Aldi memang layak dipuji, pekerjaannya membuat Ayuda tak henti berdecak kagum. Wanita itu berdiri di halaman samping dengan gaun silver belahan tinggi sebatas paha. Ayuda memandangi venue pestanya, di mana beberapa lilin nampak mengapung di tengah kolam renang. Ia juga melihat pelayan catering sudah mulai bersiap melayani tamu-tamu bayarannya, bibir Ayuda tersenyum tipis kala Aldi mengirimkan biodata para tamu bayaran itu via aplikasi berbalas pesan.Tak berselang lama beberapa tamu mulai berdatangan. Mereka jelas sudah diberi arahan oleh Aldi, tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hingga Raga yang ikut berpesta pun terkecoh, menganggap orang-orang itu memang teman Ayuda.Raga tersenyum dengan gelas kristal di tangan. Cairan berwarna merah keunguan yang ada di dalamnya itu, baru dia tenggak setengah. Mata Raga terus mengekori Ayuda, wanita tercantik dan teranggun di pesta itu.Sementara di salah satu sudut rumah sedang diadakan acara, Ramahadi dan Linda memilih berdia
Tak tinggal diam hanya dengan mendengar ucapan Ayuda, tamu bayaran yang sudah sering mondar-mandir di dunia entertain itu mendekati Ayuda. Ia memperkenalkan diri bernama Selly. Ayuda yang merasa bahwa wanita itu sepertinya tahu tujuannya, memilih mengajak berbicara dengan menjauh dari kerumunan. Ayuda tak peduli meski melihat jelas mata Raga terus mengekori.“Bagaimana aku harus memanggil, kakak atau …. “ Selly merasa sungkan karena dia tahu di sana dia dibayar.“Panggil saja Ayuda.”Keduanya lantas berjabat tangan, saling melempar senyum sebelum Selly dengan berani menanyakan tujuannya menyewa tamu bayaran. Mendengar pertanyaan dari wanita itu, Ayuda hanya tersenyum. Ia jelas sengaja agar misi menghancurkan keluarga Ramahadi segera terlaksana, dan Wangi adalah sasaran pertama Ayuda. Selain karena dia begitu membenci wanita itu, sebagai dalang perbuatan keji yang menimpanya, ini juga karena latar belakang pekerjaan Wangi yang seorang figur publik. Menghancurkan atau setidaknya membuat
Jiwa kembali ke kamar, hingga malas mendapati ponsel yang dia tinggalkan di atas ranjang berkedip. Nama Wangi terpampang di sana, pekerjaan istrinya sebagai artis lama kelamaan membuatnya merasa diabaikan.“Ada apa?” tanya Jiwa dengan nada lemah menjawab panggilan Wangi.“Sudah aku bilang awasi dia, apa kamu tahu di group chat para artis dan kru tersebar berita bahwa suamiku menikah lagi, banyak wartawan yang mulai menghubungi untuk mengkonfirmasi,” cerocos Wangi.Jiwa tak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa mengusap kening lalu mukanya dengan kasar. Jiwa bingung harus bagaimana, karena dia sama sekali tidak berpikir hal seperti ini akan terjadi.“Sudah buat saja konferensi pers dan sanggah semua itu.”Jiwa memutus panggilan itu sepihak, lantas melempar ponselnya. Ia benar-benar dibuat tak habis pikir. Siapa yang harus disalahkan jika pernikahan poligami ini sampai ke publik, dan hatinya tiba-tiba menyebut nama Wangi.“Aku bisa gila,” gumam Jiwa. Bukannya tidur untuk mengistirahatkan tub
“Jangan bicara sembarangan! jika sampai itu terjadi aku akan tertawa dan membiarkanmu mati tenggelam betulan,”ketus Jiwa.“Tapi, bagaimana jika kamu yang jatuh cinta padaku lebih dulu?” tantang Ayuda.“Aku akan melompat dari rooftop gedung RG Group.”“Bagus, setidaknya Wangi akan menjadi janda dan aku akan tertawa di atas kuburanmu.”Jiwa bergidik ngeri mendengar ucapan Ayuda. Ia menjauhkan badan setelah mengancam istri ke duanya itu. “Dengar dan ingat ini! Aku tidak segan membunuh orang.”Ayuda terbeku, dia membiarkan Jiwa pergi dari kamar setelah membanting pintu. Tangannya mengepal di sisi badan. Dadanya seperti terbakar, dia pun tersenyum sinis, bersiap membuat kekacauan yang lebih parah dari ini.__Wangi diam di dalam mobil van mewah yang membawanya pulang ke rumah pagi-pagi. Semalaman dia sibuk shuting, sedangkan sang manager sibuk menjawab pertanyaan wartawan, juga klien yang menggunakan jasanya sebagai brand ambassador.“Bagaimana hal ini bisa terjadi? siapa Ayudara Affandi,
Saat Linda sampai di dapur, wanita itu melihat Ayuda baru saja melepas celemek dan tersenyum puas. Ayuda ternyata tidak memasak seperti apa yang sedang dia bayangkan, untuk semua keluarga. Menantunya itu hanya membuat sarapan untuk dirinya sendiri.Mendapati sang mertua yang mematung di dekat pintu dapur, Ayuda pun mengerutkan dahi. Bibirnya tak sungkan menyindir Linda. Ia berkata,”Ada angin apa Ibu Suri masuk dapur?”Terang saja Linda kesal, giginya bergemerutuk karena sindiran sang mantu barusan. Ayuda mengangkat piring berisi omelet dengan salad buatannya. Berjalan melenggok dan berhenti tepat di depan Linda.“Kamu pasti sudah melihat berita. Semua ini rencana busukmu ‘kan?” Linda langsung menuduh, tak peduli ada telinga pembantu yang mendengar ucapan itu.“Berita apa? aku bahkan tidak memiliki televisi di kamar, bagaimana bisa aku melihat berita?” jawab Ayuda. Ia lewati Linda menuju meja makan dan wanita itu mengeram sambil meremas udara di depan mukanya.Ayuda meletakkan piring d
Jiwa bermanuver ke kiri, dia menginjak pedal rem dalam-dalam untuk membuat mobilnya berhenti. Ia kesal karena Ayuda sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Istrinya itu menatap ke depan dengan sorot mata benci. Hingga Jiwa memiringkan badan, memaksa Ayuda menoleh padanya dan langsung mencium bibir wanita itu dengan brutal.Ayuda pun melotot, tangannya memukul dada dan berusaha mendorong tubuh Jiwa tapi pria itu lebih dulu menguncinya. Jiwa melumat bibir atas dan bawah Ayuda bergantian, dia bahkan menelusupkan lidah menggelitiki rongga mulut istri mudanya itu sebelum membelit lidah Ayuda. Tak tinggal diam, Ayuda masih terus memberontak sampai Jiwa berhenti dan melepaskan tautan bibir mereka.“Apa kamu sudah tidak waras?”Ayuda mengusap bibirnya dengan punggung tangan, begitu juga dengan Jiwa. Pria itu menggunakan ibu jarinya untuk mengusap bibir.“Menakutimu dengan berkata ingin membunuh sepertinya tidak mempan, tapi cara ini sepertinya berhasil,” sindir Jiwa. “Bukankah kamu takut?”
Jiwa kaget mendapati Aldi sudah ada di luar sisi pintu Ayuda. Ia menjauhkan bibir, tapi Ayuda malah ingin memakasanya lagi. Pria itu pun sadar dengan kemungkinan apa yang baru saja terjadi, hingga menatap Ayuda penuh kemarahan.“Apa kamu meminta asistenmu datang?” tanya Jiwa tak percaya.“Meminta? Apa kamu lihat aku memakai ponselku?” balas Ayuda.Jiwa pun mengeram, selain Ayuda licik ternyata wanita itu didukung oleh asisten yang cerdik. Jiwa semakin tak bisa berkata-kata, saat melihat beberapa pria dengan kamera mendekat ke mobilnya.“Sial, apa dia juga memanggil wartawan?”Ayuda mengedikkan bahu, membuat Jiwa semakin geram. Wartawan-wartawan itu semakin mendekat, membuat Jiwa memutuskan mengambil langkah seribu. Ia memundurkan mobil sebelum melesat melaju dengan kecepatan tinggi.“Apa kamu kabur? Ternyata kamu takut pada wartawan?” sindir Ayuda. Ia tertawa puas karena sudah memporak-porandakan suasana hati Jiwa di pagi hari. “Kenapa tidak menurunkan saja aku, kamu bisa meninggalkan
Wangi takut, akhirnya dia memilih untuk mengundur acara konferensi pers dengan alasan kesehatan. Audy yang mendengar kabar dadakan dari Wangi dibuat pusing tujuh keliling. Hendak marah pun Audy tak bisa, karena semua keputusan ada di tangan artisnya. Sementara itu, Ayuda masih saja duduk manis di lobi anak perusahaan Jiwa, sampai seseorang berdehem tepat di sampingnya. Ayuda mendongak, dia kaget melihat Aldi berdiri tegak dengan tangan memegang pergelangan tangan kiri.“Nona, kenapa tidak membalas pesan saya?” tanya Aldi sambil menatap ponsel di tangan sang atasan.Ayuda pun tak enak hati, dia sadar Aldi mengiriminya pesan dua kali, tapi dia lebih memilih untuk membalas komentar penggemar wangi di sosial medianya. Ayuda pun meminta maaf, setelah itu bertanya kenapa asistennya itu bisa sampai ke sana.“Bagaimana bi …”Belum juga menyelesaikan kalimatnya, mulut Ayuda terbungkam karena Aldi menunjukkan ponsel miliknya, sebuah aplikasi dipasang pria itu agar bisa melacak keberadaan Ayud