“Kalau kalian nggak percaya, aku bisa telepon orang yang jual vila ini dan minta dia jelaskan pada kalian,” kata Toby tiba-tiba.Setelah mendengar ucapan Toby, Pendy dan yang lainnya seakan-akan baru saja mendengar lelucon paling konyol di dunia. Mereka sudah tahu hasilnya akan jadi seperti ini, karena itu mereka tidak terlalu terkejut.“Kamu yang buktikan?” tanya Pendy dengan nada aneh. Dia sangat memandang rendah Toby. Sudah di saat seperti ini, pria itu masih saja berani berbicara dengan lantang. Pendy sungguh tidak tahu dari mana Toby mendapat kepercayaan diri sebesar itu.Tentu saja Toby juga tahu pemikiran mereka ketika dia mendengar Pendy berkata seperti itu. Dia menguap malas, lalu tidak menanggapi mereka dengan serius.“Terserah kalian mau percaya atau nggak. Tapi semua yang aku katakan itu benar.” Usai berkata, Toby langsung menelepon William.Karena vila ini dimiliki oleh perusahaan William. Selain itu, kalau William yang bicara, orang-orang itu pasti tidak bisa berkata apa-
Keahlian mengemudi William telah mengejutkan lalu lintas di sepanjang jalan. Ellen spontan mengerutkan kening ketika melihat pemandangan itu.Perempuan itu mendapatkan sebuah informasi secara tidak sengaja. Dia menyadari kalau keahlian mengemudi orang itu ternyata dipelajari dari Toby. Dia pun merasa kalau William adalah murid Toby. Ellen menggosok pelipisnya, guru dan murid sama saja.Ellen sama sekali tidak memahami hal ini, karena itu dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasa hasil ini pasti berbeda dari apa yang dia bayangkan. Demi Toby, dia pun tidak menanggapi hal ini dengan serius. Dia hanya bisa berusaha untuk tenang dan membiarkannya begitu saja.Setelah melihat Toby menutup telepon, Pendy dan yang lainnya langsung tertawa. Mereka merasa benar-benar ada yang salah dengan otak Toby.“Kamu nggak membodohi kami dengan telepon palsu, kan? Aku akui, kemampuan aktingmu sangat bagus.” Orang-orang itu justru mengejek Toby habis-habisan dan mengungkapkan rasa jijik mereka pada Toby.
Bisa-bisanya Ricky mengenal begitu banyak orang besar yang luar biasa. Si pemuda bahkan merasa sulit untuk percaya. Di dalam persepsinya, Toby hanyalah seorang menantu yang tidak ada apa-apanya. Mengapa Toby bisa mengenal begitu banyak orang terpandang?Di saat semua orang masih tengah tercengang, William berkata dengan suara keras, “Maaf, aku terlambat. Nggak apa-apa, kan?”Yang paling penting bagi William adalah ekspresi Toby. Kalau Toby marah karena ini, maka itu akan jadi masalah yang merepotkan. Maka dari itu, dia sangat khawatir Toby akan marah.Toby mengibaskan tangannya dan berkata, “Nggak apa-apa. Pas sekali kamu datang, belum terlambat. Aku ada satu hal yang perlu kamu bantu urus sebentar.”Setelah William mendengar perkataan Toby, dia langsung mengerti.“Tadi siapa yang bilang kalau ada orang pernah meninggal di vila ini?” William menyapukan pandangannya ke semua orang, lalu berkata dengan dingin.Pada saat ini, Pendy berinisiatif maju ke depan dan berkata, “Aku yang bilang.
Awalnya, Pendy pikir dia masih bisa membantah. Namun, begitu William bantah, sekalipun dia membantah juga tidak ada gunanya.Karena Pendy baru saja mendengar anaknya bilang kalau William adalah putra sulung dari keluarga Keller yang membuka klub balap dan kantor penjualan. Sekarang, William sendiri yang datang untuk membuktikan, apa pun yang mereka katakan sudah tidak ada gunanya lagi.Sementara itu, si pemuda diam terpelongo. Kalau Toby menyuruh manajer penjualan datang, mungkin saja dia masih bisa terima. Namun, yang datang malah William sendiri.Selain it, hal yang membuatnya paling tidak bisa percaya yaitu Toby ternyata gurunya William. Kabar ini terlalu mengejutkan. Si pemuda tanpa sadar menelan ludahnya. Entah kenapa, dia mulai menyesali sikapnya tadi.Patricia juga tidak kalah kagetnya. Awalnya dia hanya tahu vila ini sangat murah. Mana mungkin dia tahu kalau vila ini dulunya sangat mahal. Bahkan fengsui vila itu nomor satu di Larnwick.“Pokoknya apa yang aku katakan adalah fakt
“Aku lihat ada pusat perbelanjaan di seberang. Kita ke sana saja, yuk,” kata Pendy dengan acuh tak acuh.Patricia tidak terlalu tertarik pergi ke pusat perbelanjaan. Namun, begitu mendengar Pendy bilang mau ke sana, dia pun mengangguk setuju sambil berkata, “Oke.”Patricia spontan menatap Helena dan Toby. Mereka berdua pun mengerti maksud sang ibu, karena itu mereka berkata, “Ayo kita pergi juga.”Semua orang pergi ke pusat perbelanjaan. Toby sangat bingung dengan sikap Pendy dan yang lainnya. Kalau didengar dari nada bicara Pendy, jangan-jangan dia sangat kaya di kampung halamannya. Oleh karena itu, Toby pergi bertanya pada Helena.Helena hanya berkata, “Keluarga mereka nggak kaya, hanya pura-pura saja. Sebenarnya mereka nggak punya sepeser pun.”Toby sangat terkejut saat mendengar jawaban tersebut. Kalau begitu, mengapa Pendy dan yang lainnya sok menjadi orang kaya baru? Bukankah itu terlalu memaksakan diri?Setelah itu, Helena baru menjelaskan, “Sifat mamaku nggak sama seperti dia.
Pendy langsung terkejut ketika mendengar ucapan Patricia. Demi menjaga harga dirinya, dia spontan setuju. Namun, begitu dia melihat harga pakaian yang diinginkan Patricia, dia langsung menarik napas dalam-dalam.Harga pakaian itu setidaknya memiliki delapan nol, yang berarti dimulai dari harga ratusan juta.Setelah Pendy melihat harga yang tertera, dia spontan diam tercengang. Bukankah harga setinggi itu terlalu berlebihan? Harga itu benar-benar di luar kemampuannya. Raut wajah Pendy langsung berubah. Jangankan ratusan juta. Sekalipun harganya satu atau dua juta, dia juga tidak rela membeli barang semahal itu. Biasanya dia hanya membeli pakaian seharga ratusan ribu.Patricia tahu kalau Pendy sudah kebingungan. Awalnya dia ingin mencari alasan untuk mengubah topik pembicaraan, demi memberi muka kepada Pendy.Siapa sangka, Pendy malah berubah sikap. Dia tiba-tiba berkata, “Kamu siapa? Kenapa juga aku harus beli barang-barang ini untuk kamu?”Setelah Patricia mendengar kata-kata itu, raut
Karyawan toko itu mulai terlihat tidak sabar. Dia pun merasa kalau Pendy pasti tidak punya uang. Karyawan toko itu tidak ingin buang-buang tenaga melayani orang seperti itu. Setelah Pendy dan yang lainnya pergi, para karyawan toko baru berkomentar, “Ikat pinggang sebagus ini, jelek apanya? Aku rasa dia pasti nggak mampu beli. Lihat saja baju yang dia pakai, semua barang palsu.Pendengaran Pendy masih sangat tajam. Tentu saja, dia mendengar komentar-komentar para karyawan itu. Raut wajah Pendy seketika berubah drastis, hampir saja terhuyung dan merosot ke lantai. Semua ini terlalu memalukan.Pada saat ini, Pendy pergi ke area jam tangan bermerek. Kemudian, dia tanpa sadar menatap putranya dan berkata, “Bukannya kamu bilang kamu butuh jam tangan bermerek? Ayo kita lihat-lihat. Kalau ada yang suka, katakan saja padaku.”Bibir si pemuda berkerut. Meski dia menyukai jam tangan, belum tentu ada yang mau membelikannya untuk mu. Namun, demi pura-pura hebat, Pendy pun mengangguk, lalu bertingk
Patricia mendepakkan lidahnya ketika Patricia mendengar hal itu. Uang sebesar 30 miliar itu tidak main-main jumlahnya. Patricia tampak sedikit panik karena bagaimanapun juga, Pendy tetaplah adik kandungnya sendiri.“Err … kayaknya nggak perlu sampai harus ganti baru, deh,” bujuk Patricia.“Maaf, masalah ini nggak bisa dinego lagi,” kata si pelayan toko.Akan tetapi, Pendy malah mengira kalau kakaknya hanya sok baik, dan dia pun berkata, “Kamu sengaja bikin aku jadi bahan tertawaan? Aku kasih tahu, ya, niat busuk kamu nggak bakal berhasil!”Kening Patricia mengerut ketika mendengar tuduhan adiknya. Dia langsung kecewa karena tidak menduga bahwa adiknya akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ma, nggak usah peduliin mereka. Biar mereka mampus saja,” kata Helena.“Ma, mending kita ngalah saja, deh. Biar mereka bantu kita kali ini. Kalau nggak, kita harus cari duitnya dari mana lagi,” ujar si pemuda seraya menarik lengan Pendy.Pendy pun jadi berpikir saat mendengar perkataan tersebut. Dia