Lily berjalan cepat ke arah Eril yang tengah makan di meja makan yang sudah usang di kontrakannya. Lily masih belum percaya ia bisa tinggal di tempat yang menurutnya mengerikan itu. Ia sudah datang ke kediaman kedua orang tuanya dan mengiba untuk tinggal di sana. Tapi Jamal masih sangat naik pitam dengan skandal sang putri yang membuat karier politiknya ikut hancur. Lily ditolak oleh sang ayah dengan keras. Sehingga Lily tak punya pilihan selain pulang ke kontrakan sepetak itu dan tinggal bersama suaminya. "Er, aku minta uang buat beli cream kulit aku," ucap Lily sembari duduk di hadapan suaminya yang tengah asyik makan sembari menatap layar gadgetnya. Eril memang memesan makanan dari G*food karena Lily tak kunjung bersedia memasak. Akan tetapi, pria itu hanya membeli satu porsi saja untuk dirinya."Er, cream kulit aku abis!" Ulang Lily. Lily memang teribasa membeli cream perawatan kulitnya dari dokter spesialis kulit. Ia sudah cocok dengan cream yang di resepkan oleh dokter langg
Seluruh butik gempar karena teriakan Charlotte. Mereka berlomba-lomba melihat gaun Sofia yang sudah banyak robekan itu. Para penjahit di sana pun menatap sedih gaun itu, karena mereka sering bekerja lembur untuk membereskan gaun pesanan cucu pengusaha terkenal itu."Siapa yang melakukan ini?" Mata Charlotte memerah. Ingin sekali tahu siapa orang yang kurang ajar merusak gaun hasil jerih payahnya. Ya, selama merancang gaun itu Charlotte sering menyendiri di ruangannya. Ia pun sampai lupa waktu makan dan berisitirahat hanya karena ingin customer merasa senang dan puas. Namun sekarang Charlotte harus menelan pil pahit ketika gaun rancangannya itu rusak dengan kerusakan yang cukup serius. "Saya juga tidak tahu, Nona. Sesudah menyimpannya di lemari, saya langsung turun ke bawah menyusul anda dan Nona Sofia," jelas Melly, sebagai asisten Charlotte. Wajahnya terlihat kebingungan karena setengah jam yang lalu gaun itu masih sangat bagus dan tak ada cacat sama sekali. "Ya ampun, kok bisa? S
Rizal dan Delia sudah dinyatakan resmi bercerai oleh hakim. Rizal mengucap syukur karena kini dirinya sudah benar-benar lepas dari wanita yang pernah mengisi hari-harinya itu. Dicky dan Intan pun menyambut Rizal dengan hangat. Mereka bahkan akan pergi makan-makan di resto sunda favorit Rizal sesudah dari pengadilan. Berbeda dari Rizal, Delia kini semakin terpuruk. Segala usaha ia lakukan untuk mendekati mantan suaminya itu hanya sia-sia. Pintu hati Rizal memang sudah tertutup dan ia tidak memberi kesempatan kedua lagi untuk Delia."Mas!!!" Delia berjalan cepat ke arah mobil Rizal saat mereka sudah ada di parkiran pengadilan agama."Ck, dia lagi," Intan memutar bola matanya dengan malas. Merasa tindakan Delia selalu saja mengganggu. Sedangkan Rizal, ia hanya menoleh sekilas dan membuka pintu mobilnya dengan cepat."Tunggu dulu!" Delia berlari dan menarik tangan Rizal. Membuat pria itu semakin tidak mengerti dengan sikap Delia. "Apa lagi?" Rizal menatap Delia dengan jengah."Aku engga
Setelah menerima uang hasil penjualan rumah dari Rizal, Delia memakai uang itu dan uang simpanannya untuk membeli apartemen. Di tempat itulah dia pun harus menikmati sepi dan penyesalan yang tak berkesudahan. Delia mendapatkan hukuman dengan di larang terbang selama tiga bulan. Waktu tiga bulan itu terasa sangat lama. Delia memakai waktu itu hanya untuk meratapi Rizal. Sering kali kamarnya berantakan karena ulah Delia yang memporak porandakan ruangan pribadinya itu. "Mas?" Delia menangis frustasi. Waktunya dihabiskan hanya untuk menatap foto pria yang sudah menjadi mantan suaminya itu. Setelah kehilangan Rizal, Delia benar-benar merasakan rindu yang tak usai. Ia terus dihantui oleh perasaan bersalah dan rindu yang menggebu. Belum lagi keluarganya kini sudah meninggalkannya. Belum lagi cemoohan dan makian dari netizen seluruh negeri kian membuat mentalnya terpuruk. Rasanya ia ingin mati saja. Terbesit di pikirannya untuk mengakhiri hidup, namun ia tak seberani itu. Jika ia mati, Riz
Kandungan Lily sudah semakin membesar. Uang tabungannya pun sudah habis untuk memenuhi segala keinginannya selama ini. Eril memang menafkahinya. Akan tetapi, pria itu hanya memberikan jatah seratus ribu untuk satu minggu bagi Lily. Gaji Eril memang masih terbilang cukup besar. Akan tetapi, pria itu merasa rugi jika memberikan uang yang bernilai besar untuk istri keduanya itu. Eril memang sudah tak memiliki perasaan apapun pada wanita yang tengah hamil besar itu. Ingin sekali Eril menalak, tapo ia tak bisa meninggalkan Lily karena masih sadar akan keberadaan anaknya di rahim wanita itu."Tahu lagi?" Eril berdecak kesal saat membuka tudung saji dan mendapati hanya ada tahu goreng di sana.Ya, Lily memang kini memasak. Itu pun terpaksa karena uangnya kini sudah habis. Tabungannya memang ia gunakan untuk memesan makanan enak setiap hari, untuk berbelanja, untuk pergi ke dokter spesialis kandungan ternama, untuk membeli vitamin yang biasa di minum para artis, dan juga untuk berjalan-jalan
Sofia tersenyum sendiri saat membaca pesan singkat yang masuk ke ponselnya. Hari ini Reynard mengabari bahwa ia menghadiri acara ulang tahun teman seprofesinya, Paula. Sofia sempat cemburu, Reynard yang peka pun menggodanya dan memberikan kata romantis yang membuat calon pengantin itu tersenyum geli. Sesekali Reynare mengirimkan fotonya yang sudah sampai Ballroom Hotel. Tempat diselenggarakannya acara ulang tahun Paula. Sebenarnya Sofia sudah cukup rindu karena beberapa hari ini ia tak bertemu dengan calon suaminya. Ingin Sofia utarakan, namun tentu saja ia merasa malu. Entahlah, hanya saja Sofia merasakan rasa cintanya semakin besar pada Reynard. Mungkin dari cara pria itu yang selalu mencintai Sofia, membuat hatinya tersentuh. Sofia pun melihat-lihat galeri di ponselnya. Di sana banyak sekali foto dirinya dan Reynard yang sedang berpose berdua di acara lamaran kemarin. Foto itu sangat manis, membuat Sofia mengusap layar ponsel itu dengan ibu jarinya. Ia pun masih menyimpan foto m
Hari ini adalah hari ulang tahun Paula.Wanita cantik itu merayakan ulang tahunnya dengan pesta yang diadakan di salah satu ballroom hotel ternama dengan sangat meriah. Paula mengundang semua tenaga medis dan staff Rumah sakit harapan ibu dan anak, tak terkecuali dengan Reynard dan keluarganya. Paula menatap dirinya di pantulan cermin. Hari ini ia begitu puas dengan penampilannya yang menurutnya sangat cantik. Paula mengenakan dress tanpa lengan berwarna hitam dengan panjang selutut. Rambutnya ia gerai begitu saja. Tak lupa polesan make-up flawles melengkapi kecantikannya yang sangat mempesona. "Anak papa cantik sekali!" Dokter Bagus tersenyum. Ia merasa bangga memiliki putri secantik Paula. "Mamamu pasti bangga mempunyai putri secantik kamu, Pau!" Kata Dokter Bagus lagi. Matanya berkaca-kaca, karena ia mengingat sang istri yang telah pergi lebih dulu meninggalkannya. "Makasih, Pa. Ya, mama pasti sedang berbahagia di sana," sahut Paula. "Ayo, Pa!" Lanjutnya lagi. Ia pun m
Rizal memarkirkan mobilnya di halaman rumah sang ibu. Ia yang sudah menerima NIP dari pemerintah memang akan segera berangkat ke Indonesia bagian Timur, tepatnya di Nusa Tenggara Barat Rizal akan mendedikasikan diri. Rizal bukan mencari materi saat ini, tapi dirinya hanya ingin ketenangan hidup yang belakangan ini sulit ia dapatkan.Rizal menatap rumah ibunya. Rumah yang sarat akan kesedihan di mana sang ibu dan sang adik lebih memilih orang lain dibandingkan dirinya. Hati Rizal masih terluka. Akan tetapi, ia mencoba menegarkan hati. Bagaimana pun dirinya harus memberikan kabar kepada sang ibu mengenai kepergiannya yang akan mengabdi di tempat yang jauh. Rizal turun dari mobil dengan hati yang masih amat terluka. Ingin berusaha melupakan kejadian yang telah lalu, tapi amat sulit baginya. Semuanya bak sudah terpatri dalam hati Rizal. Kepahitan, kesakitan itu masih sangat membekas di hatinya. Bukan pengkhianatan sang mantan istri yang kini mengganggu hatinya, tapi kejadian saat sang ib