"Apa yang bisa kau berikan pada perusahaan?" tanya Adipati mendadak.Perekrutan karyawan Dharmawangsa group sebenarnya sangat ketat. Namun untuk posisi urgent yang telah kosong itu, Adipati tak dapat ikut serta dalam proses perekrutan, karena urusan pribadinya. Ia menyerahkan urusan itu sepenuhnya pada divisi HR dan sekretarisnya."Saya akan memberikan kontribusi yang terbaik dengan skill dan energi yang saya miliki untuk Anda dan Dharmawangsa group."Adipati tampak tersenyum. Itu adalah jawaban yang biasa baginya. Banyak bawahannya yang sering berusaha menjilatnya dengan kalimat manis tersebut. Namun ia percaya, ada sesuatu dalam diri Arjuna yang menarik perhatiannya."Clara, keluarlah. Aku ingin berbicara empat mata dengannya."Clara sang sekretaris menatap Arjuna sejenak, lalu kembali menatap sang CEO lantas berpamit keluar ruangan."Duduklah," perintah Adipati mempersilahkan."Terima kasih, Tuan."Segera, Ar
Mereka sedang duduk berdua di sebuah bukit, melihat hamparan rumput hijau dari sana."Sarah, kau tahu? aku punya sebuah mimpi. Aku ingin hidup bersama seseorang yang aku cintai. Memiliki dua orang anak, dan hidup dengan damai hingga akhir hayatku." ujarnya tiba-tiba. Membuat sarah tersenyum, merona. "Kalau kau, apa mimpimu?" tanya Arjuna penasaran."Mimpiku?" Beo Sarah. "Aku ingin tinggal di kota yang indah. Semuanya serba ada di sekitarku. Tidak ada huru hara. Hanya ada kenyamanan di sana. Semua yang tinggal di sana sejahtera dan bahagia dengan hidupnya.""Apakah itu kota impianmu yang ingin kau tinggali bersama seseorang?"Sarah mengangguk, "Ya, itulah kota impianku. Maukah kau tinggal disana bersamaku?" tanya Sarah polos, membuat Arjuna yang masih berusia tujuh belas tahun saat itu, tergugup.Drrrt!Getar ponsel Arjuna mengejutkannya. "Arjuna, Tuan Adipati ingin bertemu denganmu nanti sore. Apa kau sudah ada bahan un
"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" panik Arjuna."Ya, aku baik-baik saja. Lanjutkan saja."Perayaan keberhasilan itu berjalan dengan meriah. Dikesempatan itu, Arjuna berhasil memiliki banyak relasi yang merupakan orang-orang hebat. Disisi lain, Layla mengetuk pintu kamar putrinya. Tidak seperti biasanya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh menjelang siang, namun ia tak melihat Sarah keluar dari kamarnya.Tok tok tok. "Sarah, apa kamu belum bangun? Ini sudah siang." Di dalam, Sarah sedang terbaring lemas. Sudah lebih dari dua kali dia bolak balik kamar mandi. Perutnya terasa mual, kepalanya sangat pusing. Setiap ia memuntahkan isi perutnya, tidak ada yang keluar. Mengingat pagi tadi dia pun belum sarapan.Mendengar suara sang ibu, Sarah berusaha bangkit sekuat tenaga. Ia melangkah lemah. Membuka pintu kamarnya. "Kenapa wajahmu pucat sekali?" Panik Layla. "Apa kau sedang sakit?""Aku tidak tahu, Bu. Tubuhku sangat lemas, perutku terasa mual. Mungkin aku mengidap maag akut."Layl
"Baiklah, selesaikan urusanmu disana. Aku tidak akan mengganggu.""Tuut." Anna menutup panggilannya. Adipati menggigit bibir bawahnya. Sepertinya kali ini Anna tidak akan memaafkannya dengan mudah. Namun, Adipati tidak suka merumitkan pikirannya. Ia lantas masuk kembali ke dalam kamar untuk menemani sang istri.Adipati yang lelah dengan rutinitasnya turut merebahkan badannya di samping sang istri. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Sarah yang terekspos tanpa sadar. "Sepertinya, aku benar-benar mulai mencintaimu, istriku." lirih Adipati yang tak terdengar oleh Sarah.Adipati lalu terlelap sembari memeluk sang istri. Matahari pagi yang hangat menyapa melalui celah jendela. Sarah mengerjapkan mata, berusaha membuka matanya. Sarah melirik arah perutnya, terlihat tangan kekar yang melingkar memeluknya. Sontak Sarah menoleh ke belakangnya. "Paman?" lirihnya terkejut.Perlahan Sarah berusaha memindahkan tangan suaminya. Saat hampir terlepas, Adipati kembali melingkarkan tangannya
"Apa kau akan pulang, Paman?" tanya Sarah pada pria yang berdiri di depan cermin. Suaminya itu tengah mengenakan jasnya, ia akan kembali ke kota dan langsung menuju kantornya.Adipati menoleh ke arah Sarah. Ditatapnya istri cantiknya yang masih berbalut selimut, tengah duduk dengan wajah yang malas."Apa kau ingin aku tetap tinggal?" tanyanya balik."Bu-bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin tahu saja. Kau jangan salah paham, Paman."Sarah beranjak dari bibir ranjangnya mendengus kesal, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai mandi, Sarah sudah tidak menemukan sang suami di kamar. 'Dia pergi tanpa pamit padaku,' Sarah membatin.Ada rasa kesal dalam hatinya. Ketika pria itu pergi begitu saja. "Seharusnya dia menungguku sebentar. Ck, kenapa aku jadi memikirkannya? Haish." Sarah yang sudah berganti baju dan berhias tampak sangat cantik dan manis dalam satu waktu. Ia keluar kamar untuk menghirup udara pagi hari yang segar."Kau sudah selesai?"Tiba-tiba langkahnya terhent
"Arjuna, bergegaslah. Bos pasti mencari kita berdua."Clara yang sudah selesai membersihkan diri, mulai berdandan terburu-buru. Ia tak sempat memakai riasan tebal seperti biasa. "Ah, ya." Arjuna berjalan ke kamar mandi. Tok tok tok. Clara mengetuk pintu kamar mandi, berkata, "Arjuna, aku berangkat lebih dulu. Kau juga bergegaslah."Disisi lain, Adipati di ruangannya tengah sibuk dengan beberapa pekerjaan. Ia masih menunggu kabar dari Clara dan Arjuna. Menurut informasi dari rekannya, terakhir mereka melihat Arjuna pulang bersama Clara. Jadi, mungkin mereka sedang bersama saat ini.Tok tok tok. Seseorang mengetuk pintu ruangannya Adipati. "Masuklah!"Rupanya itu adalah Clara. Wanita itu bergegas menghadap Adipati, meminta maaf atas keterlambatannya."Maaf, Tuan. Saya terlambat.""Tidak masalah. Kau berangkat bersama Arjuna?" tanya sang CEO dengan santai.Wanita itu mengangkat kedua alisnya, memahami bahwa CEO nya itu mungkin telah mendapatkan informasi bahwa mereka pergi bersama.
"Baiklah. Aku akan sampaikan hadiah ini untuk Sarah. Pasti dia akan senang."Kembalilah ke kamar. Mungkin saja Anna sedang mencarimu.""Tidak. Saat ini Anna sedang marah padaku."Kenapa? Bukankah tadi dia baik-baik saja?""Ya, sebelum mengetahui alasan kepulangan kalian yang mendadak. Tapi tidak usah dipikirkan. Dia hanya sedang cemburu.""Mungkin dia takut jika kita mengabaikannya. Tapi kami tidak akan demikian. Kami tetap menyayangi Anna sebagai menantu terbaik kami." ujar Dharmawangsa mantab."Aku tahu itu. Aku yakin, Anna pun dapat merasakannya. Baiklah, aku akan kembali ke kamar. Kalian beristirahatlah. Besok aku akan ke kampung halaman Sarah."Kedua orang tuanya mengangguk hampir bersamaan. Adipati pun meninggalkan kamar mereka. Anna yang tadi mengintip pembicaraan mereka, sudah kembali berbaring di posisi semula. Adipati meletakkan kotak perhiasan itu ke dalam tasnya. Besok akan ia bawa untuk diberikan pada Sarah. Ia senang, kedua orang tuanya memberikan perhatian kepada ist
Adipati langsung berdiri, menarik Sarah dalam pelukannya. Sarah yang terkejut tidak melawan, ia justru merasakan kenyamanan dalam dekapan dada bidang sang suami.Sarah memejamkan mata sekejap. Baru kali ini mereka berpelukan seperti itu. Jika bisa, rasanya ia ingin menghentikan waktu sebentar saja, untuk dapat lebih lama bersama Adipati."Aku akan membawamu ke kota."Sontak Sarah terkejut. Bukankah baru saja suaminya itu berkata mereka memiliki peraturan? Bahkan kedua mertuanya pun tak berani melanggar peraturan itu."Bagaimana dengan peraturan yang Paman katakan tadi?""Kau tidak perlu memikirkannya. Biarkan itu menjadi urusanku."Adipati tahu, mungkin idenya ini gila. Jika Anna dan keluarganya sampai tahu, pasti masalah besar akan terjadi.Namun karena cintanya pada Sarah, keegoisan lainnya muncul dalam benaknya. Dia adalah nahkoda dalam rumah tangganya. Jadi, hanya dia yang berhak menentukan, boleh atau tidak boleh sesuatu itu dilakukan.Adipati akan membuat mereka memahami pilihan
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat