang?” tanya Jiwa tak percaya.“Meminta? Apa kamu lihat aku memakai ponselku?” balas Ayuda.Jiwa pun mengeram, selain Ayuda licik ternyata wanita itu didukung oleh asisten yang cerdik. Jiwa semakin tak bisa berkata-kata, saat melihat beberapa pria dengan kamera mendekat ke mobilnya.“Sial, apa dia juga memanggil wartawan?”Ayuda mengedikkan bahu, membuat Jiwa semakin geram. Wartawan-wartawan itu semakin mendekat, membuat Jiwa memutuskan mengambil langkah seribu. Ia memundurkan mobil sebelum melesat melaju dengan kecepatan tinggi.“Apa kamu kabur? Ternyata kamu takut pada wartawan?” sindir Ayuda. Ia tertawa puas karena sudah memporak-porandakan suasana hati Jiwa di pagi hari. “Kenapa tidak menurunkan saja aku, kamu bisa meninggalkan
Wangi takut, akhirnya dia memilih untuk mengundur acara konferensi pers dengan alasan kesehatan. Audy yang mendengar kabar dadakan dari Wangi dibuat pusing tujuh keliling. Hendak marah pun Audy tak bisa, karena semua keputusan ada di tangan artisnya. Sementara itu, Ayuda masih saja duduk manis di lobi anak perusahaan Jiwa, sampai seseorang berdehem tepat di sampingnya. Ayuda mendongak, dia kaget melihat Aldi berdiri tegak dengan tangan memegang pergelangan tangan kiri.“Nona, kenapa tidak membalas pesan saya?” tanya Aldi sambil menatap ponsel di tangan sang atasan.Ayuda pun tak enak hati, dia sadar Aldi mengiriminya pesan dua kali, tapi dia lebih memilih untuk membalas komentar penggemar wangi di sosial medianya. Ayuda pun meminta maaf, setelah itu bertanya kenapa asistennya itu bisa sampai ke sana.“Bagaimana bi …”Belum juga menyelesaikan kalimatnya, mulut Ayuda terbungkam karena Aldi menunjukkan ponsel miliknya, sebuah aplikasi dipasang pria itu agar bisa melacak keberadaan Ayud
Aldi hanya tertawa mendengar ocehan Ayuda, ternyata gadis itu lucu. Tak ingin konsentrasinya terpecah, Aldi pun kembali fokus, membelah jalanan untuk menuju ke kantor.Sesampainya di sana, baik Ayuda dan Aldi sama-sama kaget. Affandi sudah menunggu di ruangan sang putri. Ia merasa rindu, karena Ayuda sama sekali tidak memberi kabar. Seekor kucing nampak berada di pangkuan Affandi. Kucing itu adalah kucing kesayangan Ayuda, dia meminta orang mengantarnya langsung ke Indonesia karena yakin putrinya pasti akan sangat senang dan berterima kasih kepadanya.“Arca sayangku!”Benar saja, bukannya menyambut dan menyapa Affandi, Ayuda langsung mengambil kucing kesayangannya dari pangkuan sang papa. Gadis itu bahkan memeluk mahkluk berbulu itu sambil menciuminya.“Apa kabar kamu Arca? kamu baik-baik saja ‘kan?”Aldi beradu pandang dengan Hari, dia tak menyangka Ayuda yang galak akan semanis itu memeperlakukan kucing. Ia bahkan menimang kucing bernama Arca itu layaknya bayi.“Apa setiap hari kamu
Kilat kamera membuat mata Ayuda silau, dia kaget karena banyak wartawan yang sudah menunggu di depan gedung Affa Konstruksi. Aldi bahkan harus meminta bantuan bodyguard dari jasa keamanan yang pernah menaunginya dulu. Padahal saat tadi Affandi pergi, lobi nampak sepi. Tak ada tanda-tanda kerumunan seperti ini, hingga beberapa jam yang lalu, satpam mengabari bahwa banyak pencari berita yang menunggu Ayuda.Gosip tak bisa dibendung, pernikahan antara Ayuda dan Jiwa sudah tersiar di seluruh negeri, dan ini memang yang Ayuda inginkan.“Maaf, saya belum bisa memberi penjelasan. Maaf ya!”Ayuda berjalan membelah kerumunan, hingga tertawa saat mobil yang dikemudikan Aldi menjauh.“Al, apa aku sudah cocok menjadi artis,”gurau Ayuda. “Cih … bagaimana bisa Wangi membanggakan pekerjaannya, dia bahkan tidak memiliki privasi. Hidupnya dibayang-bayangi oleh pemikiran dan komentar orang lain.Aldi tak menjawab, pria itu hanya diam sampai tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di dalam benaknya. “Nona,
“Mas, ini nggak bisa dibiarkan. Perempuan itu sudah buat aku seharian pusing, bahkan Mama kesal.”Jiwa melepas dasinya dengan kasar. Baru saja menginjakkan kaki di kamar, bukannya sapaan ramah tapi malah aduan yang dia dengar. Pria itu tak menjawab, memilih melepas kemeja dan melemparnya ke keranjang cucian dengan kasar.“Mas jiwa,”panggil Wangi.Ia sadar suaminya tidak dalam suasana hati yang baik. Tidak ada satu orang pun yang memiliki suasana hati baik sejak Ayuda menginjakkan kaki di istana Ramahadi. Wangi dan Jiwa bahkan terlambat untuk makan malam bersama karena malas bertemu dengan Ayuda.Namun, saat sudah berada di ruang makan. Mereka terkejut karena tak menemukan sosok Ayuda di sana, bahkan Raga juga tak nempak batang hidungnya. Padahal jelas Jiwa tadi melihat sang adik pulang.Bersikap tak peduli, Jiwa duduk dan membiarkan pembantu melayaninya makan. Ia melirik Linda yang memasang muka masam. Suasana rumah itu sangat mencekam.“Di mana Raga?” tanya Jiwa sambil meraih alat ma
“Tidak mudah jatuh cinta ya? apa karena kamu punya trauma masa lalu yang sangat menyakitkan, hingga membuatmu merasa hanya Wangi yang ada, dan pada akhirnya sangat mencintai wanita rakus itu?”Ayuda tanpa basa-basi berbicara, jika biasanya dia ingin Jiwa masuk ke kamarnya, tapi entah kenapa saat pria itu dengan sukarela berada di ruang pribadinya itu, dia malah benci.“Aku bukan anak TK, untuk apa menikahi orang karena trauma masa lalu. Aku memang mencintainya.”Meski matanya terpejam, Jiwa masih mendengarkan Ayuda bicara. Agak kesal juga Ayuda dibuatnya, bukan masalah cintanya ke Wangi, tapi cinta itu yang membuatnya sampai mau berbuat hal gila.“Aku sedang menghancurkan karir istri yang sangat kamu cintai itu, tapi kamu malah tidur di sini, bukankah kamu hanya akan membuat hati istri yang sangat kamu cintai itu hancur?” cecar Ayuda. Ia masih tak percaya Jiwa masuk dan sedang berbaring di ranjangnya.“Aku terlalu mencintainya, jadi selama ini aku tidak pernah bisa menolak dan memberi
Jiwa menatap tak percaya Ayuda, tangan wanita itu mulai meraba kebagian inti tubuhnya dan dia pun hanya diam. Jiwa ingin melihat seberapa jauh Ayuda akan mengancamnya dengan cara seperti ini, dia yakin istri ke duanya ini akan berhenti sendiri saat melihat dirinya sama sekali tidak takut.Namun, Jiwa sukses dibuat terkesiap, Ayuda membuka baju hingga membuat dadanya yang berbalut bra berwarna marun menonjol. Bra dengan model rendah itu mau tak mau membuat isi di dalamnya seperti tumpah, dan Jiwa pun mulai goyah.“Kamu boleh melakukannya seperti pertama kali, kasar dan dan tidak berperasaan. Lagi pula aku sudah bilang dengan senang hati akan melahirkan anak untukmu,” goda Ayuda.Bak jalang liar yang haus belaian dia memasukkan tangan ke bagian depan celana pendek Jiwa. Menyentuh inti tubuh pria itu, lalu tersenyum miring karena ternyata senjata Jiwa sudah mengeras.“Kamu tahu? aku pernah bertemu Raga di klub malam, dia bahkan hampir mendapat oral gratis dariku, tapi saat aku tahu dia a
Wangi benar-benar dibuat tidak bisa tidur, dia keluar masuk kamarnya untuk melihat kemungkinan Jiwa keluar dari kamar Ayuda. Namun, sayang dia tidak tahu bahwa sejak tadi Jiwa sudah pindah tidur di ruang kerjanya. Wangi masuk ke kamar dan membanting pintu dengan kencang. Hatinya terasa terbakar, secepat inikah Ayuda berhasil dengan rencana membuat hidupnya berantakan.“Akan aku balas dia, lihat saja!” gumam Wangi.Hari berikutnya, Wangi serasa enggan membuka mata, tapi telinganya mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi, dia yakin Jiwa sudah kembali. Wangi terlambat bangun karena baru bisa tidur jam dua pagi. Meski begitu dia memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan menuju depan pintu bilik air itu, mulut Wangi sudah tidak sabar mencecar suaminya dengan banyak pertanyaan, salah satunya kenapa semalam tidak kembali ke kamar mereka.“Mas, semalam apa kamu tidur di kamar wanita itu?” tanya Wangi dari luar, dia yakin Jiwa bisa mendengar suaranya. “Kamu tidak berbuat macam-macam ‘k