"Baiklah, aku akan memikirkannya terlebih dahulu," desah Bai Chengxi. Bai Mulin sudah berlutut di hadapannya. Dia tidak bisa begitu saja menolaknya lagi di depan semua orang, ini bisa melukai harga dirinya.Wajah Bai Mulin terlihat sedikit rileks. Dia kembali berdiri dan duduk di kursinya seraya berkata, "terima kasih, Ayah!"Semua orang kembali sedikit tenang. Kali ini Xia Jianli kembali bertanya mengenai hal yang sedari tadi mengganjal di hatinya, "Meimei, bagaimana dengan bisnis di sini? Kamu … tentu saja kamu tahu kalau keadaan desa mulai menjadi jauh lebih baik berkat bisnismu. Kalau kamu pindah ke Kota Barat Laut, apakah bisnis akan ditutup?"Li Mei tersenyum ketika mendengarnya, "ini jugalah yang ingin aku bicarakan dengan kalian."Semua orang kembali mendengarkan dengan serius."Aku tidak akan menutup bisnis ini," jelas Li Mei. "Paman, aku dengar kamu pernah bekerja sebagai koki di Ibukota sebelumnya?""Ah, itu sudah lama sekali," jawab Bai Chengxi seraya melambaikan tangannya
Waktu berlalu dengan cepat. Bai Changyi dan Li Mei sedang berada di dalam kereta yang dikendarai oleh A Guo. Nuannuan ikut dengan mereka hari ini dan duduk di depan bersama A Guo.A Guo mengoceh sepanjang jalan, sedangkan Nuannuan hanya menjawab sekenanya. Entah mengapa Nuannuan merasa A Guo terlihat seperti seekor burung yang tidak bisa berhenti mengoceh."Apakah kamu tidak lelah?" tanya Nuannuan."Tidak, aku sudah terbiasa mengendarai kereta selama ini. Aku cukup kuat," jawab A Gui senang. Dia merasa bahagia karena perhatian Nuannuan."Tidak, kamu salah paham. Maksudku, apakah kamu tidak lelah mengoceh? Telingaku lelah," kata Nuannuan polos.A Guo, "...."Baiklah, ternyata dia hanya mengkhawatirkan telinganya. Li Mei terkekeh pelan di dalam gerbong. Kedua anak itu sangat imut.A Guo, jalanmu masih panjang.Hari ini mereka dalam perjalanan menuju Kota Shengcan. Saat terakhir kali Li Mei mendatangi kediaman Tabib Lou untuk menunjukkan Ginseng Seratus Tahun miliknya, Lou Jierui sangat
Di sisi lain kolam, mereka bisa melihat sebuah gazebo. Gazebo itu berukuran cukup besar dan terbuat dari kayu yang kokoh. Kain-kain putih tampak bertebaran tertiup angin.Tiba-tiba, Li Mei teringat dengan adegan di film kolosal yang pernah dilihatnya saat dia kecil di kehidupannya sebelumnya.Gazebonya mirip, dengan kain-kain putih yang juga melambai tertiup angin. Terlihat seorang wanita cantik, duduk dengan anggun dan memainkan Guzhengnya. Dia memainkan lagu sedih, tentang kekasihnya yang berada di medan perang. Dia tidak mendengar kabar tentangnya dan tidak tahu apakah dia bisa kembali dalam keadaan hidup atau tanpa nyawa.Adegan itu sangat membekas di benaknya. Dia tidak pernah belajar bermain Guzheng sebelumnya, namun ternyata tubuh barunya ini sudah mempelajarinya semenjak dia kecil. Tubuhnya masih mengingat setiap petikan senar Guzheng.Tiba-tiba, Li Mei bisa melihat dua orang pria duduk di dalam gazebo. Salah satunya ad
Li Xue mendesah pelan ketika mendengarnya, "kalau seperti ini, lebih baik kita menyembunyikan perihal keberadaanmu terlebih dahulu. Kita tidak bisa gegabah karena kita belum tahu siapa yang mengincarmu. Dia bahkan sudah bertindak sekejam itu," kata Li Xue lagi. Dia tidak ingin nyawa anaknya kembali terancam apabila mereka bertindak gegabah.Li Xue melirik sekilas ke arah Bai Changyi sebelum akhirnya bertanya kepada Li Mei dengan ragu-ragu, "apakah … apakah kamu masih ingat dengan Dekrit Pernikahanmu?"Bai Changyi tertegun. Dekrit Pernikahan? Apakah istrinya pernah menerima Dekrit Pernikahan dari Kaisar?Li Mei kembali menggeleng pelan, "tidak. Aku hanya bisa mengingat wajah Ayah, Ibu dan Kakak. Ah, ada satu lagi, aku bisa mengingat wajah seorang pria namun aku masih belum bisa mengenalinya.""Wajah seorang pria?" tanya Li Xue terlihat sedikit tertarik. "Apakah itu laki-laki tua atau muda?""Itu seorang pemuda," jawab Li Mei. "Wajahnya tampan, pembawaannya lembut dan dia sepertinya buk
"Aku sudah memikirkannya di sepanjang jalan, tapi sepertinya aku tidak bisa memberikannya kepadamu," desah Li Xue pelan. Ada nada penuh penyesalan dalam suaranya."Kenapa?" tanya Li Mei terlihat sedikit kecewa. Meskipun tubuh ini bukan miliknya, tapi dia ingin mendapatkan semua ingatan pemilik tubuh ini kembali. Saat ini, dialah yang menempati tubuh ini. Dia tentu harus mengenali musuhnya untuk mempertahankan nyawanya bukan?"Itu … itu terlalu berbahaya," jawab Li Xue. "Ketika kamu meminum obatnya, kamu akan dalam keadaan koma selama beberapa waktu.""Berapa lama?" tanya Li Mei.Li Xue kembali menggeleng pelan, "itu tidak dapat dipastikan. Bisa satu minggu, satu bulan, satu tahun, atau bahkan … sepuluh tahun. Tidak ada yang pasti," jawab Li Xue."Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Li Mei kaget."Itu tergantung dengan sebanyak apa memori yang menghilang dan setahan apa tubuh pasien. Setiap orang memiliki efek yang berbeda. Itulah kenapa pengobatan ini tidak dapat dipastikan," jawab Li
Dua laki-laki, satu muda dan satu setengah tua, duduk saling berhadapan. Suasana langsung terasa canggung ketika Li Mei pergi meninggalkan keduanya. Wajah Bai Changyi terlihat datar, namun siapa yang tahu dengan hatinya? Dia merasa sangat gugup karena tiba-tiba harus berhadapan dengan ayah mertuanya tanpa persiapan."Ah, ehm …." Li Xue berdehem pelan berusaha mencairkan suasana. Dia juga ingin mengorek informasi mengenai suami Li Mei ini. "Apakah kamu masih pergi berburu?"Pertanyaannya sangat jelas. Apakah Bai Changyi masih berburu untuk menghidupi putrinya?"Aku hanya sesekali pergi berburu ke gunung saat memiliki kesempatan di sela-sela latihanku. Namun kami tidak menjual hasilnya dan hanya mengkonsumsi hewan buruan untuk kami sendiri. Semenjak Li Mei menjalankan bisnis, aku membantunya menjalankan bisnis," jawab Bai Changyi. Dia merasa tertekan di dalam hatinya. Apakah jawabannya sudah dapat memuaskan ayah mertuanya?Li Xue menganggukkan kepalanya. Dia sudah mendengar dari Lou Ji
"Ayah Mertua, sebelum kita mulai, kami ingin menyampaikan sesuatu," kata Bai Changyi tiba-tiba.Li Xue yang sedang menata tungku obatnya menoleh dan menatapnya dengan hati-hati, "katakanlah.""Ayah Mertua, karena keadaan yang tidak memungkinkan, Li Mei dan aku menikah tanpa restu dari keluarga Li. Oleh karena itu, kami ingin mengadakan pernikahan ulang dan meminta restu kalian," kata Bai Changyi. Dia langsung menyatakan tujuannya tanpa berbelit-belit.Li Xue mengangkat kedua alisnya ketika mendengar perkataan Bai Changyi. Ini memang adalah hal yang mengganjal di dalam hatinya semenjak tadi. Namun, dia datang tanpa keluarganya kali ini. Lagipula, untuk menghindari kecurigaan Kaisar dan musuh Li Mei yang masih bersembunyi, dia tidak bisa sering berpergian. Dia hanya bisa mendesah pelan ketika memikirkan hal ini."Mari kita bicarakan lain kali," kata Li Xue."Baik, Ayah Mertua," jawab Bai Changyi patuh. Dia melirik s
Melihat dua orang yang mulai berjalan pergi, gadis itu tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia segera berlari untuk menyusul mereka."Tuan," panggilnya.A Guo dan Nuannuan kembali menghentikan langkah mereka dan menoleh untuk melihat ke arah gadis itu kembali."Apa Nona sedang memanggilku?" tanya A Guo seraya menunjuk dirinya sendiri."Ya," jawab gadis itu seraya tersipu malu. "Namaku Hong'er. Apakah pelayan ini boleh tahu nama Tuan?"Nuannuan menyipitkan matanya saat mendengar perkataan Hong'er. Tatapan yang dilemparkan Hong'er kepada A Guo begitu lembut dan malu-malu, sangat berbeda dengan caranya menatap Nuannuan sebelumnya.Apakah ini yang biasa disebut dengan 'rubah betina'?"Namaku A …."Belum sempat A Guo menyebutkan namanya, Nuannuan meraih lengan bajunya dan menyeretnya pergi, "ayo pergi. Langit akan segera berubah gelap. Akan sangat berbahaya kalau kamu pulang terla
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing