"Gila kamu Jun! Tolong keluar dari ruanganku sekarang!"Arjuna mengatupkan kedua bibirnya, menuruti permintaan Sarah untuk keluar dari ruangan itu. Brak! Sarah mengusap rambutnya merasa depresi seketika. Menyesali dan menyesali atas perbuatan tidak pantas yang barusaja dia lakukan. "Astaga, apa yang baru saja aku lakukan." Sarah merutuki kebodohannya sembari memukul pelan kepalanya.Namun nasi sudah menjadi bubur, dosa yang telah di lakukan tidak dapat dihindari lagi. Sarah mencengkram kerah blousenya sendiri, tatkala mengingat Arjuna telah membukanya tadi. ****"Sayang, bagaimana tadi pekerjaanmu?" tanya Adipati sambil turut duduk di kasur.Sarah yang sedang bermain dengan baby Reyhan seketika bergeming. Enggan rasanya untuk membahas maupun mengingat kegiatannya di kantor seharian tadi."Lancar, Paman. Bagaimana denganmu?""Aku juga lancar. Semua berjalan dengan baik.""Apa malam ini kita bisa tidur berdua saja?" Adipati merayu Sarah, sambil mengusap paha sang istri yang terlihat
"Rumah sudah selesai dibersihkan. Kita sudah bisa pindah kesana," ujar Layla di sela-sela sarapan mereka. "Apa perlu membawa perabotanku kesana Bu?" tanya Sarah sembari melirik suaminya, berharap mendapatkan tanggapan."Jangan, kita bawa yang diperlukan saja. Perabotan disana masih sangat bagus. Kita cukup bawa mbak Susi dan lainnya untuk membantu disana," jawab Layla."Paman, sebaiknya pulangkan saja para pelayan yang ada disana. Dan karena rumah ini akan kosong, sebaiknya kita sudahi saja tugas penjagaan para anak buah paman Romi. Lagipula, rumah juga sudah terpantau aman dan terkendali. Aku yakin itu."Adipati tidak bergeming dengan permintaan Sarah. Bukan berarti dia tidak mendengarkan, namun dia hanya malas menanggapi Sarah lantaran masih merasa sakit hati karena diabaikan.Adipati tetap sarapan dengan santai. Dia menyuapkan potongan-potongan roti ke mulutnya tampak sangat menikmati sarapannya. Merasa diabaikan, Sarah memicingkan mata menatap kesal pada sang suami. "Aku akan m
"Beraninya mereka bermain dibelakangku."Diremas ponsel yang masih digenggamnya. Napas nya terasa naik turun tidak terkendali. Kesuksesan yang baru saja diraihnya menjadi tidak berarti, setelah melihat sebuah foto yang dikirim seseorang yang tidak dikenalnya.Ya, Sarah yang tengah bermesraan dengan seorang pria, tidak lain adalah Arjuna membuatnya naik pitam.Pose mesra itu, Adipati yakin ada sesuatu yang lebih saat momen pengambilan foto itu terjadi. Adipati langsung pergi untuk menemui Sarah ke kantornya. Mobil sedan mewah hitam itu melaju membawa Adipati dengan kecepatan maksimal. ****"Ini adalah berkas yang harus Anda tandatangani." Arjuna menyerahkan beberapa berkas yang disusun dalam satu map."Aku akan membacanya dulu, kau bisa tinggalkan dokumen itu. Akan ku beritahu jika sudah selesai."Arjuna meletakkan dokumen itu di atas mejanya, sementara Sarah melanjutkan kesibukannya mengetik tanpa mau menerima dokumen tersebut.Arjuna tidak langsung pergi, dia masih disana dan menat
Waktu semakin larut. Sarah memandangi jarum jam yang terus berputar sedari tadi. Saat ini tepat pukul 11 malam. Namun suaminya tidak juga menunjukkan batang hidungnya. "Owek owek owek."Tangisan Reyhan pun terabaikan. Pikiran Sarah melayang pada sang suami yang telah mengajaknya pisah ranjang mulai malam ini. Tok tok tok.Sarah terhenyak dari lamunannya. Seseorang sedang berada di depan pintu untuk menunggu jawaban. Gegas Sarah bangkit dan membuka pintunya. Namun sayang, sosok yang hadir bukanlah sesuai harapan. "Mbak Susi. Ada apa?""Maaf Nyonya. Tuan menyuruh Sarah untuk mengambil Tuan Muda Reyhan, karena dari tadi menangis."'Astaga, aku telah melupakan anakku. Dan suamiku yang sebenarnya mendengar tangisan putranya justru mengutus pengasuh untuk menenangkannya.'"Maaf Mbak. Tolong malam ini kamu tidur dengan Reyhan ya.""Baik Nyonya."Sarah duduk diam diatas ranjangnya, memandangi baby Reyhan yang dibawa Mbak Susi ke kamar sebelah.'Apa Paman benar-benar serius dengan ucapan pis
Adipati lalu kembali ke dalam mobil dan meninggalkan Sarah sendiri disana, meratap seorang diri."Selamat pagi, Bu Presdir," sapa seorang dalam kelompok yang tengah berjalan masuk ke dalam gedung. Kemudian mereka pun berbisik, sepertinya melihat kejadian tadi."Pagi," lirih Sarah yang mungkin sudah tidak dapat mereka dengar lagi."Kamu tidak apa-apa?" Suara Arjuna mengejutkan dirinya. Segera Sarah celingak-celinguk memastikan sang suami sudah keluar dari area gedung kantornya.Arjuna menatap iba, dia yakin, telah terjadi sesuatu padanya juga Adipati barusan."Ikut denganku," lirih Sarah kemudian memasuki gedung dengan Arjuna yang mengekor bak pengawal pribadi.Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Sarah segera mengunci pintu dan memburamkan otomatis kaca jendela ruangannya. Arjuna menatap bingung. Dia tidak ingin mengatakan apapun dan menunggu Sarah selesai untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.Setelah puas memastikan semua aman, Sarah langsung menuju kursi kebesarannya. Dia berd
"Lihat saja nanti!" Ancam Linda.Raut wajah Linda tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Tidak banyak bicara lagi, dia langsung putar balik meninggalkan Layla yang masih berdiri di depan pintu. Layla membuang napas lega, karena biang pembuat onar telah pergi. Kini waktunya Layla kembali bermain dengan cucunya.****Suasana sarapan pagi ini semakin terlihat kaku. Biasanya putrinya dan sang menantu akan saling melempar canda dan bermain bersama bayi mereka pun bersama. Ini malah sebaliknya, mereka tidak bertegur sapa. Tatapan Adipati sangat dingin, begitu juga bahasa tubuhnya. Jika ingin bermain dengan Reyhan, Adipati lebih sering memilih membawa anaknya menjauh dari keberadaan Sarah.Sedangkan Sarah, dia hanya membisu, dan beberapa kali Layla menangkap putrinya melirik ke arah Adipati namun seperti enggan menyapa."Sudah cukup." Layla meletakkan kembali sendok dan garpunya.Beberapa pasang mata yang duduk sarapang pagi bersama menatap sejurus pada Layla."Ada apa Layla?" tanya Ali
"Bro, kita ke cafe dulu yuk beli kopi. Aku sendirian nih.""Siap."Pria itu melepaskan gagang pintu dan melenggang pergi bersama rekannya. Sarah membuang napas lega. Setelah merasa cukup mengambil bukti, Sarah mengembalikan semua tampilan sistem dan monitor seperti semula agar tidak menimbulkan kecurigaan. Di ruang kerjanya, Sarah berpikir apakah yang akan dilakukan selanjutnya. Apa sebaiknya mengabari suaminya lebih dulu atau langsung saja menegur Arjuna. Tok tok tok.Sarah mengangkat kepalanya. Sarah yakin, orang dibalik pintu itu adalah Arjuna. Jika diingat, selama ini Arjuna sangat sering keruangannya. Selalu saja ada alasan untuk menemuinya.Tok tok tok.Arjuna di luar mengetuk kedua kalinya. Sarah segera menutup ponselnya dan mengembalikan posisi duduknya agar terlihat berwibawa."Masuk." Sarah mempersilahkan.Klek. Arjuna segera masuk. Dia mengulas senyum manisnya kemudian melangkah menghampiri meja Sarah. Sarah hanya membalasnya dengan senyum tipis. Berusaha menahan amarah
"Maaf Nyonya atas ketidaknyamanannya. Berikut tanda pengenalnya, Anda bisa langsung masuk ke lantai 45 dimana Tuan Adipati berada." Teman resepsionis lain yang tadinya hanya acuh dan bermain ponsel pun seketika berdiri dan menyambut."Terima kasih." Sarah langsung mengambil tanda pengenal tamu untuk naik ke ruangan suaminya.Glek."Selamat siang, Nyonya," sapa Romi.Sarah tidak menjawab dan langsung menghampiri suaminya. "Paman, aku benar-benar membawa buktinya. Lihatlah."Sarah memberikan sebuah ponsel yang digunakan untuk merekam masing-masing video dari seluruh bukti. Adipati mengambilnya, lalu melihat video tersebut. "Paman. Lihatlah, Paman Roger sengaja menjebakku. Aku tidak mengada-ngada. Dan untuk foto itu, dia sudah merencanakannya."Adipati masih bergeming. Dia mengamati setiap potongan rekaman cctv itu dengan teliti. Kejadian demi kejadian dianalisis dengan mata telanjangnya. Sampai pada akhirnya, Adipati percaya pada sang istri."Apa kamu tahu dimana kasino Roger?" tanya
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat