Nayla merasa suasana kelasnya hari ini teras sedikit lebih ramai dan bergemuruh dibanding biasanya. Ia menaikkan satu alis sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Brenda dan Nicole belum tiba di sana, ia masih duduk sendiri di kursinya sambil memeriksa ulang jadwal dan menyiapkan tugas makalah yang akan dikumpulkan hari ini. Hari ini Nayla kebagian presentasi kelompok dengan Nicole dan Brenda, gadis itu harap kedua temannya sudah menguasai materi dan bisa memaparkan apa yang telah mereka kerjakan selama satu minggu ini dengan baik. Sebagai ketua kelompok, Nayla bisa dikategorikan baik karena tidak egois dan bersedia menerima pendapat juga saran dan masukan yang diberikan anggotanya.
Nayla nyaman dengan kelompok mata kuliah kali ini, selain karena Nicole dan Brenda adalah kawan dekatnya, Nayla juga senang karena dua sahabatnya itu sangat kooperatif selama pengerjaan makalah berlangsung. Dari sekian banyak tugas yang diberikan dosen, tugas yang selalu membuat Nayla waswas dan
Halooo ... Rezan balik menyapa kalian, he he. Senangnya bisa bertemu lagi di sini. Semoga kalian suka yaa ... Jangan lupa love, bintang lima, dan votenya ya teman-teman, supaya tambah semangat nih.
“Kok bisa?” bukannya dia masih semester akhirnya, belum beres kuliahnya, kenapa sudah bisa ngajar?” tanya Nayla, gadis itu belum pernah bertemu dengan Geva secara langsung. Ia hanya mengetahui segala hal tentang laki-laki itu dari teman-temannya. Gevariel sering menjadi buah bibir para mahasiswi. Selain itu Gevariel ini juga sedikit misterius, walaupun populer dia tidak memiliki akun sosial media seperti halnya para anak populer lain. Mungkin aplikasi yang dimilikinya di ponsel hanya sekadar aplikasi chating untuk kepentingan tertentu. “Ya bisalah, anak genius, ganteng, dan kaya mah bebas, ha ha,” seru Brenda masih berapi-api ketika menceritakan seniornya itu. “Sebenarnya kak Geva memang sudah dibidik dari lama sama pak Martono buat jadi asisten dosen, Nay. Awalnya dia selalu nolak tahu, nah mungkin sekarang nerima karena merasa enggak enak apalagi pak Martono lagi kena musibah. Hitung-hitung berbakti kayaknya sama dospem sendiri,” tam
“Aw, sakit, Kuya!” bentak Ratu sambil memukul tangan sahabatnya itu keras. “Kan elo yang nyuruh gue nyubit tangan lo, gimana, sih?!” “Huhhh, kok jadi gini sih, Ya? Masa gue harus nikah sama si Rezan yang enggak ada akhlak itu. Huaaa ... gue enggak mau!” “Terus lo mau menolak perintah kakek Dermawan? Bisa direlokasi ke Libanon lo kalau nolak. Udah cari jalan aman aja, lagian apa salahnya sih nikah sama dokter Rezan. Ketiban durian runtuh lo, di luar sana banyak yang pengen jadi pacar dia, lah elo, sekali kenal langsung diangkat jadi istri. Mujur banget nasib lo, Tu ... Tu. Kagak perlu takut dikejar-kejar si Bandit lagi kalau kayak gini.” Ucapan Surya memang ada benarnya, mungkin setelah Ratu menikah dengan Rezan maka masalah perekonomiannya bisa terselesaikan. Hanya saja masalahnya kini Ratu mulai mengkhawatirkan nasib jantung dan mentalnya jika hidup satu atap dengan laki-laki seperti Rezan. “Lo enteng banget bilang gitu, enggak mikirin
Satu malam sebelumnya di kediaman kakek Rezan ... Duar ... duar ... duar ... Guntur menggelegar di luar sana, menyertai hujan deras yang turun malam ini. Kilat cahaya saling menyambar bumi dengan cepat, seolah mereka sedang berkompetisi untuk mengenai benda bumi dan penghuninya. Siur angin berembus kencang menerbangkan gorden-gorden raksasa yang melingkupi sebuah ruangan yang minim pencahayaan. Bukan karena ruangan itu tidak memiliki lampu, tentu saja dan banyak lampu kristal menggantung, sayangnya listrik di rumah besar itu tiba-tiba mati karena gangguan teknis. Para petugas khusus sedang berupaya untuk memperbaikinya sekarang. "Tinggal tambah sound effect burung hantu, sarang laba-laba di langit-langit, terus ada nenek-nenek yang jalan sambil bawa gayung di bawah derasnya hujan, fix gue udah kayak manusia yang terperangkap di rumah setan. Ngeri banget, njir." Ratu dan segala imajinasinya sedang melanglang buana, mem
“Gila, seneng banget pas presentasi minggu kemarin dapat pujian dari kak Geva, katanya makalah kita isinya udah oke terus cara penyampaiannya juga udah baik, jelas, lugas, to the point. Parah sih ini mesti selametan, kita makan-makan di tempat biasa yuk!” ajak Brenda heboh. “Presentasinya juga udah lewat kali, Nda, repot bener sih pakai acara selametan segala.” “Ih, kan biar seru, minggu lalu enggak keburu selametannya karena si Nayla keburu ngacir. Orang lain tuh ya, pada betah diem di kelas sampai nungguin kak Geva bener-bener keluar, lah dia malah gerasak-gerusuk pengen cepet-cepet pergi. Kenapa sih Nay?” Yang ditanya hanya berjalan dengan pandangan kosong, Brenda dan Nicole saling pandang. “Nay!” s
Malam hari di rumah kontrakan, kakak beradik itu sedang duduk meja makan. Mereka baru selesai makan malam namun piring bekas dan kawan-kawannya masih ada di tempat yang sama. Nayla dan Ratu belum sempat membereskannya karena saat ini mereka sedang berakting jadi orang linglung. Lima menit lagi mereka tidak membuka percakapan mungkin setan sedang bersiap-siap untuk merasuki tubuh keduanya. “Kamu kenapa Nay?” tanya Ratu tanpa gairah, tangan kanannya menopang dagu. “Kakak sendiri kenapa?” balas Nayla dengan nada lemah. “Galau.” “Sama.” “Kamu galau kenapa?” “Aku bakal ikut kompetisi tapi dosen pembimbin
Seminggu berlalu dengan cepat, pernikahan antara Rezan dan Ratu menggegerkan masyarakat terutama orang-orang yang berada di lingkungan pergaulan mereka. Banyak yang patah hati atas berita itu namun tidak sedikit juga yang ramai mengucapkan selamat atas pernikahan itu. Acara digelar dengan cukup meriah tapi tidak seakbar ekspektasi orang-orang. Pernikahan Rezan diselenggarakan di sebuah hotel dengan dihadiri 700 undangan saja. Untuk ukuran orang terkenal seperti keluarga Dermawan, hal itu tentu bisa dibilang sedikit jika dibandingkan dengan pernikahan Sesilia dulu yang mengundang hampir 1500 tamu undangan. Sesuai kesepakatan, Rezan melakukan apa yang diinginkan kakeknya dan sang kakek tidak berhak mengatur kehidupan rumah tangga cucunya itu. Rezan menolak mentah-mentah tawaran bulan madu ke Paris yang disiapkan kakeknya, Ratu menganga kesal. Rasanya dia ingin mengiris lidah tajam Rezan yang mengatakan bahwa dirinya dan Ratu tidak perlu bulan madu jauh-jauh. Padahal Ratu sanga
Bruk! Semua orang sepakat bahwa dibangunkan tiba-tiba saat sedang tidur pulas adalah momen paling menyebalkan. Menyisakan pusing berkepanjangan di kepala, belum lagi jantung yang berpacu cepat melebihi saat ia digunakan untuk maraton puluhan kilo meter. Ratu kira ia sudah mati tertimbun reruntuhan tebing seperti yang ada di dalam mimpinya. Beruntung kemalangan itu tak benar-benar nyata, sesuatu memang menimpa wajah gadis itu tapi bukan reruntuhan tebing melainkan setumpuk kain bau keringat bercampur parfum mahal. Masih cukup enak untuk dihirup sebenarnya tapi gadis itu telanjur kesal dengan pemilik baju-baju itu. “Apa sih, pagi-pagi udah ganggu orang tidur!” bentak Ratu dengan mata setengah memejam. “Cuci semua pakaian itu, saya sudah tulis memo untuk detail sabun dan parfum yang harus kamu gunakan setelah pakaian itu kering. Ingat ya, saya tidak pernah menggunakan pewangi biasa, harus menggunakan parfum khusus yang sudah saya si
Hari yang Ratu nantikan pun tiba, usai mengerjakan semua pekerjaan rumah. Gadis itu segera bersiap-siap untuk menyambut kepulangan sang suami. Ratu harus pandai-pandai mengatur waktu dalam menjalankan misi ini karena Rezan yang memang jarang ada di rumah. Dia juga tidak mungkin menempeli pria itu sampai ke rumah sakit. Baiklah, Ratu memang terkenal tidak tahu malu tapi bukan berarti dia tidak punya hati. Tidak etis menurutnya kalau harus mengganggu pekerjaan Rezan hanya demi menggoda pria itu. Semerbak wewangian menguar begitu kuat dari ruangan pribadi Ratu, sengaja ia membuat kamarnya menyerupai taman bunga agar aroma dari sana bisa menusuk hidung Rezan dan membuat pria itu terngiang-ngiang wangi tubuhnya. “Enggak ada laki-laki yang tahan dengan godaan seperti ini, you’re amazing Queen,” puji Ratu bangga pada penampilannya hari ini. Mini dress ketat nan seksi, riasan on fire, rambut bergelombang indah, perfect! Hanya satu kat
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia