Setelah acara selesai, Semua keluarga Bu Laksmi berkumpul di ruang keluarga. Mereka masih tak menyangka dengan kejadian tadi sore. Mereka yakin setelah ini, keluarga mereka akan di gosipkan oleh semua tetangga dilingkungan rumah Bu Laksmi. Mereka menyalahkan kehadiran Sofia, wanita itu selalu saja mendatangkan sial untuk keluarga Bu Laksmi. Mereka semakin membenci Sofia. Caci maki semakin getol mereka ucapkan tanpa mereka berkaca kesalahan mereka. Semua anak dan menantu Bu Laksmi duduk di sofa, Bahkan Lily pun berada di sana. Eril membujuk Lily untuk ikut ke rumah ibunya. Walaupun awalnya enggan, Lily akhirnya luluh juga. Ia bersedia datang kerumah Bu Laksmi. "Eril, apa benar apa yang Sofia bilang? Apa kamu check in di hotel dengan Lily?" Tanya Bu Laksmi, ia menatap putra ketiganya itu dengan seksama. Mencoba menelisik kejujuran di mata Eril. "Ya," Eril menunduk pelan, semua anggota keluarga Eril terperangah tak percaya. Mereka tak mengira Eril yang kalem bisa check in ke h
Mega dan Daffa sudah pindah rumah ke perumahan elite yang tak jauh dari rumah Bu Laksmi. Bu Laksmi pun merasa kesepian karena sang putri bungsu sudah tak serumah dengannya."Sudahlah, Bu. Mega kan sudah dewasa. Lagi pula ada Arsha dan Arshi di sini," ucap Rizal sembari melirik kedua keponakannya yang tengah bermain bola. 'Arsha dan Arshi tidak bisa ibu ajak ngobrol. Adikmu pun Eril sudah jarang sekali ada di rumah. Ibu khawatir dia menghamili Lily sebelum menikah," Bu Laksmi berujar dengan lesu."Bagaimana lagi, Bu? Eril sedang di mabuk cinta," jawab Rizal sembari melihat kembali kedua keponakannya."Kamu engga praktek?" Tanya Bu Laksmi pada putra keduanya itu."Aku ambil cuti. Bu, mengapa laporan kita di kantor polisi belum naik ke tingkat penyelidikan ya? Padahal pengaara Dafa sudah memberikan bukti-bukti terkait penganiayaan yang dilakukan pria miskin itu! Aku engga terima Eril dipukuli hingga babak belur oleh orang yang kastanya rendah seperti mereka! Geram Rizal ketika mengingat
Pagi harinya Daffa dan Delia terbangun, mereka mengucek matanya. Tubuh mereka polos, hanya diselimuti oleh selimut hotel saja. Delia menatap Daffa. Ia takut Daffa hanya mabuk saja saat menidurinya, karena entah kenapa bersama Daffa, Delia mampu melupakan Rizal. Pria yang berprofesi sebagai dokter gigi dan bergelar sebagai suaminya itu. "Daf?!" Lirih Delia tercekat, matanya berkaca-kaca. Satu sisi ia begitu takut Daffa akan membocorkan rahasia mereka pada Bu Laksmi dan suaminy. Satu sisi yang lain ia merasa bersalah pada Rizal, karena malam tadi untuk pertama kalinya ia melanggar janji suci pernikahannya. Daffa menyimpan jari telunjuknya di bibir ranum Delia. seakan enggan mendengar penjelasan wanita cantik yang berhasil ia tiduri. Daffa dibuat tergila-gila dengan Delia. Bagaimana tidak, Delia sangat pandai memuaskannya di atas ranjang. Melebihi permainan Mega, bahkan ia dibuat mencapai puncak berkali-kali oleh wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu. "Jangan jelaskan, Dell! Ak
Jamal tak bisa menunggu waktu lagi. Desas desus mengenai kabar putrinya yang sering check in dengan Eril ke hotel kini sudah tersebar ke seluruh penjuru desa. Para pegawai desa pun ikut berbincang jika mereka sering melihat Lily keluar masuk hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah Eril. Jamal yang mendengar semakin resah. Pria paruh baya itu langsung pulang saat kantor desa sudah tutup. Biasanya kepala desa itu akan minum kopi dan merokok bersama terlebih dahulu bersama para pegawai kantor desa sebelum dirinya pulang. Namun saat ini suasana hatinya sangat buruk. Ia harus segera memastikan kapan pria yang bernama lengkap Chaeril Prayoga itu akan menikahi anaknya. "Tumben jam segini udah pulang, Pak?" Tanya Tika yang melihat suaminya turun dari mobil dengan wajah yang kusut. "Bapak pengen cepet ketemu Lily. Ke mana anak itu, Bu?" Tanya Jamal pada istrinya. Kepalanya celingukan mencari keberadaan putri bungsunya di dalam rumah. "Lily ada di kamarnya, Pak. Hari ini kan dia t
Eril dan keluarga tiba di kediaman Jamal untuk mempersunting Lily. Pernikahan keduanya yang mendadak itu hanya dihadiri oleh keluarga inti saja dan tertutup untuk tetangga. Mereka hanya akan mengundang para tetangga jika sudah dekat dengan hari resepsi. Tentunya resepsi akan dilangsungkan jika Eril sudah selesai menjalani persidangan cerai dengan Sofia. Sedangkan para tetangga sudah mendengar desas desus jika Eril akan menikahi putri kepala desa mereka malam ini. Mayoritas mencibir keduanya karena dianggap sebagai pasangan selingkuh. Tak sedikit yang merutuki kelakuan keduanya dan mengasihi Sofia. Semua anak Bu Laksmi hadir di acara akad nikah yang diadakan di kediaman Jamal. Termasuk Dicky, mau tak mau, suka maupun tidak suka, ia harus hadir karena dirinya diibaratkan sebagai pengganti ayahandanya yang sudah tiada. Walaupun hal ini berbenturan dengan hati nuraninya sendiri, tapi Dicky tidak bisa menghindar. Dicky pun tak ingin hubungan dirinya dengan sang ibu semakin renggang. Seme
Beberapa hari berlalu, Sofia ditemani oleh Sri mendatangi rumah sakit tempat persalinannya kemarin. Ia akan kontrol menemui Dokter Reynard untuk mengecek jahitan di perutnya. Sofia dan Sri duduk di kursi khusus pasien begitu mereka mendapatkan nomor antrian. Sedangkan Rahman sudah berangkat ke ibu kota untuk memulai mengurus bisnis ayahnya. Hartanto pun sudah memberikan rumah, kendaraan, dan tempat usaha untuk Sofia dan Sri kelola selama Rahman pergi ke ibu kota. Akan tetapi, Sri belum memberi tahukan semuanya pada sang putri. Ia berencana akan mengabarkannya malam ini sembari membereskan barang mereka untuk pindah ke sebuah rumah mewah yang ada di perumahan elite. Sesekali Sofia mengotak ngatik ponselnya yang sudah ia diisikan kuota oleh Rahman. Sofia asyik sekali berselancar di dunia maya. Ia membuka Instagram nya yang sudah sangat lama tak ia buka. Disitu ada notifikasi jika Lily Maharani Putri mengikutinya. Sofia cukup kepo dan membuka profil Lily yang tak dikunci itu. Mata Sofi
Sofia merasa heran ketika melihat Sri mengemasi pakaiannya ke dalam dus bekas mie instan. Ada apa dengan ibunya? Mengapa semua pakaiannya di masukan ke dalam dus-dus yang dibeli Sri tadi siang ke warung. Tak hanya pakaiannya, tapi pakaian Rahman pun dimasukan Sri ke dalam dus-dus itu. "Ayo, Nak! Jangan bengong! Kamu bereskan juga pakaianmu! Masukan semua ke dalam dus!" Titah Sri tanpa menatap putrinya. Ia masih sibuk memasukan semua pakaiannya. "Bu, sebenarnya ada apa? Apa kita akan pergi ke ibu kota dan menjenguk kakek? Tapi mengapa pakaiannya harus dibawa semua? Bukankah kita akan pulang kembali?" Sofia berjongkok dan membantu Sri memasukan pakaian yang berserakan ke dalam dus. Rahman memang melarang Sri untuk membawa barang karena di rumah baru nanti mereka sudah disediakan semuanya. "Kita akan pindah rumah malam ini, Nak," timpal Sri sambil menyelotip dus yang sudah penuh. "Hah? Pindah? Pindah ke mana?" Sofia terlihat kebingungan karena dirinya belum tahu apapun. "Ibu? Ibu ti
Dari Chicago, Amerika Serikat. Pesawat yang dikendarai Daffa mendarat di tanah air. Berhubung pesawat lepas landas di kota tempat tinggalnya. Daffa memilih untuk pulang ke rumah Mega. Ia belum memberitahukan Mega mengenai kabar kepulangannya. Entah kenapa ia merasa bosan berkomunikasi dengan istrinya. Baru saja dua bulan pernikahan, namun rasanya perasaannya terasa hambar pada istrinya itu. Daffa memang cepat bosan dengan satu wanita. "Del, ayo kita pulang bersama!" Ajak Daffa pada Delia yang masih mengenakan seragam khas pramugari miliknya. "Hm, apa mereka tidak akan curiga pada hubungan kita?" Delia terlihat ragu, ia pun belum memberitahukan kepulangannya hari ini pada Rizal. Ia ingin memberi kejutan untuk suaminya. "Tidak akan, mereka tidak akan mencurigai kita," sahut Daffa dengan yakin. Delia nampak berpikir, ia tak ingin terlalu gegabah. Ia tak bisa menganggap enteng Bu Laksmi. Mertuanya itu tipe wanita sangat peka, maka Delia harus berhati-hati padanya. Delia melirik arlo