Satu malam sebelumnya di kediaman kakek Rezan ...
Duar ... duar ... duar ...
Guntur menggelegar di luar sana, menyertai hujan deras yang turun malam ini. Kilat cahaya saling menyambar bumi dengan cepat, seolah mereka sedang berkompetisi untuk mengenai benda bumi dan penghuninya. Siur angin berembus kencang menerbangkan gorden-gorden raksasa yang melingkupi sebuah ruangan yang minim pencahayaan. Bukan karena ruangan itu tidak memiliki lampu, tentu saja dan banyak lampu kristal menggantung, sayangnya listrik di rumah besar itu tiba-tiba mati karena gangguan teknis. Para petugas khusus sedang berupaya untuk memperbaikinya sekarang.
"Tinggal tambah sound effect burung hantu, sarang laba-laba di langit-langit, terus ada nenek-nenek yang jalan sambil bawa gayung di bawah derasnya hujan, fix gue udah kayak manusia yang terperangkap di rumah setan. Ngeri banget, njir."
Ratu dan segala imajinasinya sedang melanglang buana, mem
Si Geva lama-lama minta direbus emang, ngeselin banget!!!
“Gila, seneng banget pas presentasi minggu kemarin dapat pujian dari kak Geva, katanya makalah kita isinya udah oke terus cara penyampaiannya juga udah baik, jelas, lugas, to the point. Parah sih ini mesti selametan, kita makan-makan di tempat biasa yuk!” ajak Brenda heboh. “Presentasinya juga udah lewat kali, Nda, repot bener sih pakai acara selametan segala.” “Ih, kan biar seru, minggu lalu enggak keburu selametannya karena si Nayla keburu ngacir. Orang lain tuh ya, pada betah diem di kelas sampai nungguin kak Geva bener-bener keluar, lah dia malah gerasak-gerusuk pengen cepet-cepet pergi. Kenapa sih Nay?” Yang ditanya hanya berjalan dengan pandangan kosong, Brenda dan Nicole saling pandang. “Nay!” s
Malam hari di rumah kontrakan, kakak beradik itu sedang duduk meja makan. Mereka baru selesai makan malam namun piring bekas dan kawan-kawannya masih ada di tempat yang sama. Nayla dan Ratu belum sempat membereskannya karena saat ini mereka sedang berakting jadi orang linglung. Lima menit lagi mereka tidak membuka percakapan mungkin setan sedang bersiap-siap untuk merasuki tubuh keduanya. “Kamu kenapa Nay?” tanya Ratu tanpa gairah, tangan kanannya menopang dagu. “Kakak sendiri kenapa?” balas Nayla dengan nada lemah. “Galau.” “Sama.” “Kamu galau kenapa?” “Aku bakal ikut kompetisi tapi dosen pembimbin
Seminggu berlalu dengan cepat, pernikahan antara Rezan dan Ratu menggegerkan masyarakat terutama orang-orang yang berada di lingkungan pergaulan mereka. Banyak yang patah hati atas berita itu namun tidak sedikit juga yang ramai mengucapkan selamat atas pernikahan itu. Acara digelar dengan cukup meriah tapi tidak seakbar ekspektasi orang-orang. Pernikahan Rezan diselenggarakan di sebuah hotel dengan dihadiri 700 undangan saja. Untuk ukuran orang terkenal seperti keluarga Dermawan, hal itu tentu bisa dibilang sedikit jika dibandingkan dengan pernikahan Sesilia dulu yang mengundang hampir 1500 tamu undangan. Sesuai kesepakatan, Rezan melakukan apa yang diinginkan kakeknya dan sang kakek tidak berhak mengatur kehidupan rumah tangga cucunya itu. Rezan menolak mentah-mentah tawaran bulan madu ke Paris yang disiapkan kakeknya, Ratu menganga kesal. Rasanya dia ingin mengiris lidah tajam Rezan yang mengatakan bahwa dirinya dan Ratu tidak perlu bulan madu jauh-jauh. Padahal Ratu sanga
Bruk! Semua orang sepakat bahwa dibangunkan tiba-tiba saat sedang tidur pulas adalah momen paling menyebalkan. Menyisakan pusing berkepanjangan di kepala, belum lagi jantung yang berpacu cepat melebihi saat ia digunakan untuk maraton puluhan kilo meter. Ratu kira ia sudah mati tertimbun reruntuhan tebing seperti yang ada di dalam mimpinya. Beruntung kemalangan itu tak benar-benar nyata, sesuatu memang menimpa wajah gadis itu tapi bukan reruntuhan tebing melainkan setumpuk kain bau keringat bercampur parfum mahal. Masih cukup enak untuk dihirup sebenarnya tapi gadis itu telanjur kesal dengan pemilik baju-baju itu. “Apa sih, pagi-pagi udah ganggu orang tidur!” bentak Ratu dengan mata setengah memejam. “Cuci semua pakaian itu, saya sudah tulis memo untuk detail sabun dan parfum yang harus kamu gunakan setelah pakaian itu kering. Ingat ya, saya tidak pernah menggunakan pewangi biasa, harus menggunakan parfum khusus yang sudah saya si
Hari yang Ratu nantikan pun tiba, usai mengerjakan semua pekerjaan rumah. Gadis itu segera bersiap-siap untuk menyambut kepulangan sang suami. Ratu harus pandai-pandai mengatur waktu dalam menjalankan misi ini karena Rezan yang memang jarang ada di rumah. Dia juga tidak mungkin menempeli pria itu sampai ke rumah sakit. Baiklah, Ratu memang terkenal tidak tahu malu tapi bukan berarti dia tidak punya hati. Tidak etis menurutnya kalau harus mengganggu pekerjaan Rezan hanya demi menggoda pria itu. Semerbak wewangian menguar begitu kuat dari ruangan pribadi Ratu, sengaja ia membuat kamarnya menyerupai taman bunga agar aroma dari sana bisa menusuk hidung Rezan dan membuat pria itu terngiang-ngiang wangi tubuhnya. “Enggak ada laki-laki yang tahan dengan godaan seperti ini, you’re amazing Queen,” puji Ratu bangga pada penampilannya hari ini. Mini dress ketat nan seksi, riasan on fire, rambut bergelombang indah, perfect! Hanya satu kat
"Maaf Pak, bukannya kita mau melakukan riset untuk penelitian saya? Kenapa kita malah ke sini? Ini rumah siapa?" "Rumahku, santai saja kamu terlihat tegang. Tidak ada orang di sini selain kita," kata Geva sambil menyimpan tasnya di atas sofa lalu berjalan ke dapur. Tak lama kemudian ia kembali sambil membawa dua botol minuman rasa jeruk. Nayla masih memeluk bukunya sambil mengedarkan pandangan di ruang tamu rumah minimalis itu. "Apa yang kamu cari Kiran?" Geva terus menerus memanggil Nayla dengan nama Kiran meski sudah berulang kali Nayla mengingatkan. Bahkan ketika di kelas pun, lelaki itu masih memanggilnya dengan nama itu. "Pak, sebaiknya saya pulang saja." Nayla tampak tidak nyaman. Sejak kakaknya menikah Nayla memang memutuskan untuk pindah dari kontrakannya ke indekos yang lebih dekat dengan kampus dan tempat kerjanya. Nayla hendak berbalik dan kabur menuju pintu keluar namun Geva cepat menghadangnya. Laki-laki itu memegang kedua
"Rezandra Mahadewa, akhirnya si manusia es ini datang juga, guys," sambut Ronald ketika melihat sang kawan datang. "Tumben Zan, biasanya paling malas kalau kita ajak bertemu di sini." Rezan tidak menjawab, dia malah menuang air bening dari botol berwarna biru transparan itu ke dalam gelas kecil. Dalam satu teguk ia berhasil menghabiskan minuman keras itu. "Padahal enak ya, sekarang si Rezan sudah punya istri. Kalau pulang ada yang menyambut, kalau pegal bisa dipijitin, kalau mau ya tinggal main, ha ha ha." Tiga laki-laki yang ada di sana terlihat puas menertawakan Rezan. Mereka sudah tahu alasan dan latar belakang Rezan menikahi perempuan itu sehingga wajar kalau mereka hobi menggoda kawannya itu. "Iya benar, akhirnya gue pensiun jadi kekasih bayangan si Rezan," tutur Ronald membuat Rezan mengingat sesuatu. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menggeser duduknya mendekati Ronald. Rezan merangkul temannya itu sontak Ronald menoleh ke ar
Tiga bulan berlalu sejak kejadian memalukan malam itu, di mana Ratu terang-terangan menggoda suaminya dan menunjukkan segala hal yang ada pada dirinya—berharap sang suami akan tergoda atau setidaknya tergiur untuk menyentuh Ratu. Gadis itu pikir, upaya nekatnya akan membuahkan hasil manis. Kerja kerasnya bukan kepalang nekat, dia melampaui batas agresif yang selama ini memang identik dengan diri Ratu. Telanjang bulat dan memaksa Rezan menyentuhnya adalah tindakan paling gila, ia terpaksa melakukan itu karena harga dirinya sungguh tersakiti. Bayangkan saja, dirinya dibanding-bandingkan dengan seorang pria, itu sangat melukai harga diri Ratu sebagai perempuan. Secara tidak langsung hal tersebut pun menurunkan rasa percaya diri Ratu. Ia terganggu oleh pikiran-pikiran bodoh yang muncul karena statement Rezan, yang mengatakan dirinya tidak memiliki daya tarik apa-apa sebagai seorang perempuan. Kalian ingin tahu apa yang pria itu lakukan tiga bulan la