"Apakah benar, tidak ada sedikitpun rasa cinta yang tersisa di dalam hatimu untukmu?" Kali ini Arjuna hendak memastikan untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.Sarah mengangguk mantab. "Aku tidak punya perasaan seperti itu lagi untukmu, Jun. Kau layak bahagia."Tampak raut kesedihan di wajah Arjuna. Penyesalan memang selalu datang terakhir kali. "Seandainya dulu aku lebih memprioritaskan hubungan kita dan menikahimu lebih cepat. Mungkin saja,""Mungkin ini adalah takdir kita, Jun. Kita harus menerimanya dengan lapang dada. Aku tahu, kau adalah pria baik. Kau pasti menemukan seseorang yang tepat untuk menemani hari-harimu hingga menua nanti."Tatapan lembut Arjuna meneduhkan. Bibir tipisnya mengulas senyum, kemudian dia memohon diri untuk melanjutkan pekerjaannya."Jun," panggil Sarah. Arjuna menghentikan langkahnya yang sudah hampir melewati pintu.Sarah melempar senyum tulusnya. "Kau adalah sahabat terbaikku."Arjuna mengulas senyum. Tanpa menjawab, dia melanjutkan langka
Pergulatan indahnya mengarungi nirwana di dalam kolam renang pun tak terhindari. Sarah pasrah, atas hujaman kenikmatan yang bertubi-tubi hingga menjelang malam."Paman, kita mau kemana? Kenapa aku harus memakai gaun seperti ini?" tanya Sarah yang penasaran akan tujuan mereka. Sarah tampak anggun dengan balutan gaun sederhana berwarna putih. Dia juga mengenakan riasan ringan yang membuat dirinya semakin memukau."Nanti kau akan tau," jawab Adipati sembari mengenakan penutup mata untuk Sarah.Sarah pun menurut. Saat penutup mata sudah terpasang, diam-diam Sarah menaikkan sedikit kainnya untuk mengintip. Sayangnya, ulahnya ketahuan oleh Adipati. "Kalau curang, kita tidak akan segera berangkat," tegur Adipati sembari menutup kembali kain penutup mata Sarah."Baiklah," pasrah Sarah yang kemudian mengaitkan tangannya ke lengan sang suami.Adipati berjalan perlahan menuntun Sarah, memastikan sang istri tidak tersandung saat berjalan."Hati-hati, ada meja di depanmu." Buru-buru Sarah sedik
Sarah sontak menatap Adipati. Sebelumnya Adipati tidak pernah bercerita tentang mantan pacar. Ya, jika diingat, selama ini hanya Adipati yang mengetahui mantan pacarnya. "Owh ya, suamiku sempat bercerita tentangmu padaku.""Benarkah? Apa dia cerita bahwa dia sangat tergila-gila padaku saat itu?" Rachel tampak sangat percaya diri, dan pertanyaan itu, juga dilontarkannya dengan sengaja. Dia adalah wanita yang tidak mau tersaingi.Sarah mengangguk. "Ya, termasuk itu juga," bohong Sarah dengan bibirnya yang masih berusaha tersenyum ramah."Rachel, kami harus pergi. Selamat bersenang-senang," ujar Adipati sambil mengajak Sarah melangkah pergi."Tunggu." Rachel menarik lengan Adipati. "Bergabunglah bersama kami. Ada Rino juga, teman sekolah kita. Lihatlah, dia sedang bermain gitar dan menyanyi di sana. Dia pasti senang bertemu denganmu.""Ayolah." Rachel menarik lengan Adipati menuju kerumunan tanpa persetujuannya. Adipati terpaksa mengikuti, demikian Sarah. Dia tidak ingin suaminya itu b
"Tapi aku bisa mencatat nomormu," ujar Rino sembari menunjukkan layar ponselnya yang tampak batrenya masih terisi penuh.Sarah melirik suaminya, bermaksud membuat Adipati semakin cemburu padanya. "Tentu. 08281 xxxx xxxx," dikte Sarah pada Rino yang semangat memencet tombol ponselnya lalu menyimpan nomer Sarah. "Aku akan menghubungimu." Adipati tampak mengeraskan rahangnya. Upayanya untuk mencegah Sarah berhubungan dekat dengan playboy itu gagal, dan kini malah mereka semakin dekat. Adipati meraih gelasnya dan menyesap sampanye nya, sembari menatap Sarah dan Rino yang tengah bercanda kecil.Perhatian kedua pria itu tertuju pada Sarah membuat Rachel merasa kesal karena kalah saing. Segera, Rachel kembali meluncurkan godaannya. Tangannya memijat manja pada bahu Adipati. Berharap pria itu turn on dan memboyongnya ke dalam ressort untuk bermalam.Namun sayang, itu tidak terjadi sesuai harapannya. Adipati langsung berdiri. "Ayo, sebaiknya malam ini kita bermain."Rachel tersenyum senang,
Sarah terpaksa mengikuti langkah Rino. Dan setelah beberapa saat mereka berhenti di bibir pantai yang tidak ramai orang. Ada beberapa kapal kayu tanpa awak sedang bersandar dan sengaja dilabuhkan disana.Sarah merunduk, napasnya terengah setelah berlarian barusan. Sementara, Rino yang sepertinya sudah terbiasa berlari, hanya tertawa sambil berkacak pinggang menatap Sarah. "Kau sebenarnya mengajakku kemana?""Kita sudah sampai. Lihatlah,,,,"Sarah melihat apa yang dimaksud Rino. Betapa terkejutnya Sarah, ketika mengedarkan pandangan menatap pantai di depannya. Begitu indah dan mengagumkan. Sementara bintang-bintang menghiasi langit dengan sedikit cahaya bulan sabit, membuatnya semakin hanyut dalam romantisme alam. Angin berhembus pelan, ombak yang berderu tidak terlalu kuat. Suasana romantis yang indah, cocok untuk dinikmati bersama kekasih hati. Tapi, sontak Sarah teringat bahwa dia berada disana bersama pria lain. Sarah menatap Rino, yang terlihat memejam mata menikmati manjanya a
"Cukup sudah. Paman, dengarkan aku. Aku tidak peduli kau percaya atau tidak denganku, tapi aku rasa kau harus mendengarkan penjelasanku."Adipati mengangguk cepat, memberi ruang bagi Sarah untuk melakukan pembelaannya. "Aku hanya bertemu Rino secara tidak sengaja. Dan dia mengajakku untuk menunjukkan tempat yang indah. Karena dia temanmu, aku pikir kamu tidak akan marah. Dan jaket ini, dia memberikannya padaku karena aku kedinginan oleh angin malam. Hanya itu saja. Tidak ada yang lebih."Adipati melipat kedua tangannya, menelisik gerak bibir Sarah untuk memastikan kejujurannya, meskipun dia tidak mengetahui tentang ilmu tes kejujuran sama sekali namun dia terbiasa menangani banyak tipe orang yang berbisnis dengannya. Jadi dia tahu pasti, manakah orang yang sedang membual dan mana orang yang berkata jujur.Usai mendengar penjelasan singkat dan padat itu, Adipati mengambil napas panjang. Dia harus berpikir dingin dan tidak ingin terlihat kekanak-kanakan. Adipati menarik tangan Sarah d
"Kita masuk," ajak Adipati sembari menggandeng tangan Sarah menuju ke pintu masuk gedung ice skating tersebut.Di dalam, Adipati dan Sarah sudah siap dengan perlengkapan untuk bermain ice skating. Adipati sudah mahir untuk melakukan permainan tersebut, jadi mereka tidak perlu menyewa seorang instruktur. Adipati yang akan menjadi pelatih pribadi Sarah hari ini."Paman," seru Sarah yang kelimpungan menyeimbangkan tubuhnya.Adipati buru-buru menangkap Sarah dalam peluknya seraya tertawa renyah. "Ayo kita coba," ajak Adipati meyakinkan. Di sudut sana, terlihat Rino dan Rachel sudah masuk ke arena. Mereka juga sudah menggunakan peralatan lengkapnya. Mereka sama sekali tidak mendekati Adipati dan Sarah, seperti janjinya. "Paman, mereka tampak cocok."Adipati melirik ke arah dua temannya itu, namun dia bergeming tidak menanggapi. Kemudian Adipati mengajak Sarah kembali meluncur perlahan. Rasa deg-degan menyelimuti dadanya. Sarah seolah takut jatuh, namun juga senang melakukannya. Tangan S
BRAK!!!!Sarah langsung menutup pintu. Lalu berlari cepat mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya. Sesampainya di kamar, Sarah meraih piyamanya. Setelah semua bagian tubuhnya tertutup aman, Sarah mengambil napas dan membuangnya perlahan.Sarah kembali menuju pintu, menemui Rino yang masih berdiri disana.Pria itu tersenyum manis ketika Sarah membuka pintu kembali. Seolah tidak ada yang telah terjadi. Entah karena tidak ingin membuat Sarah merasa malu, atau memang dia sudah biasa melihat wanita dengan pakaian berbikini seperti itu.Yang jelas, sikapnya dalam menanggapi kejadian tadi membuat Sarah tidak kaku. "Kau mencari suamiku?""Ya, benar. Aku membawa beberapa kopi hangat. Sangat cocok diminum pagi begini."Sarah menatap kopi yang ditenteng Rino. Lantas mengijinkan pria itu masuk untuk menunggu Adipati di dalam."Silahkan duduk. Aku akan menghubungi suamiku," ucap Sarah sembari melenggang ke kamarnya mencari ponsel.Rino yang menunggu di sofa meraih satu cup kopi bagiannya. Aroma k
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat