Bai Changyi keluar dari sebuah gubuk kayu yang berada di pojok barat desa dengan wajah yang suram.Tadi dia telah mengorek banyak informasi dari Shang Kou. Seperti yang diduga, Shang Kou telah diperintahkan oleh Mo Yelu untuk menyerang Desa Fanrong, terutama untuk memburu dirinya.Bai Changyi yang sedang berpikir keras setelah mendengar semua pengakuan itu menjadikannya sedikit lengah, Shang Kou dengan cepat meraih belati yang sebelumnya digunakan oleh Bai Changyi untuk menakut-nakuti dirinya dan segera menyerang ke arah pemuda gagah itu. Sialnya, Shang Kou tersandung dan tertancap di salah satu kayu tajam yang berada di tumpukan kayu. Dia meninggal dengan sia-sia."Kakak, bagaimana?" tanya A Guo ketika melihat Bai Changyi berjalan ke arahnya."Bawa dan kubur dia bersama yang lainnya," kata Bai Changyi. "Aku akan menjelaskan semua di rumah."A Guo mengangguk dan segera berjalan ke arah gudang kayu.Li Mei berada di aula depan rumahnya bersama keluarga Bai Chengxi. Sedangkan yang lainn
Langit belum begitu terang, namun kediaman Hakim Mo gempar. Suara jeritan wanita terdengar dari salah satu kamar selir Mo Yelu.Kepala Pelayan Hua bergegas pergi ke Halaman Indah tempat tinggal Selir Jin bersama beberapa orang pelayan di belakangnya. Ketika dia sampai di depan gerbang, banyak pelayan yang tampak berkerumun dan berusaha melihat ke dalam. Mereka berbisik-bisik dan menerka-nerka apa yang sekiranya sedang terjadi di dalam."Apa yang kalian semua lakukan di sini? Apa kalian tidak punya pekerjaan yang harus dilakukan?" bentak Kepala Pelayan Hua dengan sinis.Ketika mendengar suara Kepala Pelayan Hua, para pelayan yang berkerumun segera membubarkan diri dan melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka tidak ingin mendapatkan hukuman pukulan papan."Dasar tikus-tikus tidak berguna!" dengus Kepala Pelayan Hua dingin. Setelah itu dia membuka pintu dengan tergesa-gesa."Kalian tunggu di luar," perintah Kepala Pelayan Hua. Ketika dia tiba di dalam, dia melihat Selir Jin sedang berlutut d
"Suamiku!" Li Mei berlari ketika melihat Bai Changyi yang hendak keluar rumah dari halaman belakang. "Hati-hati!" Bai Changyi bergegas mendekatinya dengan kecemasan yang tampak jelas di wajahnya. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu harus berlari seperti itu?"Ketika Li Mei sampai di hadapannya dia segera bertanya dengan penuh semangat, "apakah kamu akan pergi ke atas gunung untuk berlatih hari ini?""Ya. Aku baru saja hendak pergi," jawab Bai Changyi. Dia menatap Li Mei yang menggendong sebuah keranjang di punggungnya dengan curiga."Bolehkah aku ikut?" tanya Li Mei dengan mata yang berbinar cerah.Bai Changyi segera mengerutkan keningnya ketika mendengarnya, "itu terlalu berbahaya.""Tapi ada kamu bersamaku. Aku tidak akan takut," bujuk Li Mei dengan nada yang memohon.Bai Changyi menatap wajah cantik yang penuh dengan permohonan di depannya. Li Mei jelas mengetahui kelemahannya, bagaimana dia bisa menolaknya."Baiklah. Selama kamu berjanji akan tetap berada di sisiku dan tidak berk
"Eh, apa itu?" Li Mei memasukkan gigitan roti kukus daging terakhirnya ketika dia melihat sebuah tanaman yang menarik perhatiannya.Apakah dia salah melihat?Li Mei berdiri dan mendekatinya, lalu berseru dengan terkejut, "ini ginseng! Ini ginseng!""Apakah benar?" tanya Bai Changyi segera mendekati Li Mei. Dia melihat ke arah tanaman yang tengah digali Li Mei dengan hati-hati. Ya, itu terlihat persis dengan ginseng yang ditemukan Li Mei dulu. Dia lalu berkata pada Li Mei, "biar aku yang melakukannya.""Jangan," kata Li Mei segera menghentikan Bai Changyi. "Kita harus menggalinya dengan sangat berhati-hati. Ginseng ini akan kehilangan harganya kalau sampai patah. Kekuatanmu sangat besar, aku takut kamu akan mematahkannya."Mendengar penjelasan Li Mei yang sangat masuk akal, Bai Changyi segera menarik kembali tangannya yang terulur. Tapi dia tidak bisa tidak menggoda Li Mei, "tapi aku bisa bersikap lembut. Tidakkah aku selalu lembut saat malam hari?"Wajah Li Mei segera bersemu merah ke
Kediaman Tabib Lou.Seekor merpati berwarna hitam terbang memasuki halaman. Dia berhenti dan hinggap di jendela sebuah kamar kerja.Lou Jierui menoleh dan menatap burung merparti itu, lalu bergegas mendatanginya untuk melepaskan gulungan surat yang ada di kakinya."Hanming."Su Hanming masuk ke dalam ruang kerja dan memberi hormat pada Lou Jierui, "apakah Tuan membutuhkan sesuatu?""Bawa merpati ini untuk makan dan beristirahat," perintah Lou Jierui."Baik," jawab Su Hanming. Dia segera membawa burung merpati itu keluar dan menutup pintu.Lou Jierui menatap kertas di tangannya. Setelah beberapa saat, dia membukanya.Aku sudah dalam perjalanan.Lou Jierui menghela nafas panjang setelah membaca surat itu. Beberapa waktu yang lalu, dia berkirim pesan dengan salah satu teman lamanya yang berada di Ibukota. Teman lamanya itu memberikan kabar yang sangat mengejutkan.Putrinya kesayangannya menghilang selama dua tahun.Setelah mencocokan antara nama keluarga, wajah, dan latar belakang Li Me
"Baiklah, aku akan memikirkannya terlebih dahulu," desah Bai Chengxi. Bai Mulin sudah berlutut di hadapannya. Dia tidak bisa begitu saja menolaknya lagi di depan semua orang, ini bisa melukai harga dirinya.Wajah Bai Mulin terlihat sedikit rileks. Dia kembali berdiri dan duduk di kursinya seraya berkata, "terima kasih, Ayah!"Semua orang kembali sedikit tenang. Kali ini Xia Jianli kembali bertanya mengenai hal yang sedari tadi mengganjal di hatinya, "Meimei, bagaimana dengan bisnis di sini? Kamu … tentu saja kamu tahu kalau keadaan desa mulai menjadi jauh lebih baik berkat bisnismu. Kalau kamu pindah ke Kota Barat Laut, apakah bisnis akan ditutup?"Li Mei tersenyum ketika mendengarnya, "ini jugalah yang ingin aku bicarakan dengan kalian."Semua orang kembali mendengarkan dengan serius."Aku tidak akan menutup bisnis ini," jelas Li Mei. "Paman, aku dengar kamu pernah bekerja sebagai koki di Ibukota sebelumnya?""Ah, itu sudah lama sekali," jawab Bai Chengxi seraya melambaikan tangannya
Waktu berlalu dengan cepat. Bai Changyi dan Li Mei sedang berada di dalam kereta yang dikendarai oleh A Guo. Nuannuan ikut dengan mereka hari ini dan duduk di depan bersama A Guo.A Guo mengoceh sepanjang jalan, sedangkan Nuannuan hanya menjawab sekenanya. Entah mengapa Nuannuan merasa A Guo terlihat seperti seekor burung yang tidak bisa berhenti mengoceh."Apakah kamu tidak lelah?" tanya Nuannuan."Tidak, aku sudah terbiasa mengendarai kereta selama ini. Aku cukup kuat," jawab A Gui senang. Dia merasa bahagia karena perhatian Nuannuan."Tidak, kamu salah paham. Maksudku, apakah kamu tidak lelah mengoceh? Telingaku lelah," kata Nuannuan polos.A Guo, "...."Baiklah, ternyata dia hanya mengkhawatirkan telinganya. Li Mei terkekeh pelan di dalam gerbong. Kedua anak itu sangat imut.A Guo, jalanmu masih panjang.Hari ini mereka dalam perjalanan menuju Kota Shengcan. Saat terakhir kali Li Mei mendatangi kediaman Tabib Lou untuk menunjukkan Ginseng Seratus Tahun miliknya, Lou Jierui sangat
Di sisi lain kolam, mereka bisa melihat sebuah gazebo. Gazebo itu berukuran cukup besar dan terbuat dari kayu yang kokoh. Kain-kain putih tampak bertebaran tertiup angin.Tiba-tiba, Li Mei teringat dengan adegan di film kolosal yang pernah dilihatnya saat dia kecil di kehidupannya sebelumnya.Gazebonya mirip, dengan kain-kain putih yang juga melambai tertiup angin. Terlihat seorang wanita cantik, duduk dengan anggun dan memainkan Guzhengnya. Dia memainkan lagu sedih, tentang kekasihnya yang berada di medan perang. Dia tidak mendengar kabar tentangnya dan tidak tahu apakah dia bisa kembali dalam keadaan hidup atau tanpa nyawa.Adegan itu sangat membekas di benaknya. Dia tidak pernah belajar bermain Guzheng sebelumnya, namun ternyata tubuh barunya ini sudah mempelajarinya semenjak dia kecil. Tubuhnya masih mengingat setiap petikan senar Guzheng.Tiba-tiba, Li Mei bisa melihat dua orang pria duduk di dalam gazebo. Salah satunya ad
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing