Hari ini adalah hari ulang tahun Paula.Wanita cantik itu merayakan ulang tahunnya dengan pesta yang diadakan di salah satu ballroom hotel ternama dengan sangat meriah. Paula mengundang semua tenaga medis dan staff Rumah sakit harapan ibu dan anak, tak terkecuali dengan Reynard dan keluarganya. Paula menatap dirinya di pantulan cermin. Hari ini ia begitu puas dengan penampilannya yang menurutnya sangat cantik. Paula mengenakan dress tanpa lengan berwarna hitam dengan panjang selutut. Rambutnya ia gerai begitu saja. Tak lupa polesan make-up flawles melengkapi kecantikannya yang sangat mempesona. "Anak papa cantik sekali!" Dokter Bagus tersenyum. Ia merasa bangga memiliki putri secantik Paula. "Mamamu pasti bangga mempunyai putri secantik kamu, Pau!" Kata Dokter Bagus lagi. Matanya berkaca-kaca, karena ia mengingat sang istri yang telah pergi lebih dulu meninggalkannya. "Makasih, Pa. Ya, mama pasti sedang berbahagia di sana," sahut Paula. "Ayo, Pa!" Lanjutnya lagi. Ia pun m
Rizal memarkirkan mobilnya di halaman rumah sang ibu. Ia yang sudah menerima NIP dari pemerintah memang akan segera berangkat ke Indonesia bagian Timur, tepatnya di Nusa Tenggara Barat Rizal akan mendedikasikan diri. Rizal bukan mencari materi saat ini, tapi dirinya hanya ingin ketenangan hidup yang belakangan ini sulit ia dapatkan.Rizal menatap rumah ibunya. Rumah yang sarat akan kesedihan di mana sang ibu dan sang adik lebih memilih orang lain dibandingkan dirinya. Hati Rizal masih terluka. Akan tetapi, ia mencoba menegarkan hati. Bagaimana pun dirinya harus memberikan kabar kepada sang ibu mengenai kepergiannya yang akan mengabdi di tempat yang jauh. Rizal turun dari mobil dengan hati yang masih amat terluka. Ingin berusaha melupakan kejadian yang telah lalu, tapi amat sulit baginya. Semuanya bak sudah terpatri dalam hati Rizal. Kepahitan, kesakitan itu masih sangat membekas di hatinya. Bukan pengkhianatan sang mantan istri yang kini mengganggu hatinya, tapi kejadian saat sang ib
Pernikahan Reynard dan Sofia dilangsungkan secara mewah di sebuah hotel berbintang lima. Bahkan Hartanto menyewa seluruh hotel untuk tamu, kolega bisnis dan keluarga kedua untuk beristirahat. Acaranya pun dilangsungkan secara langsung oleh televisi swasta milik Hartanto.Binar bahagia menyelimuti kedua insan yang tengah di mabuk asmara itu. Bahkan dengan tegas dan lugas Reynard membaca ikrar akad dengan lantang hingga keduanya pun sudah sah menjadi suami istri di mata agama dan negara. Charlotte selaku desain yang merancang gaun resepsi Sofia tersenyum senang saat Sofia mengenakan gaun rancangannya. Bahkan Sofia beberapa kali berterima kasih karena gaunnya lebih bagus dan elegan. Charlotte bersyukur, bisa memperbaiki gaun itu tepat waktu dan menghadiri pesta pernikahan Sofia dengan perasaan lega. Bahkan setelah ini Charlotte akan memberikan bonus kepada karyawannya yang sudah bekerja dengan sangat baik dalam memperbaiki gaun Sofia yang rusak. Sementara Reynard, pria tampan itu sedet
Sudah beberapa minggu ini Mega dan Daffa pindah ke rumah mereka yang berada di samping rumah Rahman dan Sri. Selama itu pun rumah tangga mereka selalu cekcok. Mega merasa kesulitan seorang diri mengerjakan semua tugas pekerjaan rumah karena semua asisten rumah tangga yang ia pekerjakan selalu resign karena tak kuat dengan peringai bidan muda itu. Mega selalu saja bersikap kasar dan seenaknya pada semua asisten rumah tangganya. Akibatnya mereka tak tahan, hingga memutuskan berhenti bekerja. Belum lagi mual dan muntah di pagi hari semakin membuat Mega tersiksa. Tak lupa peringai Daffa yang berubah pun membuat Mega kepikiran. Pria itu kerap marah-marah tak jelas padanya. "Sayang, mana kopi dan sarapanku!" Teriak Daffa, ia baru saja selesai bermain game online. Ya, Daffa mendapatkan skorsing dari pihak maskapai selama beberapa bulan. Jadi waktu skorsing itu ia pakai untuk bermain game online dan berleha-leha di rumah mewahnya. Ia tak pernah sekali pun membantu istrinya yang kesulitan
Seorang wanita dengan cekatan menata masakan buatannya di meja makan. Wanita itu bernama Sofia. Sofia membuat nasi goreng dengan telur ceplok. Wanita berusia 26 tahun itu harus berhemat agar uang bulanan yang diberikan suaminya cukup sampai gajian nanti. Suaminya yang bernama Chaeril Prayoga atau yang kerap di sapa Eril keluar dengan setelan santai. Pria itu terlihat tampan. Ditambah postur tubuhnya yang tinggi membuat penampilannya kian mempesona. Sofia mengernyit heran menatap pakaian yang tak biasa dari suaminya. Biasanya sang suami akan mengenakan setelan formal karena ini masih hari kerja. Sofia menahan pertanyaannya saat Eril mendudukan dirinya di kursi makan yang ada di hadapannya. "Telur lagi?" Eril berdecak kesal saat membuka tudung saji. "Iya, Mas. Hanya nasi goreng dan telur saja. Uang belanjaku sisa seratus ribu lagi, Mas," jawab Sofia dengan jujur. "Uang segitu banyak kok. Uang bulanan engga besar, tapi di tangan istri yang tepat bisa jadi makanan enak. Bisa bisulan
Akad nikah sebentar lagi akan dilaksanakan. Semua keluarga berkumpul di halaman depan rumah Bu Laksmi yang telah di dekor dengan sangat mewah. Sebetulnya Mega ingin menikah di gedung besar, tapi karena alasan Bu Laksmi ingin semua tetangga menyaksikan pernikahan Mega, akhirnya Mega berbesar hati untuk mengadakan resepsi pernikahan di halaman rumah ibunya yang sangat luas. Calon suami Mega pun tidak mempermasalahkan karena nantinya mereka akan melaksanakan resepsi kedua di kediaman calon suami Mega di Yogyakarta. "Kamu kenapa engga pake seragam?" Tante dari Eril mendekat pada Sofia yang tampak berbeda dari outfit keluarga lainnya."Dia lagi hamil. Jadi, baju yang kita jaitin engga muat!" Jawab Bu Laksmi cepat yang mendengar pertanyaan dari adiknya."Oh," Tante dari Eril itu hanya membulatkan bibirnya, lalu bergegas pergi untuk mengambil kendi yang telah diisi uang untuk acara saweran nanti.Sofia menundukan wajahnya. Ia memilin jarinya sendiri. Berada di tengah keramaian, tapi dirinya
Sofia menghembuskan nafasnya gusar. Ia sudah tahu pasti Bu Laksmi akan menolak memberikan surat mas kawin itu padanya. Sofia berusaha menutup telinga ketika Bu Laksmi mengomelinya dengan hardikan dan sumpah serapah yang memekikan telinga. Sakit hati? Tentu saja. Namun Sofia sudah biasa dengan makian mertuanya itu. Hingga ia hanya bisa memendam amarah dan sakit hatinya di dalam hati saja."Dokter bilang janin Sofia kini posisinya sungsang dan plasentanya ada di bawah. Jadi, kata dokter Sofia harus rajin USG. Sekarang Sofia gak punya uang lagi buat USG. Tolong ibu kasih suratnya ya, Bu! Toh Sofia meminta hak Sofia kan, Bu?" Sofia menyahut, ia tak tahan lagi jika harus diam saja. "Gini nih kalau punya istri engga berpenghasilan. Apa-apa minta ke suami," Laksmi mencak-mencak, amarahnya berkobar karena Sofia berani menjawab omelannya. "Sudahlah, Bu. Berikan saja suratnya! Memang itu sudah hak Sofia kan, Bu?" Bela Eril terhadap istrinya, ia sangat pusing dengan ibu dan Istrinya yang tidak
Sofia menatap hamparan sawah yang menguning. Rasanya sangat damai setiap kali ia berkunjung ke desa orang tuanya. Sofia saat ini memilih untuk pergi ke rumah kedua orang tuanya untuk mencari penghiburan dari hatinya yang tengah gundah. Wanita itu berjalan menuju kumpulan para petani yang sedang sibuk di pagi hari ini. Matanya menyipit mencari keberadaan orang tuanya di antara para petani yang sedang membersihkan tanggul. Senyuman merekah dari bibir Sofia tatkala ia menemukan orang tuanya yang sedang bahu membahu membersihkan tanggul dan jerami yang terinfeksi oleh hama."Ibu, Bapak?" Seru Sofia sembari berjalan dengan langkah-langkah kecil."Sofia?" Seru kedua orang tuanya sembari membetulkan caping atau topi petani yang berbentuk kerucut di kepala mereka."Kamu datang sama siapa, Fia?" Tanya ayahnya yang bernama Rahman sembari naik ke atas pematang sawah dengan diikuti oleh istrinya."Fia sendirian, Pak," jawab Sofia masih dengan senyuman yang terulas di wajahnya. Kedua orang tuanya