Rizal kini tinggal menunggu sidang perceraiannya saja, karena ia tahu jika surat dari pengadilan agama sudah dikirimkan ke kediaman orang tua Delia. Rizal hari ini mengurus rumahnya yang disewakan kepada orang lain. Berhubung masa sewa akan berakhir akhir bulan nanti. Rizal berniat tak akan menyewakannya lagi. Ia menawarkan kepada orang yang menyewanya itu untuk membeli rumahnya. Beruntung penyewa rumahnya itu menyanggupi, meskipun akan meminjam uang ke bank untuk membeli rumah Rizal. Rencananya Rizal akan membagi dua hasil penjualan rumah itu dengan Delia. Walau Delia salah, Rizal tak mau zolim dengan mengambil hak wanita itu, karena selama ini Delia pun membantu perekonomian keluarga kecilnya dengan bekerja sebagai seorang pramugari senior di maskapai yang sangat terkenal di negara ini. Sehingga Delia selalu membeli kebutuhannya tanpa harus meminta pada Rizal. Rizal pun tak enak berlama-lama di rumah Dicky dan Intan. Ia sudah mendaftarkan dirinya mengikuti seleksi calon pegawa
Ami dan Setiawan mendatangi kediaman Bu Laksmi. Ibu dan Bapak mertua dari Mega itu ingin bertemu dengan sang putra yang sudah beberapa hari ini dihujat oleh seluruh negeri. Ami pun masuk ke dalam rumah Bu Laksmi dengan pongah. Ia mengipas-ngipas wajahnya dan duduk dengan angkuh di sofa yang ada di ruang tamu. "Monggo, Bu! Silahkan di minum tehnya!" Bu Laksmi membawa teh manis hangat dan beberapa cemilan ke hadapan besannya itu. Ibu empat orang anak itu menyimpan cemilan yang ia bawa dengan penuh santun. Raut wajahnya begitu ceria seolah tidak ada masalah di dalam keluarganya. "Teh aja, Bu? Aku pengen Vanila latte!" Ucap Ami dengan dagunya yang selalu ia angkat ke atas. "Saya juga maunya kopi Arabian saja!" Tambah Pak Setiawan dengan wajah yang tak ada ramah-ramahnya. "Baik, saya buatkan," Bu Laksmi yang sedikit dongkol pun kembali ke dapur. Untung saja semua tersedia di dapurnya karena minuman-minuman yang besannya sebutkan memang selalu tersedia di dapurnya. Stok belanjaan ya
Mega sendiri sudah dibuat dongkol setengah mati oleh kedua mertuanya. Ditambah Daffa yang hanya diam saja tanpa membela dirinya semakin membuat Mega murka. Mega sendiri tidak mengerti mengapa mertuanya itu sekarang tidak senang mendengar dirinya hamil. Bukankah waktu itu Ami menginginkan Mega agar segera hamil? "Mi, aku sendiri tidak ingin suamiku selingkuh, apalagi itu dengan istri kakakku sendiri. Lagi pula mengapa kalian jadi tidak senang aku hamil? Bukankah dulu kalian ingin aku segera hamil?" Mega menatap nanar kedua mertuanya. Tak menyangka jika keduanya membuat mental Mega breakdown. "Iya itukan dulu, Ga. Punya banyak cucu tuh pusing. Kalau salah satu engga diperhatiin nanti baper kedua orang tuanya. Buat saat ini cucu dari Resya aja cukup," jawab Ami dengan entengnya. Lagi-lagi Mega sakit hati saat Resya disebut. Resya adalah menantu dari Ami. Ia istri dari Rafa, kakaknya Daffa. Sepertinya Resya memang menantu kesayangan Ami. Entah menantu seperti apa Resya itu, Mega han
Hari ini Sofia mengajak Reynard berkunjung ke rumahnya. Ia sudah memberitahukan bahwa hari ini Sofia ingin berziarah ke makam anaknya yang di makamkan di pemakaman keluarga milik Bu Laksmi. Reynard sangat paham. Beberapa minggu lagi adalah pesta pernikahan mereka. Sofia pasti ingin bercerita dan memberitahukan pada buah hatinya yang telah berada di alam lain. Sofia tak hanya mengajak Reynard saja. Ada Rahman, Sri, dan Hartanto yang turut menemani Sofia. Mereka tak mau Sofia berlarut lagi dalam kesedihan ketika mengingat anaknya. Hartanto pun takut jika keluarga Bu Laksmi mengganggu atau menghalangi niat Sofia yang akan berziarah. Dengan mobil mewahnya, Reynard membukakan pintu untuk Sofia. Di belakang ada Sri, Hartanto, dan Rahman mengekori mobil dokter tampan itu dengan supir yang sudah Hartanto pekerjakan puluhan tahun. Satu mobil lagi berada di belakang mobil Rahman, mobil itu berisi ajudan yang siap untuk melindungi mereka. Hartanto memang terbiasa bepergian dengan pengawalan. H
Bu Laksmi berusaha berontak ketika para ajudan Hartanto memegangi tangannya. Di belakang Bu Laksmi pun ada Mega yang akan menarik ibunya untuk pergi dari area pemakaman. Namun Bu Laksmi tak bergerak dari tempat itu, tenaganya masih kuat walau ia tak lagi muda. "Lepasin saya, saya cuma mau ketemu Sofia!" Seru Bu Laksmi dengan tak tahu malu. Para ajudan saling melirik. Pak Ismail selaku ketua ajudan Hartanto bersiap akan menyeret Bu Laksmi. Mereka terpaksa melakukan itu, karena takut wanita paruh baya itu akan melakukan sesuatu yang membahayakan keluarga Hartanto. "Biarkan saja, Pak. Jangan diseret begitu!" Cegah Sofia saat melihat Pak Ismail yang akan menyeret tubuh mantan mertuanya. Pak Ismail pun segera melepaskan tangan ibu dari empat orang anak itu."Apa kabarnya kamu, Nak?" Bu Laksmi memeluk Sofia dengan erat, sedangkan Sofia membelalakkan matanya. Merasa terkejut dengan sikap Bu Laksmi yang berubah seratus delapan puluh derajat."Alhamdulillah baik, Bu," Sofia mengurai peluka
Lily telah dipecat dari tempatnya bekerja. Awalnya pihak perusahaan mempertahankan Lily sebagai karyawan mereka. Akan tetapi karena kasus ini yang semakin membesar, akhirnya pihak perusahaan melakukan pemutusan kerja pada Lily. Lily yang tahu dirinya dipecat pun terus memberontak hingga ia adu mulut dengan HRD. Akan tetapi, keputusan perusahaan sudah final. Lily tetap diberhentikan dari pekerjaannya karena ia membuat citra perusahaan buruk dan jatuh. Terlebih Lily menulis tempat dirinya bekerja di bio Inst*gram san juga di profil L*nkedinnya. Lily yang frustasi pun segera mengejar langkah Chaeril yang akan masuk ke dalam mobilnya. Pria itu memang masih saja mengacuhkan Lily karena skandal video yang Lily buat membuat Bu Laksmi dan Mega hancur. Kini ibu dan adik kandungnya itu dihujat oleh seluruh negeri. Eril sangat marah dengan tindakan Lily yang seolah tak memikirkan hidup mereka. Puncaknya kemarahan Eril adalah saat seseorang membuka juga tabir perselingkuhan dirinya dan Lily kal
Delia kemudian tak sadarkan diri karena rasa sakit yang begitu menyiksa di bagian perutnya. Delia yang terkapar di jalanan segera di tolong olh warga yang berada di sekitar cafe. Mereka segera menelfon ambulance. Tak lama suara ambulance terdengar memecah keramaian di sore itu. Delia segera di angkat dan direbahkan di atas strecher oleh tenaga medis yang datang. Wanita yang tengah hamil muda itu kemudian segera di bawa ke rumah sakit terdekat. Mata Delia terbuka dengan pelan kala ia sedang berada di ruang instalansi rawat darurat. Delia merasakan pusing yang luar biasa di kepalanya. Delia memindai ruangan yang tampak asing baginya, mencari tahu di mana dirinya kini berada. "Gimana Bu keadaannya? Perutnya masih sakit?" Tanya seorang dokter tampan yang tak lain adalah Reynard. Ya, Delia memang di bawa ke rumah sakit ibu dan anak milik keluarga Reynard. Reynard awalnya sangat terkejut melihat Delia yang tak sadarkan diri datang di ICU dengan diantar oleh ambulance. Pria itu tentu t
Sepulang dari rumah sakit, Reynard menjemput Sofia di rumahnya. Hari ini ia ingin mengajak Sofia bertemu dengan Ghina dan Dokter Ali di kediamannya. Meskipun sudah lamaran, namun Sofia jarang sekali bertandang ke kediaman Dokter Ali dan Ghina. Sofia hanya sekali mendatangi rumah mewah itu. Tepatnya saat Ghina mengajaknya untuk membeli hantaran untuk lamaran.Setelah meminta izin pada Sri dan Rahman, Reynatd membawa Sofia ke rumahnya. Mereka terlibat obrolan seru di dalam mobil. Namun Sofia merasakan ada yang berbeda dengan Reynard. Pria itu sedikit pendiam, tak seperti biasanya yang selalu membahas apa saja. Bahkan pembahasan yang tidak penting pun akan Reynard bicarakan. "Rey, kamu kenapa? Apa kamu kepikiran dengan ucapan Bu Laksmi kemarin?" Tebak Sofia menatap Reynard. Ia begitu mengenal Reynard dari SMA, hingga tahu penyebab Reynard menjadi sedikit pendiam. "Aku hanya takut kamu terpengaruh dengan ucapan mantan mertuamu, Sofia. Terus terang aku takut," Reynard tersenyum kecut. Se
Hubungan Nareswari dan Rizal semakin akrab. Mereka tak segan untuk saling menyapa jika berpapasan di area kos. Rizal juga sering sarapan bersama penghuni kost yang lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka kian erat. Ada kekaguman yang Nareswari simpan pada dokter gigi itu. Apalagi rupa Rizal yang menawan, membuat wanita yang melihat mudah untuk jatuh hati. Belum lagi sikap Rizal yang dingin dan sedikit misterius membuat Nareswari seolah penasaran dengan pria itu. Pasalnya Rizal tampak menjaga jarak dengan lawan jenis. Entah apa yang salah, tapi Nareswari melihat Rizal seolah menghindari berduaan dengan lawan jenis, kecuali dengan dirinya. Mungkin hanya Nareswari yang bisa berbicara dan mengobrol dengan pria itu. Mungkin Nareswari pernah menjadi pasien dokter gigi itu kala di pulau Jawa hingga membuat Rizal tak sungkan untuk mengobrol."Bentar lagi siap nih!" Ucap Rima yang sedang berjibaku dengan kompor mini yang ada di dalam kamar.Nareswari dan Rima sedang bersiap menikmati s
Empat hari Sofia dan Reynard menghabiskan waktunya di Negara Swiss. Kini mereka meneruskan honeymoon mereka ke negara Finlandia. Sofia ingin sekali melihat aurora, pun dengan Reynard yang belum pernah melihat aurora secara langsung. Udara di Levi, Finlandia minus tujuh belas derajat menyambut kedatangan mereka. Tubuh Sofia terasa sangat dingin, namun Sofia tetap senang karena impiannya melihat Aurora di Finlandia segera terwujud. Mereka sampai di lokasi jam delapan malam. Beruntung staff masih ready dan belum pulang, karena biasanya staff di sana akan berjaga sampai jam sembilan malam. Para staff hotel segera menyambut kedatangan Reynard dan Sofia dengan membawa koper-koper mereka dengan kereta salju. Begitu pun Reynard dan Sofia yang menaiki kereta itu karena jarak hotel lumayan jauh dari titik mereka berada. "Sayang, lihat! Bulu mataku membeku!" Seru Reynard, Sofia pun memperhatikan bulu mata suaminya itu. Benar saja, bulu mata Reynard membeku. "Iya, sayang! Lihat bulu mataku jug
Perjalanan bulan madu Sofia dan Reynard di mulai. Setelah hari pertama dan kedua Reynard mengunci Sofia di dalam kamar hotel saja. Pria itu selalu meminta haknya pada sang istri hingga mereka lupa untuk sekedar pergi berjalan-jalan. Mungkin udara yang sangat dingin, menjadi alasan Reynard menahan Sofia di dalam kamar yang bernuansa krem itu. "Sayang, hari ini kita harus jalan-jalan. Aku bosan di kamar terus!" Rengek Sofia bak anak kecil. "Iya, sayang. Ayo kita ke Blausee!" Reynard mengiyakan, spontan wajah Sofia yang ditekuk mendadak riang."Kenapa tidak dari kemarin sih?" Bibir wanita cantik itu mencucu. "Aku hanya sedang mengabulkan keinginan keluarga kita," seloroh Reynard blak-blakan. "Keinginan apa?" Sofia belum ngeuh dengan maksud sang suami. "Keinginan agar kita pulang membawa cucu," "Ish, alasan!" Sofia segera memakai mantel dan syalnya yang sangat hangat.Wanita itu kemudian menunggu sang suami di dekat pintu. Takut-takut jika Reynard akan kembali mengurungnya di kamar
Lily yang sudah pergi dari kontrakan Eril kini pulang ke rumah kediaman orang tuanya. Walau sempat menolak, tapi nyatanya Tika dan Jamal pun iba melihat kondisi Lily yang sudah tak terurus dan sebatang kara.Terlebih Lily bercerita jika dirinya diusir oleh Eril karena ia tak mau mengurus dan menyusui anak mereka."Lagian kenapa engga kamu bawa anakmu ke sini, Ly?" Tanya Tika, sang ibu."Bu, memangnya kalau si Lily bawa anaknya, ibu mau ngurus tuh bayi?" Tanya Jamal dengan wajah senewen."Ya enggalah, Pak. Ibu kan kerja di desa. Mana bisa ngurus bayi," Tika menjawab dengan gugup."Nah, kenapa ibu sok-sok an suruh si Lily bawa bayinya ke sini?" Tanya Jamal lagi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Tika."Ya, kan biar di urus sama ibunya. Lily ada kan di sini dan gak kerja," Tika menatap Lily yang tengah duduk bersandar di atas sofa."Bu, aku engga mau ngurus anak itu. Aku udah ngandung dia selama sembilan bulan. Sekarang giliran bapaknya yang ngurus itu bayi. Aku cape, Bu. Aku lelah. A
Sofia dan Reynard kini berada di bandara internasional. Mereka akan berangkat bulan madu ke beberapa negara Eropa. Tentu sofia sangat senang, karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Semua keluarga Reynard dan Sofia mengantarkan mereka ke bandara. "Pulangnya bawa bayi untuk kakek, Fia!" Goda Hartanto, membuat pipi Sofia bersemu merah. "Ya ampun, Kek! Kami hanya ingin jalan-jalan," Sofia mengerucutkan bibirnya, merajuk pada sang kakek. Sedangkan Reynard, ia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara kakek dan cucu itu."Hamil itu bonus, Fia! Ayah sama ibu pun ingin segera menimang cucu," Rahman terkekeh melihat ekspresi sang putri yang malu-malu. 'benar itu," Sri mengamini. "Sudah-sudah, jangan di godain terus! Kasihan pipi mereka. Sudah semerah tomat dari tadi," Dokter Ali menyahut yang diikuti gelak tawa oleh yang lainnya. Akhirnya keluarga Reynard dan Sofia melepas mereka untuk berbulan madu. Mereka berpamitan dan mendoakan pasangan pengantin itu segera
Paula pulang ke kediaman barunya yang kini ia huni bersama Rangga. Mereka memang langsung tinggal di rumah baru pasca menikah agar kedua keluarganya tak melihat kehidupan pernikahan mereka yang dingin dan tak akur. Wanita itu melepas jas putih yang masih menempel pada tubuhnya. Paula amat letih. Bagaimana tidak, hari ini pasien begitu membeludak karena Reynard sudah mengambil cuti. Otomatis pasien Reynard pun memilih untuk berkonsultasi dengannya. Paula memejamkan matanya. Tak menyangka bila kini ia sudah berumah tangga dengan pria yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Terlebih Paula amat tidak menyukai Rangga, pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mata Paula memicing saat mendengar suara pintu dibuka. Rupanya sang suami pun sudah pulang ke rumah. Rangga melewati dirinya begitu saja, seolah tak melihat keberadaan dokter cantik itu di sana. Paula juga terlihat tak peduli dengan sikap ketus suaminya. Ia memejamkan matanya lagi, untuk sejenak melepas lelah dan penat. Akan te
Rizal dan Nareswari berada dalam satu bangunan kost yang sama. Kebanyakan yang menghuni kost an itu adalah para perantau dari Jawa. Rizal sendiri belum akrab dengan penghuni kost lain. Akan tetapi berbeda dengan Rizal, Nareswari tampaknya sudah cukup berbaur dengan teman-teman penghuni kost yang lain. Rizal yang memang baru pindah ke kost an itu memang belum mempunyai waktu yang cukup untuk bersosialisasi. Hal itu karena waktunya lebih banyak habis di puskesmas akhir-akhir ini. Pagi ini Rizal keluar dari kamarnya. Ia melirik dapur umum yang digunakan untuk memasak. Memang jika mereka ingin memasak harus bergantian di dapur umum karena kost an per orangnya hanya menyediakan kamar dan kamar mandi saja. "Ramai sekali!" Gumam Rizal saat melihat dapur umum itu tampak penuh dengan orang. Rizal mencium aroma sambel terasi, ikan asin dan tumis kangkung yang mengingatkannya akan rumah. Perut pria itu berbunyi minta untuk di isi. Maklum Rizal memang belum sarapan. Rencananya ia akan membe
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan