Disisi lain, Layla dan Ali sedang mengawasi para pelayan yang membersihkan rumah lamanya dengan Arthajaya dahulu.Kedua netra Layla memindai seluruh area rumah itu dengan rasa haru. Kepingan-kepingan ingatan masa lalu kembali menyapanya. Layla termenung menatap ruang santai, dimana dia biasa menemani sang suami mengobrol melepas penat selepas bekerja.Layla mengusap butir airmata yang terjatuh. Layla pergi ke lantai atas, dimana kamarnya bersama suami berada. Beberapa orang pelayan juga sedang menata interior kamar tersebut. Kamarnya masih sama, demikian juga kenangannya. Layla melangkah masuk ke kamarnya. Dia duduk di bibir ranjang tempat mereka memadu cinta dahulu. Layla mengusap kasur itu sembari mengulas senyum.'Suamiku. Aku sangat merindukanmu.'Sekali lagi, tanpa sadar air mata Layla telah luruh membanjiri pipinya. Ketiga pelayan yang sedang membersihkan kamar itu berangsur keluar dari kamar. Sementara Layla masih meratapi kerinduannya pada sang suami.Layla tidak sadar, bahw
"Gila kamu Jun! Tolong keluar dari ruanganku sekarang!"Arjuna mengatupkan kedua bibirnya, menuruti permintaan Sarah untuk keluar dari ruangan itu. Brak! Sarah mengusap rambutnya merasa depresi seketika. Menyesali dan menyesali atas perbuatan tidak pantas yang barusaja dia lakukan. "Astaga, apa yang baru saja aku lakukan." Sarah merutuki kebodohannya sembari memukul pelan kepalanya.Namun nasi sudah menjadi bubur, dosa yang telah di lakukan tidak dapat dihindari lagi. Sarah mencengkram kerah blousenya sendiri, tatkala mengingat Arjuna telah membukanya tadi. ****"Sayang, bagaimana tadi pekerjaanmu?" tanya Adipati sambil turut duduk di kasur.Sarah yang sedang bermain dengan baby Reyhan seketika bergeming. Enggan rasanya untuk membahas maupun mengingat kegiatannya di kantor seharian tadi."Lancar, Paman. Bagaimana denganmu?""Aku juga lancar. Semua berjalan dengan baik.""Apa malam ini kita bisa tidur berdua saja?" Adipati merayu Sarah, sambil mengusap paha sang istri yang terlihat
"Rumah sudah selesai dibersihkan. Kita sudah bisa pindah kesana," ujar Layla di sela-sela sarapan mereka. "Apa perlu membawa perabotanku kesana Bu?" tanya Sarah sembari melirik suaminya, berharap mendapatkan tanggapan."Jangan, kita bawa yang diperlukan saja. Perabotan disana masih sangat bagus. Kita cukup bawa mbak Susi dan lainnya untuk membantu disana," jawab Layla."Paman, sebaiknya pulangkan saja para pelayan yang ada disana. Dan karena rumah ini akan kosong, sebaiknya kita sudahi saja tugas penjagaan para anak buah paman Romi. Lagipula, rumah juga sudah terpantau aman dan terkendali. Aku yakin itu."Adipati tidak bergeming dengan permintaan Sarah. Bukan berarti dia tidak mendengarkan, namun dia hanya malas menanggapi Sarah lantaran masih merasa sakit hati karena diabaikan.Adipati tetap sarapan dengan santai. Dia menyuapkan potongan-potongan roti ke mulutnya tampak sangat menikmati sarapannya. Merasa diabaikan, Sarah memicingkan mata menatap kesal pada sang suami. "Aku akan m
"Beraninya mereka bermain dibelakangku."Diremas ponsel yang masih digenggamnya. Napas nya terasa naik turun tidak terkendali. Kesuksesan yang baru saja diraihnya menjadi tidak berarti, setelah melihat sebuah foto yang dikirim seseorang yang tidak dikenalnya.Ya, Sarah yang tengah bermesraan dengan seorang pria, tidak lain adalah Arjuna membuatnya naik pitam.Pose mesra itu, Adipati yakin ada sesuatu yang lebih saat momen pengambilan foto itu terjadi. Adipati langsung pergi untuk menemui Sarah ke kantornya. Mobil sedan mewah hitam itu melaju membawa Adipati dengan kecepatan maksimal. ****"Ini adalah berkas yang harus Anda tandatangani." Arjuna menyerahkan beberapa berkas yang disusun dalam satu map."Aku akan membacanya dulu, kau bisa tinggalkan dokumen itu. Akan ku beritahu jika sudah selesai."Arjuna meletakkan dokumen itu di atas mejanya, sementara Sarah melanjutkan kesibukannya mengetik tanpa mau menerima dokumen tersebut.Arjuna tidak langsung pergi, dia masih disana dan menat
Waktu semakin larut. Sarah memandangi jarum jam yang terus berputar sedari tadi. Saat ini tepat pukul 11 malam. Namun suaminya tidak juga menunjukkan batang hidungnya. "Owek owek owek."Tangisan Reyhan pun terabaikan. Pikiran Sarah melayang pada sang suami yang telah mengajaknya pisah ranjang mulai malam ini. Tok tok tok.Sarah terhenyak dari lamunannya. Seseorang sedang berada di depan pintu untuk menunggu jawaban. Gegas Sarah bangkit dan membuka pintunya. Namun sayang, sosok yang hadir bukanlah sesuai harapan. "Mbak Susi. Ada apa?""Maaf Nyonya. Tuan menyuruh Sarah untuk mengambil Tuan Muda Reyhan, karena dari tadi menangis."'Astaga, aku telah melupakan anakku. Dan suamiku yang sebenarnya mendengar tangisan putranya justru mengutus pengasuh untuk menenangkannya.'"Maaf Mbak. Tolong malam ini kamu tidur dengan Reyhan ya.""Baik Nyonya."Sarah duduk diam diatas ranjangnya, memandangi baby Reyhan yang dibawa Mbak Susi ke kamar sebelah.'Apa Paman benar-benar serius dengan ucapan pis
Adipati lalu kembali ke dalam mobil dan meninggalkan Sarah sendiri disana, meratap seorang diri."Selamat pagi, Bu Presdir," sapa seorang dalam kelompok yang tengah berjalan masuk ke dalam gedung. Kemudian mereka pun berbisik, sepertinya melihat kejadian tadi."Pagi," lirih Sarah yang mungkin sudah tidak dapat mereka dengar lagi."Kamu tidak apa-apa?" Suara Arjuna mengejutkan dirinya. Segera Sarah celingak-celinguk memastikan sang suami sudah keluar dari area gedung kantornya.Arjuna menatap iba, dia yakin, telah terjadi sesuatu padanya juga Adipati barusan."Ikut denganku," lirih Sarah kemudian memasuki gedung dengan Arjuna yang mengekor bak pengawal pribadi.Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Sarah segera mengunci pintu dan memburamkan otomatis kaca jendela ruangannya. Arjuna menatap bingung. Dia tidak ingin mengatakan apapun dan menunggu Sarah selesai untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.Setelah puas memastikan semua aman, Sarah langsung menuju kursi kebesarannya. Dia berd
"Lihat saja nanti!" Ancam Linda.Raut wajah Linda tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Tidak banyak bicara lagi, dia langsung putar balik meninggalkan Layla yang masih berdiri di depan pintu. Layla membuang napas lega, karena biang pembuat onar telah pergi. Kini waktunya Layla kembali bermain dengan cucunya.****Suasana sarapan pagi ini semakin terlihat kaku. Biasanya putrinya dan sang menantu akan saling melempar canda dan bermain bersama bayi mereka pun bersama. Ini malah sebaliknya, mereka tidak bertegur sapa. Tatapan Adipati sangat dingin, begitu juga bahasa tubuhnya. Jika ingin bermain dengan Reyhan, Adipati lebih sering memilih membawa anaknya menjauh dari keberadaan Sarah.Sedangkan Sarah, dia hanya membisu, dan beberapa kali Layla menangkap putrinya melirik ke arah Adipati namun seperti enggan menyapa."Sudah cukup." Layla meletakkan kembali sendok dan garpunya.Beberapa pasang mata yang duduk sarapang pagi bersama menatap sejurus pada Layla."Ada apa Layla?" tanya Ali
"Bro, kita ke cafe dulu yuk beli kopi. Aku sendirian nih.""Siap."Pria itu melepaskan gagang pintu dan melenggang pergi bersama rekannya. Sarah membuang napas lega. Setelah merasa cukup mengambil bukti, Sarah mengembalikan semua tampilan sistem dan monitor seperti semula agar tidak menimbulkan kecurigaan. Di ruang kerjanya, Sarah berpikir apakah yang akan dilakukan selanjutnya. Apa sebaiknya mengabari suaminya lebih dulu atau langsung saja menegur Arjuna. Tok tok tok.Sarah mengangkat kepalanya. Sarah yakin, orang dibalik pintu itu adalah Arjuna. Jika diingat, selama ini Arjuna sangat sering keruangannya. Selalu saja ada alasan untuk menemuinya.Tok tok tok.Arjuna di luar mengetuk kedua kalinya. Sarah segera menutup ponselnya dan mengembalikan posisi duduknya agar terlihat berwibawa."Masuk." Sarah mempersilahkan.Klek. Arjuna segera masuk. Dia mengulas senyum manisnya kemudian melangkah menghampiri meja Sarah. Sarah hanya membalasnya dengan senyum tipis. Berusaha menahan amarah