Sofia melangsungkan acara siraman hari ini. Semua terlihat fokus dengan acara yang dilakukan secara mewah dan khidmat itu. Begitu pun dengan Hartanto yang menghadiri acara penting cucu satu-satunya itu. Hartanto dan Rahman sampai rela tak menghadiri beberapa acara penting di perusahaan. Semua demi Sofia. Seorang MC dari artis papan atas tanah air muncul mengawali acara. Dengan kostum adat sundanya itu, MC menyapa para tamu yang hadir dan mengawali acara dengan mengucapkan bismillah. Serangkaian upacara telah disiapkan. Acara ini pun dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga saja yang hadir. Acara pertama di awali dengan kedatangan Sofia yang digendong oleh Bu Sri dengan gendongan jarik. Walaupun Sofia tidak benar-benar digendong. Sofia hanya berjalan dan dililit pinggangnya oleh kain jarik. Begitu pun dengan Rahman yang menunggunya di depan dan melepaskan ikatan kain jarik itu antara Bu Sri dan Sofia. Ini berarti bahwa sang ayah telah melepaskan tanggung jawabnya dan digantikan
Lily berkacak pinggang di hadapan Eril. Suaminya itu kini menatap Lily dengan malas. Sudah tidak ada rasa cinta setitik pun di hati Eril pada Lily. Bukan cinta, mungkin hanya nafsu sesaat padanya dulu. Nafsu yang membutakan dirinya hingga ia harus menelantarkan Sofia dan calon buah hatinya. Kini pria itu pun menyadari jika kematian sang putra adalah kesalahannya yang lalai sampai bayi itu pun meregang nyawa. "Mau apa kamu kerumah ini lagi, Ly? Berhenti membuat kekacauan di keluargaku!" Bentak Eril. Kepalanya terasa berdenyut melihat kehadiran Lily. "Mau apa kamu bilang? Hei, aku ini istri kamu, Eril! Aku berhak ke sini kapan aja," Lily berteriak.Emosinya ketika ditampar Jamal belumlah reda. Sehingga ia datang ke rumah Bu Laksmi untuk melakukan serangan balasan pada Mega. "Eh, Eh! Ada apa ini ribut-ribut?" Bu Laksmi keluar dari dalam kamarnya disusul oleh Mega yang mendengar keributan itu terjadi. Mega memang tinggal di rumah Bu Laksmi karena kehamilannya memang lumayan merepotkan
"Bukan begitu, Ril!" Sela Bu Laksmi, ia pun ketar-ketir melihat Eril sudah terlihat muak padanya. Bu Laksmi memang sangat menyayangi Mega, salah satu alasannya dahulu suami Bu Laksmi menginginkan seorang anak perempuan. Ketika ia melahirkan Dicky, Bu Laksmi merasa kecewa karena anak yang dilahirkannya seorang anak lelaki. Begitu pun ketika melahirkan Rizal dan Eril. Hingga ia hamil kembali dan melahirkan Mega. Kebahagiaannya lengkap sudah karena mempunyai anak perempuan yang begitu mereka idamkan. Bu Laksmi pun sangat memanjakan Mega karena dia adalah anak bungsu. Maka dari itu tak heran, Bu Laksmi selalu membela Mega walau Mega adalah perempuan yang arogan dan menyebalkan."Ril, kamu ini sudah dipengaruhi Lily. Tidak ada yang ingin menjatuhkan kamu. Apalagi Mega!" Bela Bu Laksmi sekali lagi. "Sudahlah, Bu! Memang benar kok, aku ini kena karma gara-gara Kak Eril. Biarkan saja dia, Bu! Biar dia menikmati rasanya viral dan dicemooh oleh orang lain. Biar dia pun menikmati gimana punya
Bu Laksmi merasa heran karena ada petugas bank yang datang ke rumahnya. Wanita paruh baya itu mempersilahkan kedua pria yang ada di hadapannya untuk duduk. Tak lupa ia pun memberikan minuman teh dan cemilan sebagai jamuan kepada tamu. "Jadi, ada maksud apa Bapak-Bapak ini datang kemari?" Tanya Bu Laksmi penasaran. Ia duduk di seberang kursi yang diduduki oleh kedua pria itu. "Kami kesini ingin menagih angsuran kredit ibu yang sudah masuk jatuh tempo. Sudah dua minggu ini ibu tak membayar cicilan. Bahkan tak mengindahkan peringatan kami saat kami mengirim surat penagihan ke rumah ibu!" Jelas salah satu pria yang mempunyai brewok. Bu Laksmi menganga. Ia merasa terkejut karena ada orang bank yang menagih ke rumahnya. Bu Laksmi memang memiliki angsuran ke Bank karena menggadaikan sertifikat tanah dan rumah ke bank lalu meminjam kembali untuk melakukan renovasi besar-besaran rumahnya dulu. Angsuran itu setiap bulan rutin di cicil oleh Dicky, dan kini tersisa beberapa bulan lagi menuju
Rizal menyerahkan segala urusan perceraiannya kepada pengacara yang telah ia tunjuk. Pada tahap mediasi tempo hari pun terasa sangat alot, karena pihak dari Rizal keukeuh untuk bercerai dari istrinya, sedangkan pihak Delia berusaha mati-matian agar mempertahankan rumah tangga mereka. Hari demi hari Delia lalui untuk melunakan hati Rizal. Ia bagaikan pengemis yang mengiba akan cinta Rizal. Wanita itu melakukan berbagai cara agar pria yang ia cintai itu dapat kembali bertekuk lutut padanya sekali pun dirinya kehilangan marwah dan harga dirinya. Delia kesampingkan itu semua, yang penting Rizal kembali padanya, begitu pikirnya. Seperti hari ini, Delia terlihat cantik dengan tampilannya yang bak remaja. Pramugari itu memakai rok berwarna merah selutut yang dipadukan dengan sweater rajut berwarna senada. Wanita itu dengan pasti turun memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Intan dan Dicky. Ia memang tahu jika Rizal tinggal di rumah sang kakak. Delia dengan wajah berbinar keluar dari mobil
Sofia baru saja memeriksa gaun pernikahannya di butik Charlotte, butik yang terkenal di kotanya. Bahkan di tanah air butik itu selalu ramai oleh pesanan pengusaha atau artis papan atas. Seorang desainer bernama Charlotte yang berwajah blansteran itu mendesain gaun Sofia dengan sangat cantik dan detail. Model gaun untuk resepsi di rancang di bagian rok memanjang dan mengembang. Charlotte memberikan Lace yang dibeli dari luar untuk memadukan rok gaun Sofia itu. Untuk bagian atas, Charlotte memberikan sentuhan yang sangat apik dengan payet yang berharga puluhan juta rupiah permeternya dan dibentuk sesuai dengan lekukan tubuh Sofia, namun tak terlalu ketat. Sedangkan untuk akad, Charlotte mendesain kebaya tradisional, namun tampak sangat elegan dengan balutan adat Sunda. Wanita blansteran itu mengambil kebaya dan gaun yang berharga fantastis itu. Satu persatu ia berikan kepada Sofia untuk dicoba. Sofia menatap dirinya di cermin. Ia tersenyum dan merasa puas atas kinerja Charlotte dan t
Lily berjalan cepat ke arah Eril yang tengah makan di meja makan yang sudah usang di kontrakannya. Lily masih belum percaya ia bisa tinggal di tempat yang menurutnya mengerikan itu. Ia sudah datang ke kediaman kedua orang tuanya dan mengiba untuk tinggal di sana. Tapi Jamal masih sangat naik pitam dengan skandal sang putri yang membuat karier politiknya ikut hancur. Lily ditolak oleh sang ayah dengan keras. Sehingga Lily tak punya pilihan selain pulang ke kontrakan sepetak itu dan tinggal bersama suaminya. "Er, aku minta uang buat beli cream kulit aku," ucap Lily sembari duduk di hadapan suaminya yang tengah asyik makan sembari menatap layar gadgetnya. Eril memang memesan makanan dari G*food karena Lily tak kunjung bersedia memasak. Akan tetapi, pria itu hanya membeli satu porsi saja untuk dirinya."Er, cream kulit aku abis!" Ulang Lily. Lily memang teribasa membeli cream perawatan kulitnya dari dokter spesialis kulit. Ia sudah cocok dengan cream yang di resepkan oleh dokter langg
Seluruh butik gempar karena teriakan Charlotte. Mereka berlomba-lomba melihat gaun Sofia yang sudah banyak robekan itu. Para penjahit di sana pun menatap sedih gaun itu, karena mereka sering bekerja lembur untuk membereskan gaun pesanan cucu pengusaha terkenal itu."Siapa yang melakukan ini?" Mata Charlotte memerah. Ingin sekali tahu siapa orang yang kurang ajar merusak gaun hasil jerih payahnya. Ya, selama merancang gaun itu Charlotte sering menyendiri di ruangannya. Ia pun sampai lupa waktu makan dan berisitirahat hanya karena ingin customer merasa senang dan puas. Namun sekarang Charlotte harus menelan pil pahit ketika gaun rancangannya itu rusak dengan kerusakan yang cukup serius. "Saya juga tidak tahu, Nona. Sesudah menyimpannya di lemari, saya langsung turun ke bawah menyusul anda dan Nona Sofia," jelas Melly, sebagai asisten Charlotte. Wajahnya terlihat kebingungan karena setengah jam yang lalu gaun itu masih sangat bagus dan tak ada cacat sama sekali. "Ya ampun, kok bisa? S