Saat sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, Venom King dihadang oleh sekelompok orang yang dikepalai oleh Blake. Venom King syok ketika bertemu dengannya, dia tidak habis pikir mengapa Blake bisa berada di tempat ini, dan hal ini juga memberikan firasat buruk padanya. Saat ini dia sudah kesakitan setengah mati dan ingin secepat mungkin mendapatkan perawatan, tapi kedatangan Blake di sini jelas bukanlah hal yang baik baginya.“Ngapain kamu di sini?” tanya Venom King.“Tugasmu masih belum selesai, tapi minta bayarannya begitu tinggi. Jangan harap kamu dibayar kalau begini saja belum selesai.”Venom King meminta cucunya untuk menghadapi Blake, tapi Blake juga memerintahkan semua anak buahnya untuk menyiapkan senjata api yang mereka bawa.“Zaman sudah berubah, siapa lagi yang masih pakai senjata kuno begitu,” tutur Blake.Lantas, Blake merampas kembali cek yang dia berikan kepada Venom King dan pergi bersama para anak buahnya. Venom King semula ingin menggunakan uang itu untuk mengobati k
Kepala keluarga Wardhana segera mengumpulkan semua anggota keluarganya untuk membicarakan rencana mereka hari ini. Kondisi keuangan mereka sedang dalam situasi yang agak sulit, dan siapa pun yang bisa melayani tamu penting tersebut dengan baik mungkin akan diperhatikan oleh sang kepala keluarga. Tidak menutup kemungkinan pula jika nantinya mereka yang akan menjadi penerus keluarga. Maka dari itulah mereka semua mulai menyiapkan rencana masing-masing agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik.“Ini jadi langkah pertama untuk kita bisa menjalin hubungan baik sama Pak Matthias. Aku harap kalian semua jangan sampai bikin kekacauan,” kata kepala keluarga Wardhana, Rudy, dengan nada yang sangat serius.Anggota keluarga lainnya jadi tegang ketika Rudy berkata demikian. Namun, apa yang Rudy katakan memang benar. Mereka harus melakukan persiapan yang matang jika tidak ingin melewatkan kesempatan ini.“Oke, itu saja yang mau aku sampaikan. Sisanya bergantung sama keberuntungan kita,” ujar Rudy.
“Masih berani ngelawan? Memangnya Kamu ini siapa? Ini rumahnya keluarga Wardhana, punya hak apa ketemu sama penghuni di sini?”Sebenarnya Toby ingin menyudahi keributan ini dengan damai, tapi ketika mendengar ucapan si satpam tadi, dia pun jadi sedikit kesal dan membalas satpam itu dengan pukulan. Satpam lainnya yang menyaksikan itu ikut tersinggung dan menghampiri Toby. Toby tahu kalau petugas keamanan di sini memang tidak bisa diajak bicara baik-baik, tapi ini sudah kelewatan.Setelah perkelahian singkat terjadi antara mereka, baton-baton yang dibawa oleh para satpam itu berhasil dipatahkan dan mereka pun tersungkur di lantai tak berdaya.“Kalian sendiri yang cari ribut. Semoga kalian semua sadar apa yang kalian perbuat, atau kalian sendiri yang akan menyesal nanti,” kata Toby.Salah satu dari petugas keamanan itu memberi tahu situasi yang mereka alami kepada petugas keamanan lain yang berada di dalam. Seketika itu pula seorang pemuda datang dengan langkahnya yang lebar sambil menyal
Clyde naik pitam melihat Toby malah menantang balik dirinya. Tanpa berlama-lama dia langsung menyerang Toby, dan setiap serangan yang dia lancarkan semakin ganas dibandingkan sebelumnya. Namun memang inilah yang diincar oleh Toby. Dia sengaja memancing emosi lawan agar lawan menyerang, dan dari situ dia berhasil menemukan titik lemahnya.Memang harus diakui bahwa taekwondo itu ilmu bela diri yang luar biasa, tapi aplikasinya dalam pertarungan nyata kurang praktis.Toby membalas semua serangan Clyde hanya dengan satu pukulan yang cukup untuk membuatnya terpukul mundur.“Beraninya kamu mukul aku!” seru Clyde mengamuk. Dia masih tidak bisa percaya serangannya yang begitu gesit dan mengeliar bisa dengan mudahnya dipatahkan oleh Toby.Orang lain yang melihat itu juga sama kagetnya seperti Clyde. Mereka saling menatap satu sama lain seolah tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Mereka yang awalnya cukup yakin dengan kemampuan bertarung Clyde kini tidak bisa berkata apa-apa lagi.Clyd
Barney hanya menggulirkan bola matanya ketika mendengar cerita sang adik. Hal ini sudah jelas salah Clyde, dan dia sebagai kakak tidak mendukung kelakuan adiknya itu. Lantas, dia pun menghampiri Toby dan berkata padanya dengan santun, “Tolong maafin adikku ini. Kami sekarang lagi menunggu seorang tamu penting, jadi tolong pulang dulu kalau nggak ada keperluan.”“Aku mau ketemu sama Pak Rudy, ada urusan yang mau aku omongin sama dia,” jawab Toby.Barney menatap Toby kebingungan disertai dengan pertanyaan besar di benaknya. Apakah mungkin orang ini adalah tamu penting yang dimaksud? Akan tetapi Barney segera menepis pikiran itu jauh-jauh. Rudy bilang kalau tamu yang sedang mereka nantikan itu adalah orang besar, jadi sudah pasti dia berpakaian yang sesuai, dan usianya juga pasti sudah cukup tua. Toby masih terlihat cukup muda, dan pakaiannya juga biasa saja. Barney benar-benar tidak menemukan kemungkinan kalau tamu penting yang mereka tunggu itu ada kaitannya dengan Toby.Namun terlepas
Begitu Toby bersiap memasuki rumah keluarga Wardhana, lagi-lagi langkahnya dicegat oleh orang lain, tapi yang mencegatnya kali ini adalah Dorian. Dari awal Dorian sudah tidak suka dengan Toby, dan ingin mencari-cari alasan untuk mengusirnya.“Bocah, tadi kamu bilang mau ketemu kakekku, ya? Coba aku lihat apa kamu layak atau nggak,” kata Dorian.Toby hanya mendongak sambil tersenyum tanpa mengatakan apa-apa. Akan tetapi respons itu dianggap sebagai tantangan oleh Dorian. Temperamennya yang panasan itu pun tak terbendung lagi. Barney yang melihat situasi semakin memanas pun segera menegur adiknya, “Kakek suruh kita bawa dia masuk.”“Kak, aku cuma mau main-main sebentar sama dia,” sahut Dorian seraya menatap Toby dan berkata kepadanya, “Tapi apa kamu berani?”Bertarung adalah keahlian Toby. Jika Dorian ingin bertarung, Toby tidak punya alasan untuk menolak tantangannya.Barney pun tidak bisa berbuat banyak menghadapi adiknya yang satu ini, makanya dia juga tidak mau ikut campur dan hanya
Di saat yang bersamaan, Barney tersenyum dan mempersilakan Toby untuk masuk. Toby pun mengangguk dan mengikut Barney masuk ke rumahnya, vila nomor 001. Saat itu Rudy sudah menunggu di depan pintu, dan dia tertegun ketika melihat Toby. Wajahnya yang semula tersenyum langsung kaku dalam sekejap. Dia mengira orang besar seperti apa yang datang, ternyata hanya anak kecil.“Kenapa cuma dua orang? Yang lain di mana?” tanya Rudy, yang mana pertanyaan ini juga menjadi tanda bahwa dia tidak suka dengan Toby dan menganggap dia sebagai tamu penting dikatakan oleh Matthias.“Kalian berdua punya hubungan apa sama Matthias?” tanya Rudy.“Aku temannya,” jawab Toby singkat.Rudy memperlihatkan senyum sinis ketika mendengar balasan Toby, dan dia pun kembali menyindirnya, “Haha, masih bocah sudah banyak gaya. Tadi kamu bilang kamu temannya Matthias? Ada buktinya? Kalau nggak punya bukti, nggak usah banyak omong.”“Terserah mau percaya atau nggak, yang jelas aku ke sini untuk nagih barang sama kamu,” uca
Rudy punya firasat buruk dalam hati. Jangan bilang tokoh besar yang disebut-sebut Weston itu ternyata adalah pemuda di depannya? Dia membeku sesaat, tidak tahu harus berbuat apa.Dia langsung tercengang mendengarnya. Dia merasa semua ini berbeda dengan yang dia bayangkan.Weston mencibir, “Dia adalah Pak Toby. Aku nggak perlu memberi tahu kamu tentang hal ini, ‘kan?”Rudy menyeka keringat dingin di dahinya. Dia merasa panik dalam hati, kemudian cepat-cepat berkata pada Toby, “Kak, aku salah. Aku nggak menyangka Kakak orangnya.”Toby tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Dia merasa seperti sedang melihat orang bodoh, sama sekali tidak mengambil hati.Toby tersenyum, “Di usiamu sekarang, seharusnya aku yang memanggilmu Kakak. Bukan kamu yang panggil aku Kakak.”Rudy jadi gelisah mendengarnya. Dia buru-buru melambaikan tangannya pada Toby dan berkata, “Pak Toby, jangan berkata seperti itu. Aku hanya bercanda tadi.”Semua orang tercengang melihat perubahan sikap Rudy. Kalau mereka tidak mel