"Maaf Nyonya atas ketidaknyamanannya. Berikut tanda pengenalnya, Anda bisa langsung masuk ke lantai 45 dimana Tuan Adipati berada." Teman resepsionis lain yang tadinya hanya acuh dan bermain ponsel pun seketika berdiri dan menyambut."Terima kasih." Sarah langsung mengambil tanda pengenal tamu untuk naik ke ruangan suaminya.Glek."Selamat siang, Nyonya," sapa Romi.Sarah tidak menjawab dan langsung menghampiri suaminya. "Paman, aku benar-benar membawa buktinya. Lihatlah."Sarah memberikan sebuah ponsel yang digunakan untuk merekam masing-masing video dari seluruh bukti. Adipati mengambilnya, lalu melihat video tersebut. "Paman. Lihatlah, Paman Roger sengaja menjebakku. Aku tidak mengada-ngada. Dan untuk foto itu, dia sudah merencanakannya."Adipati masih bergeming. Dia mengamati setiap potongan rekaman cctv itu dengan teliti. Kejadian demi kejadian dianalisis dengan mata telanjangnya. Sampai pada akhirnya, Adipati percaya pada sang istri."Apa kamu tahu dimana kasino Roger?" tanya
"HAHAHA."Tawa Roger menggema di seluruh ruangannya. Pria itu malah semakin congkak. Menurut Roger, Adipati masihlah anak kemarin sore yang belum mampu menghadapi kegilaannya."Jadi, kau ingin berurusan denganku?" tanya Roger angkuh.Adipat menyeringai. "Tentu tidak."Roger tersenyum puas. Mengira nyali Adipati menciut."Melainkan, aku akan langsung menghabisimu agar tidak ada hama sepertimu lagi di dunia ini."Roger menatap Adipati dengan tatapan nyalang. Dia menepis tangan Adipati yang mencengkraman kerah kemeja mahalnya. Mereka masih saling menatap tajam. Seolah suara genderang peperangan sedang dimainkan."Hama? Sebaiknya kau lihat dulu istrimu dan keluarganya. Merekalah hama yang sesungguhnya. Jangan sampai dia menikahimu hanya untuk menggerogoti hartamu saja.""Apa kau iri?" balas Adipati santai.Roger menaikkan sebelah alisnya. "Iri? Untuk apa aku iri padamu?"Adipati tersenyum meledek, "Tentu saja karena aku hidup bahagia bersama wanita yang ku cintai. Sedangkan kau, menjadi
Suatu batang yang besar itu menggelepar keluar sarangnya.Sarah tersenyum nakal menatap sang suami yang kemudian Sarah membuka lebar mulut kecilnya, dan melahap semuanya sehingga membuat mulutnya terasa penuh."Argh. Yes baby," lenguh Adipati sembari memejamkan mata dengan mendongak ke atas.Sarah bermain selayaknya profesional. Dulunya Sarah memang polos untuk masalah ranjang. Namun sejak menikah, dia tidak lagi polos. Tuntutan untuk menjaga keutuhan rumah tangganya membuatnya seperti sekarang. Menurutnya, hubungan ranjang adalah salah satu kunci langgengnya rumah tangga.Jika suami puas dengan pelayanan istri di ranjang, Sarah yakin, suaminya akan betah di rumah. Dan jika dia sedang pergi jauh, itu akan membuat para suami merindukan istrinya dan akan bergegas untuk pulang.Lenguhan Adipati kembali berulang. Kali ini Sarah berhasil membuat suaminya memuncak. Namun bukan Adipati namanya jika langsung lemas.Batangnya masih tegak berdiri. Menunggu ronde permainan berikutnya. "Berbari
"Apakah benar, tidak ada sedikitpun rasa cinta yang tersisa di dalam hatimu untukmu?" Kali ini Arjuna hendak memastikan untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.Sarah mengangguk mantab. "Aku tidak punya perasaan seperti itu lagi untukmu, Jun. Kau layak bahagia."Tampak raut kesedihan di wajah Arjuna. Penyesalan memang selalu datang terakhir kali. "Seandainya dulu aku lebih memprioritaskan hubungan kita dan menikahimu lebih cepat. Mungkin saja,""Mungkin ini adalah takdir kita, Jun. Kita harus menerimanya dengan lapang dada. Aku tahu, kau adalah pria baik. Kau pasti menemukan seseorang yang tepat untuk menemani hari-harimu hingga menua nanti."Tatapan lembut Arjuna meneduhkan. Bibir tipisnya mengulas senyum, kemudian dia memohon diri untuk melanjutkan pekerjaannya."Jun," panggil Sarah. Arjuna menghentikan langkahnya yang sudah hampir melewati pintu.Sarah melempar senyum tulusnya. "Kau adalah sahabat terbaikku."Arjuna mengulas senyum. Tanpa menjawab, dia melanjutkan langka
Pergulatan indahnya mengarungi nirwana di dalam kolam renang pun tak terhindari. Sarah pasrah, atas hujaman kenikmatan yang bertubi-tubi hingga menjelang malam."Paman, kita mau kemana? Kenapa aku harus memakai gaun seperti ini?" tanya Sarah yang penasaran akan tujuan mereka. Sarah tampak anggun dengan balutan gaun sederhana berwarna putih. Dia juga mengenakan riasan ringan yang membuat dirinya semakin memukau."Nanti kau akan tau," jawab Adipati sembari mengenakan penutup mata untuk Sarah.Sarah pun menurut. Saat penutup mata sudah terpasang, diam-diam Sarah menaikkan sedikit kainnya untuk mengintip. Sayangnya, ulahnya ketahuan oleh Adipati. "Kalau curang, kita tidak akan segera berangkat," tegur Adipati sembari menutup kembali kain penutup mata Sarah."Baiklah," pasrah Sarah yang kemudian mengaitkan tangannya ke lengan sang suami.Adipati berjalan perlahan menuntun Sarah, memastikan sang istri tidak tersandung saat berjalan."Hati-hati, ada meja di depanmu." Buru-buru Sarah sedik
Sarah sontak menatap Adipati. Sebelumnya Adipati tidak pernah bercerita tentang mantan pacar. Ya, jika diingat, selama ini hanya Adipati yang mengetahui mantan pacarnya. "Owh ya, suamiku sempat bercerita tentangmu padaku.""Benarkah? Apa dia cerita bahwa dia sangat tergila-gila padaku saat itu?" Rachel tampak sangat percaya diri, dan pertanyaan itu, juga dilontarkannya dengan sengaja. Dia adalah wanita yang tidak mau tersaingi.Sarah mengangguk. "Ya, termasuk itu juga," bohong Sarah dengan bibirnya yang masih berusaha tersenyum ramah."Rachel, kami harus pergi. Selamat bersenang-senang," ujar Adipati sambil mengajak Sarah melangkah pergi."Tunggu." Rachel menarik lengan Adipati. "Bergabunglah bersama kami. Ada Rino juga, teman sekolah kita. Lihatlah, dia sedang bermain gitar dan menyanyi di sana. Dia pasti senang bertemu denganmu.""Ayolah." Rachel menarik lengan Adipati menuju kerumunan tanpa persetujuannya. Adipati terpaksa mengikuti, demikian Sarah. Dia tidak ingin suaminya itu b
"Tapi aku bisa mencatat nomormu," ujar Rino sembari menunjukkan layar ponselnya yang tampak batrenya masih terisi penuh.Sarah melirik suaminya, bermaksud membuat Adipati semakin cemburu padanya. "Tentu. 08281 xxxx xxxx," dikte Sarah pada Rino yang semangat memencet tombol ponselnya lalu menyimpan nomer Sarah. "Aku akan menghubungimu." Adipati tampak mengeraskan rahangnya. Upayanya untuk mencegah Sarah berhubungan dekat dengan playboy itu gagal, dan kini malah mereka semakin dekat. Adipati meraih gelasnya dan menyesap sampanye nya, sembari menatap Sarah dan Rino yang tengah bercanda kecil.Perhatian kedua pria itu tertuju pada Sarah membuat Rachel merasa kesal karena kalah saing. Segera, Rachel kembali meluncurkan godaannya. Tangannya memijat manja pada bahu Adipati. Berharap pria itu turn on dan memboyongnya ke dalam ressort untuk bermalam.Namun sayang, itu tidak terjadi sesuai harapannya. Adipati langsung berdiri. "Ayo, sebaiknya malam ini kita bermain."Rachel tersenyum senang,
Sarah terpaksa mengikuti langkah Rino. Dan setelah beberapa saat mereka berhenti di bibir pantai yang tidak ramai orang. Ada beberapa kapal kayu tanpa awak sedang bersandar dan sengaja dilabuhkan disana.Sarah merunduk, napasnya terengah setelah berlarian barusan. Sementara, Rino yang sepertinya sudah terbiasa berlari, hanya tertawa sambil berkacak pinggang menatap Sarah. "Kau sebenarnya mengajakku kemana?""Kita sudah sampai. Lihatlah,,,,"Sarah melihat apa yang dimaksud Rino. Betapa terkejutnya Sarah, ketika mengedarkan pandangan menatap pantai di depannya. Begitu indah dan mengagumkan. Sementara bintang-bintang menghiasi langit dengan sedikit cahaya bulan sabit, membuatnya semakin hanyut dalam romantisme alam. Angin berhembus pelan, ombak yang berderu tidak terlalu kuat. Suasana romantis yang indah, cocok untuk dinikmati bersama kekasih hati. Tapi, sontak Sarah teringat bahwa dia berada disana bersama pria lain. Sarah menatap Rino, yang terlihat memejam mata menikmati manjanya a