Share

Bab 211 : Cosplay

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

​​Raga kesal bukan kepalang, semalam dia bahkan tidak bisa tidur memikirkan Sienna yang sedang mengandung anaknya, tapi ternyata gadis itu berbohong. Raga pun bergegas pergi dari penthouse Ayuda, dia berjalan sambil mendial nomor Sienna dengan rasa jengkel, dan saat panggilan itu terhubung Raga pun langsung bertanya -

"Di mana kamu sekarang? Aku ingin bertemu."

"Aku? Di rumah, bukankah kamu tahu sekarang aku menjadi anak baik," jawab Sienna dengan santai. Ia sedang tiduran di kasur sambil melihat-lihat gaun pengantin dari sebuah majalah fashion.

"Aku akan sampai rumahmu dalam lima belas menit," kata Raga.

"Ada apa?" Sienna menegakkan badan, dia kebingungan dan Raga tidak menjawab pertanyaannya. Gadis itu pun bergegas merapikan majalah dan bungkus snack yang berserakan di atas kasur.

Seperti biasa jika papa dan mama Sienna sedang tidak ada di rumah, Raga pasti akan ke kamarnya, Sienna pikir pria itu pasti akan mengajaknya bercinta.

“Aduh, mana bau citata lagi,” gerutu Sienna. Ia se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (24)
goodnovel comment avatar
Nur Janah
ada yang ketahuan orang tua lagi di kamar berduan tu, hayo ngapain ini.........
goodnovel comment avatar
nunaninu
raga terciduk nih, siap" ga OTW KUA hahaha
goodnovel comment avatar
Fa Bunda Bi
langsung dah dikawinin ini mah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 212 : Tidak Tahan

    Di penthouse sang istri, Jiwa akhirnya tak bisa melakukan apa-apa, dia takut sesuatu yang buruk sedang terjadi dan dia malah mengusir Aldi pulang. Dengan setengah hati Jiwa memersilahkan pria itu masuk, diraihnya Nala dari gendongan Ayuda tanpa berkata-kata.“Ada apa? apa ada masalah?” Ayuda memandangi punggung Jiwa yang berjalan menjauh, dia menoleh ke arah pintu dan mendapati Aldi berjalan mendekat.“Al, kok … “ Kening Ayuda berkerut, dia sedang menerka situasi apa yang terjadi saat ini sampai Aldi tiba-tiba saja memohon.“Nona, bantu saya memilih cincin yang paling sesuai dengan karakter Dira.”“Apa?” Ayuda melongo, dia tak percaya hanya demi hal seperti ini Aldi sampai datang ke rumahnya.“Dira bilang seharusnya sebagai calon suami saya tahu bagaimana karakternya, kami bertengkar hanya karena sebuah cincin. Masa depanku terancam, Nona,”ucap Aldi memelas.Ternyata diam-diam, Jiwa menguping pembicaraan. Ia mencebik kesal lalu memandang Nala yang terlelap tidur. Ia berjalan ke ranjan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 213 : Tidak Terlalu Formal

    “Jangan memancing macan kelaparan Ayuda.” Jiwa menegakkan badan. Ia tatap sang istri lekat lalu membelai pipinya dengan raut muka yang sengaja dibuat dingin.“Apa kamu ingin ciuman selamat malam sebelum tidur?”Ayuda menggoda, dia tertawa kala Jiwa mengangguk cepat. Wanita itu merangkum pipi sang suami, menyatukan daging tak bertulang mereka dan mengecapnya sedikit lama. Ciuman itu tak terjeda, hingga beberapa menit berlalu, Ayuda hendak menjauhkan kepala untuk melepaskan tautan bibirnya, tapi Jiwa merengkuh pundaknya, melepas sebentar bibir mereka lalu berkata-“Tidak bisa! tidak boleh sebentar, aku sangat merindukanmu hari ini.”“Bukankah kita bisa berciuman setiap hari?” tanya Ayuda dengan suara lirih.“Ya, tapi kamu pasti tahu yang seperti ini tidak bisa dikontrol.”Mereka sama-sama tersenyum dan kembali menautkan bibir, berpikir mumpung Nala belum paham dengan apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Ayuda bahkan naik ke ranjang, dia saling mengadu bibir dengan Jiwa dalam posisi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 214 : Sudah Tidak Penting

    Dira yang tak menyangka akan kedatangan tamu pagi-pagi nampak kebingungan. Ia melihat dua orang yang sangat serasi berdiri di depan pintu rumahnya dengan senyuman aneh. Dira cukup pandai sehingga sudah menduga bahwa tujuan Ayuda datang pasti untuk membantu Aldi. Padahal Dira tak serius dengan ucapannya. Menurut gadis itu sang kekasih menjadi sedikit sensitif menjelang pernikahan, hingga ucapannya tentang cincin membuat Aldi kalang kabut.“Kamu membuatnya pusing, kenapa harus sambil merajuk hanya demi cincin?”Ayuda menasehati, tapi sepertinya Dira tak suka hingga merengut dan menggeser posisinya menjauh.“Apa dia bercerita kalau aku marah? aku tidak marah, aku hanya memintanya untuk memutuskan mana cincin yang menurutnya sesuai denganku,”jawab Dira.“Kamu pikir pria itu cenayang bisa menebak apa yang ada di pikiranmu?”Jiwa hampir saja terbahak saat mendengar sang istri mengatakan hal seperti itu, bagaimana tidak? sejatinya Ayuda juga sama saja, terkadang marah dan tak mau menjelaskan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 215 : Lamaran Raga

    Malam harinya, Ayuda nampak bersiap di kamarnya untuk mendatangi acara lamaran Raga. Ia mengenakan baju yang memang dia punya di lemari. Ayuda lega melihat bentuk tubuhnya masih sama seperti sebelum melahirkan Nala. Ia mematut diri di depan cermin, menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan penampilan. Wanita itu mendengar suara pintu kediamannya terbuka, menebak pasti itu Jiwa yang baru saja kembali dari apartemennya sendiri.Ayuda menoleh, dia memulas senyum mendapati Jiwa mendekat sambil berusaha mengancingkan lengan kemeja. Ayuda tak tinggal diam, dia raih tangan pria itu untuk membantu.“Kenapa menatapku terus? Apa ada yang salah?”Meski tanpa memandang wajah sang suami, tapi Ayuda tahu apa yang sedang Jiwa lakukan. Ia turunkan tangan Jiwa perlahan lalu merapikan bagian depan kemeja yang pria itu kenakan.“Apa harus ada yang salah agar punya alasan? Aku sedang mengagumi wajah istriku sendiri,” goda Jiwa.“Tidak, karena memang hanya akuyang harus kamu lihat mulai sekarang,”jawab A

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 216 : Kedatangan Papa

    Ayuda dan keluarga Ramahadi masih terlibat perbincangan hangat dengan keluarga Bisma, saat bik Nini menghubungi. Raga dan Sienna direncanakan menikah dua bulan lagi dan Rahwana hotel tentu saja akan menjadi lokasi, di mana resepsi pernikahan keduanya akan berlangsung.Ayuda awalnya tak begitu merespon panggilan bik Nini, dia pikir wanita itu pasti hanya akan meminta persetujuannya tentang cara menidurkan Nala. Namun, perasaan Ayuda menjadi kurang nyaman, dan memutuskan meminta izin untuk menerima panggilan itu.Jiwa yang melihat ekspresi wajah Ayuda berubah, memandangi istrinya itu sampai punggungnya menjauh, hingga putra sulung Ramahadi itu memutuskan ikut berdiri untuk menyusul Ayuda.“Apa?” Ayuda kaget saat bik Nini berkata papanya dan Hari sudah berdiri di depan pintu. “Kenapa om Hari tidak memberitahuku lebih dulu?” ucapnya.Ayuda menoleh mendapati Jiwa mendekat, pria itu bertanya apa yang terjadi, dan dia pun menjelaskan yang baru saja disampaikan oleh bik Nini.“Apa kita harus

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 217 : Mau Bagaimana Lagi

    Affandi belum menjawab akankah menerima permintaan Ayuda, tapi putri kesayangannya itu lebih dulu berkata kembali. Ayuda meminta sang Papa juga harus menerima Jiwa sebagai menantu. Seperti Ramahadi yang sangat menyayanginya, Affandi juga harus menyayangi Jiwa.“Aku mencintai Jiwa, aku ingin hidup bahagia bersamanya, jadi Papa juga harus menerimanya sebagai anak.”Jiwa menoleh karena tak menyangka Ayuda akan berkata mencintainya setegas itu di depan Affandi. Hatinya merasa berbunga-bunga terlebih Ayuda melingkarkan tangan ke lengannya dengan posesif.“Pa, aku sudah menemukan orang yang ingin aku ajak menghabiskan sisa umur bersama, aku bahagia, jadi kalau Papa benar-benar menyayangiku, tolong kabulkan permintaanku ini!”Affandi tak menjawab, dia hanya bisa memandang putrinya dan Jiwa bergantian, putra sulung pria yang paling dibencinya itu nampak menatap wajah putrinya lekat, sampai suara tangis dari dalam kamar terdengar dan bik Nini yang sejak tadi menjadi pendengar buru-buru masuk.

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status