Tidak terasa, Sarah menitikkan bulir air mata. Segera, Sarah mengambil selembar tisu untuk menghapusnya.Sarah tidak menyangka, Rachel adalah sosok wanita kuat dan penyayang. Pejuang tangguh yang sedari remaja sudah merasakan getirnya pertikaian rumah tangga kedua orang tuanya.Bisa saja, itulah yang menyebabkan Rachel masih melajang sampai sekarang, dan selalu berusaha mendapatkan atensi orang lain."Trauma. Mungkin dia trauma sehingga belum ingin menikah."Rino mengangguk. "Aku juga berpikir seperti itu. Namun jika aku mengatakannya, Rachel masih denial. Untuk itu, aku memutuskan untuk tetap bersamanya, dan sabar menantinya."Sarah mengagumi besarnya cinta Rino. Muncul rasa tidak rela jika Rino dan Rachel tidak sampai menikah. Seperti membaca sebuah novel. Dan mereka berdua tokoh utamanya. Rasanya, Sarah ingin menyatukan cinta mereka. 'Tapi, bagaimana caranya?'"Aku yakin Rachel tahu kau mencintainya begitu dalam. Seandainya saja aku bisa membantumu."Rino tersenyum geli mendengar
"Baiklah. Aku akan menikahinya," ucap Rachel ringan."Hah?" Sekali lagi Sarah terkejut sampai dia tidak yakin pada pendengarannya sendiri.Rachel mengulas senyum. "Aku akan melamarnya. Apa kau akan membantuku?"Sarah mengangguk dengan bibir yang masih sedikit menganga tidak percaya. Rachel berjalan kembali ke ruang tamu, Sarah yang masih tercengang dan penasaran akan apa yang akan dilakukan Rachel mengikutinya dari belakang.Rachel terlihat sangat santai, dia kembali bergabung bersama dua pria disana dan duduk nyaman mendengarkan obrolan kedua pria itu.Sedangkan di sudut lain, Sarah yang penasaran terlihat sedikit gugup, berusaha memprediksi apa yang akan Rachel lakukan. Tanpa sengaja Rachel menangkap kedua netra Sarah yang terus menatapnya, Rachel tersenyum tipis mengetahui kegalauan hati Sarah.Tidak dipungkiri ada sedikit rasa deg-deg kan di hatinya. Namun Rachel harus percaya diri."Baiklah, pengumuman! Aku ingin mengatakan sesuatu sebentar," potong Rachel tiba-tiba. Fokus merek
Adipati menggenggam kedua lengan Sarah untuk menghentikannya.Lalu Adipati menjatuhkan tubuh Sarah, membaringkannya diatas kasur.Segera, Adipati menaiki tubuh Sarah dan membuatnya tidak berdaya saat meronta ingin melepaskan diri."Apa kau ingin bermain-main denganku? Rasakan akibatnya," ledek Adipati yang kemudian melepaskan seluruh kain yang menutupi tubuh Sarah.Adipati menciumi leher Sarah, dengan dengan menahan kedua tangan Sarah agar tak melawan."Uhh," lenguhnya lagi, ketika Adipati mencium daun telinganya. Hembusan napas Adipati terasa disengaja, sehingga membuat Sarah bergidik geli dan terangsang.Kini kedua tangan Adipati beralih, menangkup dua buah bulatan membal di dada istrinya. Begitu kenyal dan mengagumkan. Perlahan Adipati remas dan memainkan pucuknya yang eksotis.Sarah terlihat menggelinjang, semakin terangsang. "Ini belum seberapa, Sayang." Adipati lalu menyapu area itu dengan lidahnya. Setelah puas membasahinya, Adipati melahapanya dan memainkan keduanya bergantia
"Kau cerdas, Sarah," ujar Adipati sembari mengangguk.Tiba waktunya kedua pengantin menyapa para tamu di mejanya masing-masing. Pesta ini benar-benar dihadiri keluarga inti dari pihak pria dan kedua adik Rachel pun turut mendampingi sang kakak di hari bahagianya ini.Dari kejauhan, Rachel melempar senyum pada Sarah. Kemudian Rachel terlihat berbisik pada Rino, sontak Rino pun menatap ke arah Sarah dan Adipati dengan tersenyum.Kedua mempelai akhirnya tiba di meja Sarah dan Adipati. Sarah langsung memberikan ucapan selamat dan memeluk Rachel seraya berkata, "Terima kasih, kalian sudah mau datang.""Tentu. Aku turut bahagia atas pernikahanmu.""Selamat ya," ucap Adipati singkat."Thank you, Bro," balas Rino. Kedua mempelai pun duduk sejenak di meja mereka untuk beramah tamah. Tampak raut wajah kedua mempelai yang sedang berbahagia itu sangat bersinar. Sarah mengambil sebuah kado yang telah disiapkannya, lalu diberikan pada Rachel. "Untukmu," ucap Sarah sembari menyodorkan sebuah kota
"Ah. Paman. Kau mengagetkanku."Adipati mencium tengkuk Sarah, wangi sabun yang digunakannya begitu menguar dan membuat Adipati betah berlama-lama menciumnya.Adipati menguraikan pelukannya. Sarah berbalik badan menatap suaminya. "Kapan Paman membelinya? Kenapa aku tidak tahu Paman memilikinya disini?"Adipati menyungging senyum. "Namanya saja kejutan Sayang. Jika kau tahu, itu bukan kejutan namanya," jelas Adipati sembari mengambil cincin itu untuk disematkan pada jari manis Sarah.Batu berlian emerald itu sangat cantik tersemat di jari Sarah yang indah. Kemudian Adipati mengecup punggung tangan Sarah. Begitu lah Adipati meratukan istrinya dengan penuh cinta.Wanita mana yang tak meleleh jika diperlakukan seperti itu. Sarah pun langsung memeluk suaminya. "Terima kasih, Paman."Adipati menyambut pelukannya. "Sama-sama Istriku." Adipati lalu mengecup kening sang istri. Adipati tidak melepaskan pelukannya. Ia justru membawa tubuh Sarah berjalan mengitari ranjang dalam dekapnya."Eum, P
"Arjuna?"Pria itu mengulas senyum. Wajahnya tidak seceria dahulu. "Kau mau kopi?"Arjuna mengangguk. ****Kini keduanya duduk di ruangan Sarah bersama kopi yang telah mereka seduh. Belum ada yang memulai pembicaraan. Arjuna masih bergeming dengan isi pikirannya sendiri. Sementara Sarah, dalam hatinya hanya menerka-nerka. Ada rasa takut kehilangan seseorang yang telah lama bersamanya, entah sebagai sahabat atau sebagai kekasihnya dulu. Tapi bukan berarti Sarah sedang labil dengan hatinya. Sarah hanya tidak siap jika dia kehilangan sahabat baik seperti Arjuna.Sarah berharap, jika ada dunia lain dalam kehidupan ini. Arjuna adalah jodohnya. Kedua netra mereka bertemu, ada rasa kecanggungan diantara mereka. "Apa kabar?" tanya Sarah berbasa basi. "Aku pikir kau sedang ikut meeting evaluasi. Atau,,," Sarah enggan meneruskan kata-katanya.Arjuna tersenyum tipis. Sebagai sahabat lama tentu Arjuna sangat paham apa isi kepala Sarah."Tiga hari lalu aku pulang kampung," cetus Arjuna. Sonta
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in