Semua orang di sana tercengang. Kalau mereka tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mereka tidak akan percaya. Apa yang terjadi barusan benar-benar di luar dugaan mereka.Ada bekas tamparan merah di wajah Vinson. Dia sangat kesakitan, hingga rasanya ingin menangis. Dia memegangi wajahnya dan menatap Toby dengan marah dan ketakutan. Dari kecil sampai besar, tidak ada yang pernah memukulnya seperti ini.Berani-beraninya pria ini menamparnya. Bukankah itu namanya sengaja ingin mempermalukannya?“Kamu!” Vinson menunjuk ke arah Toby dengan marah, hampir tidak bisa berkata-kata.Toby berkata dengan datar, “Kamu yang mencari masalah sendiri. Sudah, sudah waktunya aku keluar.”Vinson tanpa sadar berteriak dengan marah, “Kalian! Cari cara untuk menghentikannya. Cepat hentikan dia.”Mendengar itu, semua orang saling memandang dengan cemas. Tidak ada yang berani menghentikan Toby. Mana ada yang memiliki keberanian seperti itu? Mereka masih kesakitan karena cedera barusan.Pada saat ini, begitu
Pria paruh baya itu berkata dengan dingin, “Katakan. Papa akan membalas dendam untukmu.”Vinson tanpa sadar menatap Toby. Dia masih belum bisa melampiaskan amarahnya tadi. Ayahnya tidak tahu mengenai masalah tadi. Jadi, ini adalah kesempatan bagus. Dia pun langsung menunjuk Toby.“Pa, dia yang melakukannya. Dia yang memukulku,” kata Vinson.Mendengar itu, pria paruh baya itu melihat ke arah Toby. Dia sangat bingung. Loh, pria itu padahal meminta maaf padanya ketika tidak sengaja menabraknya tadi.Rasanya tidak mungkin kalau pria itu adalah orang seperti itu.“Coba jelaskan situasinya.” Pria paruh baya itu menahan amarahnya dan ingin mendengar penjelasan putranya.“Pa, sebenarnya seperti ini. Orang ini sudah melakukan pencurian. Siapa yang menyangka, ketika aku sedang menginterogasinya, dia menolak untuk menjawab. Aku nggak punya pilihan lain, selain membawanya ke sini. Tapi, dia malah menamparku.” Vinson mulai membalikkan fakta dan berpura-pura tidak bersalah.Pria paruh baya itu menge
Kalau Toby meminta maaf kepada putranya, pria paruh baya itu tidak akan banyak perhitungan lagi. Namun, jika Toby tidak meminta maaf kepada putranya, dia akan melepaskan Toby begitu saja.Toby menatap pria paruh baya itu. Meskipun permintaan pria itu sangat sederhana, dia tidak melakukan kesalahan. Mengapa dia harus meminta maaf? Kalaupun harus ada permintaan maaf, seharusnya Vinson yang meminta maaf pada dirinya.Vinson tidak terima kalau Toby hanya perlu meminta maaf. Menurutnya, itu terlalu sederhana dan enak bagi Toby. Dia tidak hanya mau Toby meminta maaf, tapi juga mau pria itu membayar mahal akibat mencari masalah dengannya. Dia sangat tidak senang.Dia telah memutuskan untuk menunjukkan betapa hebatnya dia pada Toby.“Maaf, aku nggak akan minta maaf.” Toby menggelengkan kepalanya.Raut muka pria paruh baya itu seketika menjadi dingin ketika mendengar perkataan Toby. Dia menganggap Toby terlalu angkuh. Berani-beraninya pria itu melawannya. Dia merasa dia terlalu baik pada pria
Toby langsung berkata, “Sangat sederhana. Asalkan kamu memberiku kesempatan untuk menelepon seseorang.”Pria paruh baya itu melipat tangannya dan tersenyum. Namun, tetapi dia sama sekali tidak menganggap serius hal itu.Vinson berkata dengan nada mengejek, “Saranku kamu menyerah saja, deh. Ayahku memiliki koneksi yang jauh lebih banyak di luar bayanganmu. Nggak ada gunanya kalau kamu ingin meminta bantuan.”Dia tahu status ayahnya di Wieland. Orang yang bisa diberi hormat oleh ayahnya hanya sedikit.Dia tidak percaya bahwa Toby bisa mengenal orang-orang yang lebih hebat.Pria paruh baya itu mengernyit. Dia punya firasat buruk ketika melihat sikap percaya diri Toby. Apa jangan-jangan pria ini benar-benar mengenal seorang tokoh besar?Kemudian, dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran itu dari pikirannya. Bagaimana mungkin seorang pria biasa seperti Toby mengenal seorang tokoh besar? Kalaupun pria ini mengenal seorang tokoh besar, dia juga harus menyelesaikan masalah ini sepert
Semakin lama mendengarkan perkataan Kapten Zeldan, raut muka pria paruh baya itu semakin masam. Terutama ketika dia mengetahui bahwa putranya malah dan ugal-ugalan, dia rasanya ingin memaki orang. Dia tidak menyangka putranya akan begitu memalukan. Hal ini membuatnya sangat kecewa.Vinson tidak tahu apa yang terjadi. Jika dia tahu apa yang terjadi, dia pasti akan ketakutan. Melihat sikap serius ayahnya, semakin dia memikirkannya, dia merasa semakin aneh.Pria paruh baya itu buru-buru mengatakan iya, lalu berjanji kepada Kapten Zeldan bahwa dia akan menyelesaikan masalah ini dengan baik. Setelah itu, dia pun menutup teleponnya.Vinson bertanya sambil tersenyum, “Pa, ada apa? Tokoh besar yang dibilangnya itu nggak berguna, ‘kan?”“Apa kamu tahu siapa yang menelepon Papa?” Pria paruh baya itu bertanya dengan dingin.Vinson tidak memperhatikan ekspresi marah pria paruh baya itu, malah mengerutkan bibirnya dan berkata, “Siapa lagi? Memangnya orang seperti dia bisa meminta bantuan tokoh besa
Vinson akhirnya mengalah dan melepaskan Toby.Toby tersenyum dan berkata, “Untuk apa melepaskanku? Aku mau tinggal di dalam sebentar.”Saat ini, ponsel pria paruh baya itu berdering lagi.Kapten Zeldan menjelaskan di telepon bahwa jika Toby tidak menghubunginya dalam sepuluh menit, maka dia akan kehilangan jabatannya.Pria paruh baya itu menarik napas dalam-dalam. Kapten Zeldan begitu peduli dengan masalah ini. Dia jadi tidak berani menunda lagi. Dia hampir memohon pada Toby dan berkata, “Pak Toby, tolong kasihanilah aku. Tolong cepat keluar. Jangan main-main lagi.”Pada saat yang sama, dia menendang putranya yang tidak berguna itu. Vinson bergidik. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia menelan ludah dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi untuk waktu yang lama.Situasinya sudah sampai seperti ini sekarang. Dia hanya bisa bersikap tenang dan tidak panik. Bagaimanapun juga, kalau dia tidak tenang, situasinya akan menjadi semakin buruk.Toby berkata dengan datar, “Sudahlah, jangan ban
Butuh waktu yang lama bagi Vinson untuk mengerti apa maksud perkataan ayahnya. Dia segera melakukan apa yang ayahnya maksud. Sebenarnya, dia juga sangat panik. Dia tahu kalau dia tidak menyelesaikan masalah ini dengan baik, ayahnya pasti akan menamparnya.Dia tidak banyak berpikir lagi dan segera pergi.Melihat putranya menyetujui permintaan Toby, pria paruh baya itu memutar matanya dengan marah. Kalau dia tidak memberi pelajaran pada putranya itu, putranya itu mungkin tidak akan pergi.Vinson tidak punya pilihan lain. Dia sedang memikirkan bagaimana cara membawa putra sulung keluarga Kingdom untuk datang ke sini. Bagaimanapun juga, Darren sangat berpengaruh di Wieland. Dia tidak punya nyali untuk mencari masalah dengan pria itu.Dia tidak bisa ragu-ragu lagi sekarang. Situasinya sudah seperti ini, jadi dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan tidak terlalu memikirkannya. Dia tahu dia harus tenang dalam situasi seperti ini. Kalau tidak, masalahnya akan semakin besar.Bagi Vinson, h
Darren tercengang. Hal ini memang di luar dugaannya. Dia menatap Vinson dengan marah, seolah ingin memakan pria itu.Dia tidak habis pikir mengapa pria akan melakukan itu.Ekspresi wajah Vinson tetap datar ketika melihat tatapan di wajah Vinson. Dia malah merasa seperti sedang melihat seorang idiot.Darren awalnya tidak dapat memahaminya. Seharusnya, pria itu melepaskannya. Namun, pria itu ternyata berani bersikap tidak hormat padanya. Hal ini membuatnya sangat kesal. Dia ingin sekali memberi pelajaran pada Vinson.Vinson tidak peduli. Bagaimanapun juga, dia tidak takut bermasalah dengan keluarga Kingdom apabila ada dukungan ayahnya.Begitulah, Darren pun dibawa ke kantor kepolisian.Darren baru sadar bahwa Vinson sama sekali tidak sedang menakut-nakutinya. Dia menelan ludah, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada saat yang sama, Darren juga melihat Toby. Melihat Toby baik-baik saja, bahkan tidak dikurung, jadi dia tidak bisa tenang. Dia menarik napas dalam-dalam. Hal ini b