Seminggu berlalu dengan cepat, pernikahan antara Rezan dan Ratu menggegerkan masyarakat terutama orang-orang yang berada di lingkungan pergaulan mereka. Banyak yang patah hati atas berita itu namun tidak sedikit juga yang ramai mengucapkan selamat atas pernikahan itu. Acara digelar dengan cukup meriah tapi tidak seakbar ekspektasi orang-orang. Pernikahan Rezan diselenggarakan di sebuah hotel dengan dihadiri 700 undangan saja. Untuk ukuran orang terkenal seperti keluarga Dermawan, hal itu tentu bisa dibilang sedikit jika dibandingkan dengan pernikahan Sesilia dulu yang mengundang hampir 1500 tamu undangan.
Sesuai kesepakatan, Rezan melakukan apa yang diinginkan kakeknya dan sang kakek tidak berhak mengatur kehidupan rumah tangga cucunya itu. Rezan menolak mentah-mentah tawaran bulan madu ke Paris yang disiapkan kakeknya, Ratu menganga kesal. Rasanya dia ingin mengiris lidah tajam Rezan yang mengatakan bahwa dirinya dan Ratu tidak perlu bulan madu jauh-jauh. Padahal Ratu sanga
Bruk! Semua orang sepakat bahwa dibangunkan tiba-tiba saat sedang tidur pulas adalah momen paling menyebalkan. Menyisakan pusing berkepanjangan di kepala, belum lagi jantung yang berpacu cepat melebihi saat ia digunakan untuk maraton puluhan kilo meter. Ratu kira ia sudah mati tertimbun reruntuhan tebing seperti yang ada di dalam mimpinya. Beruntung kemalangan itu tak benar-benar nyata, sesuatu memang menimpa wajah gadis itu tapi bukan reruntuhan tebing melainkan setumpuk kain bau keringat bercampur parfum mahal. Masih cukup enak untuk dihirup sebenarnya tapi gadis itu telanjur kesal dengan pemilik baju-baju itu. “Apa sih, pagi-pagi udah ganggu orang tidur!” bentak Ratu dengan mata setengah memejam. “Cuci semua pakaian itu, saya sudah tulis memo untuk detail sabun dan parfum yang harus kamu gunakan setelah pakaian itu kering. Ingat ya, saya tidak pernah menggunakan pewangi biasa, harus menggunakan parfum khusus yang sudah saya si
Hari yang Ratu nantikan pun tiba, usai mengerjakan semua pekerjaan rumah. Gadis itu segera bersiap-siap untuk menyambut kepulangan sang suami. Ratu harus pandai-pandai mengatur waktu dalam menjalankan misi ini karena Rezan yang memang jarang ada di rumah. Dia juga tidak mungkin menempeli pria itu sampai ke rumah sakit. Baiklah, Ratu memang terkenal tidak tahu malu tapi bukan berarti dia tidak punya hati. Tidak etis menurutnya kalau harus mengganggu pekerjaan Rezan hanya demi menggoda pria itu. Semerbak wewangian menguar begitu kuat dari ruangan pribadi Ratu, sengaja ia membuat kamarnya menyerupai taman bunga agar aroma dari sana bisa menusuk hidung Rezan dan membuat pria itu terngiang-ngiang wangi tubuhnya. “Enggak ada laki-laki yang tahan dengan godaan seperti ini, you’re amazing Queen,” puji Ratu bangga pada penampilannya hari ini. Mini dress ketat nan seksi, riasan on fire, rambut bergelombang indah, perfect! Hanya satu kat
"Maaf Pak, bukannya kita mau melakukan riset untuk penelitian saya? Kenapa kita malah ke sini? Ini rumah siapa?" "Rumahku, santai saja kamu terlihat tegang. Tidak ada orang di sini selain kita," kata Geva sambil menyimpan tasnya di atas sofa lalu berjalan ke dapur. Tak lama kemudian ia kembali sambil membawa dua botol minuman rasa jeruk. Nayla masih memeluk bukunya sambil mengedarkan pandangan di ruang tamu rumah minimalis itu. "Apa yang kamu cari Kiran?" Geva terus menerus memanggil Nayla dengan nama Kiran meski sudah berulang kali Nayla mengingatkan. Bahkan ketika di kelas pun, lelaki itu masih memanggilnya dengan nama itu. "Pak, sebaiknya saya pulang saja." Nayla tampak tidak nyaman. Sejak kakaknya menikah Nayla memang memutuskan untuk pindah dari kontrakannya ke indekos yang lebih dekat dengan kampus dan tempat kerjanya. Nayla hendak berbalik dan kabur menuju pintu keluar namun Geva cepat menghadangnya. Laki-laki itu memegang kedua
"Rezandra Mahadewa, akhirnya si manusia es ini datang juga, guys," sambut Ronald ketika melihat sang kawan datang. "Tumben Zan, biasanya paling malas kalau kita ajak bertemu di sini." Rezan tidak menjawab, dia malah menuang air bening dari botol berwarna biru transparan itu ke dalam gelas kecil. Dalam satu teguk ia berhasil menghabiskan minuman keras itu. "Padahal enak ya, sekarang si Rezan sudah punya istri. Kalau pulang ada yang menyambut, kalau pegal bisa dipijitin, kalau mau ya tinggal main, ha ha ha." Tiga laki-laki yang ada di sana terlihat puas menertawakan Rezan. Mereka sudah tahu alasan dan latar belakang Rezan menikahi perempuan itu sehingga wajar kalau mereka hobi menggoda kawannya itu. "Iya benar, akhirnya gue pensiun jadi kekasih bayangan si Rezan," tutur Ronald membuat Rezan mengingat sesuatu. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menggeser duduknya mendekati Ronald. Rezan merangkul temannya itu sontak Ronald menoleh ke ar
Tiga bulan berlalu sejak kejadian memalukan malam itu, di mana Ratu terang-terangan menggoda suaminya dan menunjukkan segala hal yang ada pada dirinya—berharap sang suami akan tergoda atau setidaknya tergiur untuk menyentuh Ratu. Gadis itu pikir, upaya nekatnya akan membuahkan hasil manis. Kerja kerasnya bukan kepalang nekat, dia melampaui batas agresif yang selama ini memang identik dengan diri Ratu. Telanjang bulat dan memaksa Rezan menyentuhnya adalah tindakan paling gila, ia terpaksa melakukan itu karena harga dirinya sungguh tersakiti. Bayangkan saja, dirinya dibanding-bandingkan dengan seorang pria, itu sangat melukai harga diri Ratu sebagai perempuan. Secara tidak langsung hal tersebut pun menurunkan rasa percaya diri Ratu. Ia terganggu oleh pikiran-pikiran bodoh yang muncul karena statement Rezan, yang mengatakan dirinya tidak memiliki daya tarik apa-apa sebagai seorang perempuan. Kalian ingin tahu apa yang pria itu lakukan tiga bulan la
Pukul delapan lebih lima belas menit, Rezan dan Ratu tiba di kediaman mewah Dermawan. Satu jam setengah lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan. Sepasang suami istri itu keluar dari mobil, Ratu buru-buru berdiri di samping suaminya dan mulai menyerang laki-laki itu dengan berbagai pertanyaan. “Kamu serius Kakek tidak akan marah kita datang terlambat?” Pertanyaan pertama tidak mendapat respons apa-apa, Rezan malah langsung jalan tanpa aba-aba atau niat untuk menggandeng istrinya. “Demi Tuhan kalau Kakek marah maka kamu yang salah! Kan aku sudah bilang untuk datang tepat waktu tapi kamu malah banyak alasan dan buang-buang waktu. Kamu tadi di kamar ngapain aja, sih? Jangan bilang kamu lagi phone sex sama si Ronald kupret itu?!” Rezan mendadak berhenti, ia menoleh cepat ke arah Ratu dan melayangkan tatapan yang membuat Ratu harus mundur dua langkah saking mengerikannya. “Apa? Benar kan kamu phone sex sama si Ronald di kamar
“Rezan ... demi langit dan bumi, gue santet juga bini lo lama-lama!” omel Ronald yang tiba-tiba meledakkan amarah usai panggilannya dengan Rezan terhubung. “Kenapa, dia ngirim bangkai tikus lagi ke apartemen lo?” “Lebih parah! Masa dia posting foto gue di komunitas online. Caption-nya bikin darah gue mendidih. Lanang flash sale, anjir banget, kan? Dia pikir gue cowok murahan gitu pake acara flash sale segala, muka gue memang diblur sih Cuma tetep aja gue enggak terima. Ini namanya penghinaan!” “Lo ladenin aja, lo suka huru-hara, kan?” “Seratus persen lo nikah sama cewek gila. Males gue huru-hara sama model begitu, bikin susah! Yang ada gue kena hipertensi karena keseringan mikirin dia, pokoknya gue mau putus dari lo titik!” “Lima puluh juta mau lo lewatin gitu aja?” “Bodo amat! Mau 50 juta kek, 100 juta kek, atau berapa pun itu kalau lawannya model bini lo mundur gue. Heran, kok lo kuat ngadepin dia sela
Ratu melirik sang suami yang menyimpan penuh konsentrasinya pada kegiatan menyetir. Lima belas menit berlalu sejak mobil mewah Rezan meninggalkan kediaman sang kakek. Gurat kemarahan, kecewa, dan terluka tergambar saling menyinggung dalam manik pria itu. Tidak banyak yang bisa Ratu lakukan selain mendiami suaminya sampai dia benar-benar mau terbuka, walau sepertinya hal itu cukup mustahil terjadi. Bagaimana pun Ratu dan Rezan adalah dua orang asing yang dipersatukan karena alasan gila. Ratu mengincar uang 5 miliar sedangkan Rezan ingin bebas dari desakan kakek dan kakaknya. Mereka tidak cukup intim secara emosional untuk saling berbagi duka di hati. Ingin rasanya Ratu mengurangi sedikit beban sang suami namun dia tak berdaya jikalau suaminya menolak mentah-mentah niat itu. Dalam diamnya, gadis itu terus berpikir apakah dia terlalu ikut campur urusan Rezan? Mungkinkah apa yang ia lakukan tadi pada Laras adalah sebuah kesalahan yang seharusnya tidak Ratu lakukan? Dia j
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia