"Rezandra Mahadewa, akhirnya si manusia es ini datang juga, guys," sambut Ronald ketika melihat sang kawan datang.
"Tumben Zan, biasanya paling malas kalau kita ajak bertemu di sini."
Rezan tidak menjawab, dia malah menuang air bening dari botol berwarna biru transparan itu ke dalam gelas kecil. Dalam satu teguk ia berhasil menghabiskan minuman keras itu.
"Padahal enak ya, sekarang si Rezan sudah punya istri. Kalau pulang ada yang menyambut, kalau pegal bisa dipijitin, kalau mau ya tinggal main, ha ha ha."
Tiga laki-laki yang ada di sana terlihat puas menertawakan Rezan. Mereka sudah tahu alasan dan latar belakang Rezan menikahi perempuan itu sehingga wajar kalau mereka hobi menggoda kawannya itu.
"Iya benar, akhirnya gue pensiun jadi kekasih bayangan si Rezan," tutur Ronald membuat Rezan mengingat sesuatu.
Ia mengeluarkan ponselnya lalu menggeser duduknya mendekati Ronald. Rezan merangkul temannya itu sontak Ronald menoleh ke ar
Tiga bulan berlalu sejak kejadian memalukan malam itu, di mana Ratu terang-terangan menggoda suaminya dan menunjukkan segala hal yang ada pada dirinya—berharap sang suami akan tergoda atau setidaknya tergiur untuk menyentuh Ratu. Gadis itu pikir, upaya nekatnya akan membuahkan hasil manis. Kerja kerasnya bukan kepalang nekat, dia melampaui batas agresif yang selama ini memang identik dengan diri Ratu. Telanjang bulat dan memaksa Rezan menyentuhnya adalah tindakan paling gila, ia terpaksa melakukan itu karena harga dirinya sungguh tersakiti. Bayangkan saja, dirinya dibanding-bandingkan dengan seorang pria, itu sangat melukai harga diri Ratu sebagai perempuan. Secara tidak langsung hal tersebut pun menurunkan rasa percaya diri Ratu. Ia terganggu oleh pikiran-pikiran bodoh yang muncul karena statement Rezan, yang mengatakan dirinya tidak memiliki daya tarik apa-apa sebagai seorang perempuan. Kalian ingin tahu apa yang pria itu lakukan tiga bulan la
Pukul delapan lebih lima belas menit, Rezan dan Ratu tiba di kediaman mewah Dermawan. Satu jam setengah lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan. Sepasang suami istri itu keluar dari mobil, Ratu buru-buru berdiri di samping suaminya dan mulai menyerang laki-laki itu dengan berbagai pertanyaan. “Kamu serius Kakek tidak akan marah kita datang terlambat?” Pertanyaan pertama tidak mendapat respons apa-apa, Rezan malah langsung jalan tanpa aba-aba atau niat untuk menggandeng istrinya. “Demi Tuhan kalau Kakek marah maka kamu yang salah! Kan aku sudah bilang untuk datang tepat waktu tapi kamu malah banyak alasan dan buang-buang waktu. Kamu tadi di kamar ngapain aja, sih? Jangan bilang kamu lagi phone sex sama si Ronald kupret itu?!” Rezan mendadak berhenti, ia menoleh cepat ke arah Ratu dan melayangkan tatapan yang membuat Ratu harus mundur dua langkah saking mengerikannya. “Apa? Benar kan kamu phone sex sama si Ronald di kamar
“Rezan ... demi langit dan bumi, gue santet juga bini lo lama-lama!” omel Ronald yang tiba-tiba meledakkan amarah usai panggilannya dengan Rezan terhubung. “Kenapa, dia ngirim bangkai tikus lagi ke apartemen lo?” “Lebih parah! Masa dia posting foto gue di komunitas online. Caption-nya bikin darah gue mendidih. Lanang flash sale, anjir banget, kan? Dia pikir gue cowok murahan gitu pake acara flash sale segala, muka gue memang diblur sih Cuma tetep aja gue enggak terima. Ini namanya penghinaan!” “Lo ladenin aja, lo suka huru-hara, kan?” “Seratus persen lo nikah sama cewek gila. Males gue huru-hara sama model begitu, bikin susah! Yang ada gue kena hipertensi karena keseringan mikirin dia, pokoknya gue mau putus dari lo titik!” “Lima puluh juta mau lo lewatin gitu aja?” “Bodo amat! Mau 50 juta kek, 100 juta kek, atau berapa pun itu kalau lawannya model bini lo mundur gue. Heran, kok lo kuat ngadepin dia sela
Ratu melirik sang suami yang menyimpan penuh konsentrasinya pada kegiatan menyetir. Lima belas menit berlalu sejak mobil mewah Rezan meninggalkan kediaman sang kakek. Gurat kemarahan, kecewa, dan terluka tergambar saling menyinggung dalam manik pria itu. Tidak banyak yang bisa Ratu lakukan selain mendiami suaminya sampai dia benar-benar mau terbuka, walau sepertinya hal itu cukup mustahil terjadi. Bagaimana pun Ratu dan Rezan adalah dua orang asing yang dipersatukan karena alasan gila. Ratu mengincar uang 5 miliar sedangkan Rezan ingin bebas dari desakan kakek dan kakaknya. Mereka tidak cukup intim secara emosional untuk saling berbagi duka di hati. Ingin rasanya Ratu mengurangi sedikit beban sang suami namun dia tak berdaya jikalau suaminya menolak mentah-mentah niat itu. Dalam diamnya, gadis itu terus berpikir apakah dia terlalu ikut campur urusan Rezan? Mungkinkah apa yang ia lakukan tadi pada Laras adalah sebuah kesalahan yang seharusnya tidak Ratu lakukan? Dia j
Serigala berbulu domba, mungkin julukan itulah yang pantas disematkan pada pria bernama Gevariel. Sosok yang sempat membuat Nayla terlena sesaat dengan ketampanan, kebaikan, dan semua sikap manisnya. Nayla pikir, pria itu benar-benar menyukainya, benar-benar tertarik dan berniat menghadiahi Nayla rasa cinta setulus perasaan yang gadis itu berikan untuk Geva. Naas, setelah apa yang mereka lalui bersama selama tiga bulan terakhir, setelah semua hal yang telah Nayla berikan pada Geva, satu fakta memilukan akhirnya terungkap. Nayla sudah hancur, sebagai perempuan dia tidak lagi memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Sejak menyerahkan kesucian pada Geva beberapa bulan lalu demi uang 200 juta, gadis itu tidak lagi memiliki harga diri. Kini apa yang Nayla lakukan telah memperuncing jurang yang mungkin tak lama lagi akan menelan gadis itu hidup-hidup. Hanya tinggal menunggu waktu untuk Nayla jatuh ke sana. Gevariel bukan laki-laki baik, dia orang berengsek yang sampai hati memp
Rezan menepuk tengkuknya beberapa kali, dua jam setengah operasi darurat itu berlangsung dan semua tenaga pria itu seakan terkuras habis. Malam ini sungguh malam paling buruk yang pernah pria itu temui. Kekesalannya akibat kejadian di rumah sang kakek saja belum reda, masalah baru datang dari pasien VIP-nya yang tiba-tiba kolaps. Beruntung Rezan sempat membaca pesan yang dikirim pihak rumah sakit, jika tidak mungkin nyawa pasien itu tidak akan terselamatkan. Begitu pintu terbuka, pemandangan pertama yang didapatkan pria itu adalah istrinya yang sedang meringkuk di atas sofa. Pria itu memperhatikannya cukup lama lalu mendesah berat. Tanpa diduga Rezan duduk di depan sofa tempat istrinya berbaring, pria itu terus menumbuk perhatian pada Ratu sampai ingatannya berlayar menuju kejadian beberapa waktu lalu. Serta merta sudut bibirnya terangkat, sekadar mengejek kegilaan Ratu ketika menghadapi Laras. Yang membuat hati dan perut Rezan tergelitik adalah ketika gadis barbar i
Satu jam Ratu berada di sana, selama itu pula ia tak luput menekuk wajah dan menampakkan gurat bosan yang sangat tebal. Tangan gadis itu menusuk-nusuk lengan sang suami. Rezan masih sibuk menyimak penjelasan pemateri di seminar tentang kesehatan yang ia hadiri kali ini. Berulang kali Rezan menghempaskan tangan Ratu tapi gadis itu tak berhenti mengusik konsentrasinya. "Mas dokter, ini kapan selesainya, sih? Bosen tahuuu." "Siapa yang nyuruh kamu ikut? Diam, sebentar lagi juga beres." "Gitu aja terus dari tadi, sebentar, sebentar tapi enggak beres-beres." Ratu dan Rezan duduk di area belakang, interaksi mereka cukup intens dan menguras emosi tapi tidak lantas mengusik ketenangan orang-orang. "Jangan banyak protes, kamu sendiri bukan yang mau ikut ke mana pun saya pergi hari ini?" "Ya, emang aku bilang gitu tadi, tapi kan aku kira kamu mau ketemu si cowok genit itu! Aku lihat kamu teleponan sama dia, dia minta ketemuan sama kamu, ka
"Mmhh ... Kakak ... aghhh." "I can't stand it anymore, Kiran, I'll cum! Heugh." Dua sejoli itu berteriak penuh kepuasan usai mencapai klimaks yang sejak awal pertarungan mereka cari. Keduanya terengah bersama, Geva mengecup bibir Nayla sesaat lalu menggulingkan tubuh toplesnya ke samping. Tangan Nayla terulur mengambil selimut yang teronggok di bawah lantai. Ia menutupi tubuh telanjangnya, tatapannya masih sayu--merasakan sisa kenikmatan hina yang Geva berikan padanya. Ya, Nayla menganggap kegiatan panasnya dengan Geva adalah kenikmatan hina karena jujur ia mulai menikmati semua ini. Namun di sisi lain Nayla juga terhina karenanya. Nayla mendesah geli ketika buah dadanya diremas dari belakang, tangan Geva memainkan benda kenyal itu dengan bebas. Dipilin, diremas, ditampar hingga Nayla mengeluarkan suara seksi yang menghidupkan kembali gairah Geva. Andai saja penduduk kampus tahu sebejat apa laki-laki yang mereka idolakan, pasti mereka a
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia