"Cukup sudah. Paman, dengarkan aku. Aku tidak peduli kau percaya atau tidak denganku, tapi aku rasa kau harus mendengarkan penjelasanku."Adipati mengangguk cepat, memberi ruang bagi Sarah untuk melakukan pembelaannya. "Aku hanya bertemu Rino secara tidak sengaja. Dan dia mengajakku untuk menunjukkan tempat yang indah. Karena dia temanmu, aku pikir kamu tidak akan marah. Dan jaket ini, dia memberikannya padaku karena aku kedinginan oleh angin malam. Hanya itu saja. Tidak ada yang lebih."Adipati melipat kedua tangannya, menelisik gerak bibir Sarah untuk memastikan kejujurannya, meskipun dia tidak mengetahui tentang ilmu tes kejujuran sama sekali namun dia terbiasa menangani banyak tipe orang yang berbisnis dengannya. Jadi dia tahu pasti, manakah orang yang sedang membual dan mana orang yang berkata jujur.Usai mendengar penjelasan singkat dan padat itu, Adipati mengambil napas panjang. Dia harus berpikir dingin dan tidak ingin terlihat kekanak-kanakan. Adipati menarik tangan Sarah d
"Kita masuk," ajak Adipati sembari menggandeng tangan Sarah menuju ke pintu masuk gedung ice skating tersebut.Di dalam, Adipati dan Sarah sudah siap dengan perlengkapan untuk bermain ice skating. Adipati sudah mahir untuk melakukan permainan tersebut, jadi mereka tidak perlu menyewa seorang instruktur. Adipati yang akan menjadi pelatih pribadi Sarah hari ini."Paman," seru Sarah yang kelimpungan menyeimbangkan tubuhnya.Adipati buru-buru menangkap Sarah dalam peluknya seraya tertawa renyah. "Ayo kita coba," ajak Adipati meyakinkan. Di sudut sana, terlihat Rino dan Rachel sudah masuk ke arena. Mereka juga sudah menggunakan peralatan lengkapnya. Mereka sama sekali tidak mendekati Adipati dan Sarah, seperti janjinya. "Paman, mereka tampak cocok."Adipati melirik ke arah dua temannya itu, namun dia bergeming tidak menanggapi. Kemudian Adipati mengajak Sarah kembali meluncur perlahan. Rasa deg-degan menyelimuti dadanya. Sarah seolah takut jatuh, namun juga senang melakukannya. Tangan S
BRAK!!!!Sarah langsung menutup pintu. Lalu berlari cepat mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya. Sesampainya di kamar, Sarah meraih piyamanya. Setelah semua bagian tubuhnya tertutup aman, Sarah mengambil napas dan membuangnya perlahan.Sarah kembali menuju pintu, menemui Rino yang masih berdiri disana.Pria itu tersenyum manis ketika Sarah membuka pintu kembali. Seolah tidak ada yang telah terjadi. Entah karena tidak ingin membuat Sarah merasa malu, atau memang dia sudah biasa melihat wanita dengan pakaian berbikini seperti itu.Yang jelas, sikapnya dalam menanggapi kejadian tadi membuat Sarah tidak kaku. "Kau mencari suamiku?""Ya, benar. Aku membawa beberapa kopi hangat. Sangat cocok diminum pagi begini."Sarah menatap kopi yang ditenteng Rino. Lantas mengijinkan pria itu masuk untuk menunggu Adipati di dalam."Silahkan duduk. Aku akan menghubungi suamiku," ucap Sarah sembari melenggang ke kamarnya mencari ponsel.Rino yang menunggu di sofa meraih satu cup kopi bagiannya. Aroma k
Tidak terasa, Sarah menitikkan bulir air mata. Segera, Sarah mengambil selembar tisu untuk menghapusnya.Sarah tidak menyangka, Rachel adalah sosok wanita kuat dan penyayang. Pejuang tangguh yang sedari remaja sudah merasakan getirnya pertikaian rumah tangga kedua orang tuanya.Bisa saja, itulah yang menyebabkan Rachel masih melajang sampai sekarang, dan selalu berusaha mendapatkan atensi orang lain."Trauma. Mungkin dia trauma sehingga belum ingin menikah."Rino mengangguk. "Aku juga berpikir seperti itu. Namun jika aku mengatakannya, Rachel masih denial. Untuk itu, aku memutuskan untuk tetap bersamanya, dan sabar menantinya."Sarah mengagumi besarnya cinta Rino. Muncul rasa tidak rela jika Rino dan Rachel tidak sampai menikah. Seperti membaca sebuah novel. Dan mereka berdua tokoh utamanya. Rasanya, Sarah ingin menyatukan cinta mereka. 'Tapi, bagaimana caranya?'"Aku yakin Rachel tahu kau mencintainya begitu dalam. Seandainya saja aku bisa membantumu."Rino tersenyum geli mendengar
"Baiklah. Aku akan menikahinya," ucap Rachel ringan."Hah?" Sekali lagi Sarah terkejut sampai dia tidak yakin pada pendengarannya sendiri.Rachel mengulas senyum. "Aku akan melamarnya. Apa kau akan membantuku?"Sarah mengangguk dengan bibir yang masih sedikit menganga tidak percaya. Rachel berjalan kembali ke ruang tamu, Sarah yang masih tercengang dan penasaran akan apa yang akan dilakukan Rachel mengikutinya dari belakang.Rachel terlihat sangat santai, dia kembali bergabung bersama dua pria disana dan duduk nyaman mendengarkan obrolan kedua pria itu.Sedangkan di sudut lain, Sarah yang penasaran terlihat sedikit gugup, berusaha memprediksi apa yang akan Rachel lakukan. Tanpa sengaja Rachel menangkap kedua netra Sarah yang terus menatapnya, Rachel tersenyum tipis mengetahui kegalauan hati Sarah.Tidak dipungkiri ada sedikit rasa deg-deg kan di hatinya. Namun Rachel harus percaya diri."Baiklah, pengumuman! Aku ingin mengatakan sesuatu sebentar," potong Rachel tiba-tiba. Fokus merek
Adipati menggenggam kedua lengan Sarah untuk menghentikannya.Lalu Adipati menjatuhkan tubuh Sarah, membaringkannya diatas kasur.Segera, Adipati menaiki tubuh Sarah dan membuatnya tidak berdaya saat meronta ingin melepaskan diri."Apa kau ingin bermain-main denganku? Rasakan akibatnya," ledek Adipati yang kemudian melepaskan seluruh kain yang menutupi tubuh Sarah.Adipati menciumi leher Sarah, dengan dengan menahan kedua tangan Sarah agar tak melawan."Uhh," lenguhnya lagi, ketika Adipati mencium daun telinganya. Hembusan napas Adipati terasa disengaja, sehingga membuat Sarah bergidik geli dan terangsang.Kini kedua tangan Adipati beralih, menangkup dua buah bulatan membal di dada istrinya. Begitu kenyal dan mengagumkan. Perlahan Adipati remas dan memainkan pucuknya yang eksotis.Sarah terlihat menggelinjang, semakin terangsang. "Ini belum seberapa, Sayang." Adipati lalu menyapu area itu dengan lidahnya. Setelah puas membasahinya, Adipati melahapanya dan memainkan keduanya bergantia
"Kau cerdas, Sarah," ujar Adipati sembari mengangguk.Tiba waktunya kedua pengantin menyapa para tamu di mejanya masing-masing. Pesta ini benar-benar dihadiri keluarga inti dari pihak pria dan kedua adik Rachel pun turut mendampingi sang kakak di hari bahagianya ini.Dari kejauhan, Rachel melempar senyum pada Sarah. Kemudian Rachel terlihat berbisik pada Rino, sontak Rino pun menatap ke arah Sarah dan Adipati dengan tersenyum.Kedua mempelai akhirnya tiba di meja Sarah dan Adipati. Sarah langsung memberikan ucapan selamat dan memeluk Rachel seraya berkata, "Terima kasih, kalian sudah mau datang.""Tentu. Aku turut bahagia atas pernikahanmu.""Selamat ya," ucap Adipati singkat."Thank you, Bro," balas Rino. Kedua mempelai pun duduk sejenak di meja mereka untuk beramah tamah. Tampak raut wajah kedua mempelai yang sedang berbahagia itu sangat bersinar. Sarah mengambil sebuah kado yang telah disiapkannya, lalu diberikan pada Rachel. "Untukmu," ucap Sarah sembari menyodorkan sebuah kota
"Ah. Paman. Kau mengagetkanku."Adipati mencium tengkuk Sarah, wangi sabun yang digunakannya begitu menguar dan membuat Adipati betah berlama-lama menciumnya.Adipati menguraikan pelukannya. Sarah berbalik badan menatap suaminya. "Kapan Paman membelinya? Kenapa aku tidak tahu Paman memilikinya disini?"Adipati menyungging senyum. "Namanya saja kejutan Sayang. Jika kau tahu, itu bukan kejutan namanya," jelas Adipati sembari mengambil cincin itu untuk disematkan pada jari manis Sarah.Batu berlian emerald itu sangat cantik tersemat di jari Sarah yang indah. Kemudian Adipati mengecup punggung tangan Sarah. Begitu lah Adipati meratukan istrinya dengan penuh cinta.Wanita mana yang tak meleleh jika diperlakukan seperti itu. Sarah pun langsung memeluk suaminya. "Terima kasih, Paman."Adipati menyambut pelukannya. "Sama-sama Istriku." Adipati lalu mengecup kening sang istri. Adipati tidak melepaskan pelukannya. Ia justru membawa tubuh Sarah berjalan mengitari ranjang dalam dekapnya."Eum, P