Eril mengeluarkan semua dress Lily dari dalam lemari. Lily yang sedang marah pun bertambah emosi melihat kelakuan suaminya. Eril terus mengeluarkan dress milik istrinya dengan harapan Lily segera mengganti dress yang tengah ia pakai. "Kamu ini kenapa sih, Er?" Lily berteriak. "Ganti bajunya dan balikin ke Mega!" Eril berucap sembari terus mengeluarkan dres-dress Lily. "Cukup, Er!" Lily kemudian menghentikan suaminya yang sedang diliputi amarah yang berkobar. "Kami ini kenapa malah berantakin baju-baju aku?" Lily berjongkok dan memunguti satu persatu baju-bajunya yang tercecer di lantai. "Ya, kamu ganti dress milik Mega dengan milik kamu!" Teriak Eril yang sudah sangat emosi. Perutnya yang lapar membuat kemarahan nya naik berkali-kali lipat. "Aku engga mau ya ganti baju ini, Er! Aku udah oke gini masa disuruh ganti baju!" Lily memasukan baju-bajunya ke dalam lemari. "Kalau gitu engga usah berangkat ke kondangan!" Eril hendak membuka kemeja batiknya, tapi Lily segera mena
Hartanto, Sri, dan Rahman berangkat menaiki mobil mewah yang telah terparkir. Hari ini mereka akan menghadiri peresmian pembukaan gedung baru milik Hartanto yang telah resmi Rahman pimpin. Hari ini pun Hartanto akan melakukan konferensi pers mengumumkan Rahman sebagai penerus dan direktur utama yang baru. Rahman terlihat sangat grogi. Dengan sigap Sri memegang tangannya untuk menguatkan sang suami. Rahman hari ini memakai setelan jas yang sangat rapi, pun dengan Sri memakai kebaya yang anggun dan terlihat memukau. Wanita itu terlihat berasa dari keluarga terpandang. "Bapak degdegan, Bu," lirih Rahman, tangan Rahman pun berkeringat karena rasa gugup yang melanda. "Nanti juga akan terbiasa kok, Pa. Ini cuma awal saja," dukung Sri tersenyum. Hartanto yang melihat kemesraan anak dan menantunya itu hanya tersenyum. Ia sudah salah mengira tentang Sri. Dulu Hartanto berpikir jika Sri adalah wanita yang materialistis, yang mengincar harta Rahman saja. Namun Hartanto salah, Sri pun te
Sofia dan Reynard kini tengah menikmati sebuah menu dessert dan cokelat panas di sebuah restoran berbintang lima. Mereka begitu puas dengan rasa dessert yang begitu memanjakan lidah mereka. Reynard memang suka dessert, namun hanya sesekali ia bisa menikmatinya, Reynard begitu menjaga tubuhnya dari asupan gula. Namun malam ini, ia mengajak Sofia menikmati dessert bersama. Sudah lama Reynars tak mencicipi dessert dan cokelat panas kesukaannya. Getaran ponsel Sofia membuat Sofia dan Reynard menatap benda pipih itu. Kebetulan ponsel milik janda cantik itu di simpan di atas meja. Sofia mengambil ponselnya, ia langsung mengernyitkan dahi saat melihat siapa yang melakukan panggilan padanya. Sofia mereject panggilan itu. Terlihat sekali wanita cantik itu begitu tak nyaman saat melihat layar ponselnya. Namun lagi-lagi ponselnya bergetar membuat Sofia mendecakan lidahnya karena merasa jengkel. "Siapa, Sofia?" Reynard tak bisa membendung rasa penasarannya saat ponsel Sofia bergetar berulan
Jam menunjukan pukul sembilan pagi, tapi Mega masih tertidur di kasur empuknya. Bu Laksmi yang menyadari Mega tidak bersiap berangkat kerja pun merasa heran. Biasanya Mega tidak akan membolos. Ia adalah pekerja puskesmas yang tergolong rajin walau sikapnya sangat tidak bersahabat di sana."Ga, kamu engga kerja?" Bu Laksmi masuk ke dalam kamar Mega dan mengguncang tubuh sang putri dengan pelan."Engga, Bu. Aku engga enak badan," Mega menjawab dengan lemah."Kamu kenapa, Ga?" Bu Laksmi menyentuh kening Mega. Akan tetapi, suhu tubuhnya normal."Engga tau, Bu. Perasan badan aku cape dan lemas banget," Mega berucap dengan lemah.Kemudian wanita itu segera bangun saat merasakan perutnya seakan diaduk-aduk dari dalam. Mega berlari ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Bu Laksmi mengekori dengan cemas. Mega memuntahkan semua makanan yang tadi malam ia makan ke dalam wastafel. "Kamu berobat ke dokter ya? Ibu khawatir," Bu Laksmi mengusap-usap punggung putrinya dengan perasaan cemas.
Mega mengabari seluruh keluarga mengenai kehamilannya. Rizal tertegun mendengar pengumuman kehamilan dari sang adik. Hatinya kemudian bersedih. Jujur saja Rizal sudah ingin memiliki anak dan menjadi orang tua. Akan tetapi, Bu Laksmi selalu mengatur agar Delia fokus pada pekerjaannya. Walaupun maskapai tempat Delia bekerja memperbolehkan pramugari yang bekerja sekian tahun untuk hamil, akan tetapi Bu Laksmi takut jika setelah melahirkan Delia akan resign. Tentu saja itu tidak bagus karena Bu Laksmi ingin Delia terus menghasilkan pundi-pundi rupiah dan membantu Rizal mencari nafkah."Doain ya Bu semoga Rizal juga segera punya anak," ucap Rizal walau hatinya kini merasa tercubit ketika mengatakan hal demikian. Pasalnya sudah dua bulan sang istri tidak ingin disentuh oleh dirinya. Jika Rizal ingin menuntut haknya, Delia selalu saja beralasan. Entah mengapa, Rizal pun tak tahu alasannya. Rizal mengingat perkataan sahabatnya yang juga berprofesi sebagai dokter gigi. Sahabatnya mengatakan j
Hartanto sedang makan malam bersama anak, menantu, dan cucunya. Masa tuanya lengkaplah sudah karena ia telah berkumpul dengan putra semata wayangnya. Walau tanpa sang istri, Hartanto bersyukur ia tak kesepian lagi karena ada Rahman dan keluarganya yang menemaninya. "Gimana makan malam kemarin, Sofia? Apa menyenangkan?" Hartanto mengawali pembicaraan. "Keluarga Rey mau bersilaturahmi katanya, Kek," Sofia berkata dengan malu-malu. "Alhamdulillah. Akhirnya, Bu!" Rahman tersenyum senang, akhirnya keinginannya mempunyai menantu seperti Reynard akan segera terlaksana. "Iya, Pak, Alhamdulillah Rey serius dengan niatnya," Sri tersenyum senang, ia ingin segera melihat Sofia ada yang menjaga dan membahagiakannya. Tentunya sebagai seorang ibu, ia menginginkan yang terbaik untuk anaknya. "Terus kamu udah siap, Sofia?" Lagi-lagi Hartanto bertanya. Memang Hartanto adalah seseorang yang mempertimbangkan segala sesuatu dari hal terkecil. Ia tak mau cucunya merasa terpaksa . "Hm, Sofia sih
Sore harinya Reynard mendatangi toko makeup milik Sofia. ia tersenyum saat wanita yang dicintainya sedang berdiri melayani beberapa pembeli. Sofia selalu tersenyum menyapa ramah para customer. Hati Reynard menghangat melihat senyuman itu. Semakin hari ia semakin tergila-gila saja pada janda muda itu. Hari ini Sofia memakai rok Plisket dengan blazer yang senada dengan rok. Penampilan yang sangat sederhana namun memberikan kesan yang anggun padanya. "Sofia?" Panggil Reynard kalem. Setelah memparkirkan mobilnya, dokter tampan itu segera menghampiri sang kekasih. "Rey?" Sofia tersenyum senang saat melihat Reynard. Sofia menyambut Reynard. Sofia menyuruh pria yang ia cintai untuk duduk dan menyajikan air mineral dingin. Reynard pun langsung membuka air kemasan itu dan meneguknya. "Gimana grand opening hari ini? Maaf aku terlambat. Tadi banyak sekali jadwal operasi," Reynard mengawali obrolan, terlihat sekali wajah Rey sangat lelah. "Alhamdulillah grand openingnya lancar, terima
Siang ini Reynard akan membuka polikliniknya, sejak pagi ia sudah disibukan dengan jadwal operasi Caesar. Belum lagi visit ke ruangan pasien pasca operasi. Reynard adalah dokter yang mempunyai jam terbang sangat tinggi, ia sangat sibuk. Hari-harinya selalu ia habiskan di rumah sakit, walau lelah namun Rey selalu bersyukur dengan profesi yang dilakoninya. Pria tampan itu sangat senang bisa membantu para ibu hamil. Ia ikut bahagia melihat senyuman semua ibu hamil saat mendengar tangisan bayi di ruang operasi. Reynard berjalan melewati halaman rumah sakit. Ruang poliklinik obygin beberapa meter dari pintu masuk. Dari jauh ia melihat seorang pria dan wanita paruh baya yang menggandeng lengan ibu hamil dengan tergopoh-gopoh. Reynard yang melihat kondisi gawat darurat pun segera ambil langkah seribu menghampiri bapak dan ibu hamil itu yang akan memasuki ruang IGD. "Istrinya kenapa, Pak?" Tanya Reynard dengan khawatir, ia bisa menerka apa yang diderita oleh sang ibu hamil. Sementara w
Hubungan Nareswari dan Rizal semakin akrab. Mereka tak segan untuk saling menyapa jika berpapasan di area kos. Rizal juga sering sarapan bersama penghuni kost yang lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka kian erat. Ada kekaguman yang Nareswari simpan pada dokter gigi itu. Apalagi rupa Rizal yang menawan, membuat wanita yang melihat mudah untuk jatuh hati. Belum lagi sikap Rizal yang dingin dan sedikit misterius membuat Nareswari seolah penasaran dengan pria itu. Pasalnya Rizal tampak menjaga jarak dengan lawan jenis. Entah apa yang salah, tapi Nareswari melihat Rizal seolah menghindari berduaan dengan lawan jenis, kecuali dengan dirinya. Mungkin hanya Nareswari yang bisa berbicara dan mengobrol dengan pria itu. Mungkin Nareswari pernah menjadi pasien dokter gigi itu kala di pulau Jawa hingga membuat Rizal tak sungkan untuk mengobrol."Bentar lagi siap nih!" Ucap Rima yang sedang berjibaku dengan kompor mini yang ada di dalam kamar.Nareswari dan Rima sedang bersiap menikmati s
Empat hari Sofia dan Reynard menghabiskan waktunya di Negara Swiss. Kini mereka meneruskan honeymoon mereka ke negara Finlandia. Sofia ingin sekali melihat aurora, pun dengan Reynard yang belum pernah melihat aurora secara langsung. Udara di Levi, Finlandia minus tujuh belas derajat menyambut kedatangan mereka. Tubuh Sofia terasa sangat dingin, namun Sofia tetap senang karena impiannya melihat Aurora di Finlandia segera terwujud. Mereka sampai di lokasi jam delapan malam. Beruntung staff masih ready dan belum pulang, karena biasanya staff di sana akan berjaga sampai jam sembilan malam. Para staff hotel segera menyambut kedatangan Reynard dan Sofia dengan membawa koper-koper mereka dengan kereta salju. Begitu pun Reynard dan Sofia yang menaiki kereta itu karena jarak hotel lumayan jauh dari titik mereka berada. "Sayang, lihat! Bulu mataku membeku!" Seru Reynard, Sofia pun memperhatikan bulu mata suaminya itu. Benar saja, bulu mata Reynard membeku. "Iya, sayang! Lihat bulu mataku jug
Perjalanan bulan madu Sofia dan Reynard di mulai. Setelah hari pertama dan kedua Reynard mengunci Sofia di dalam kamar hotel saja. Pria itu selalu meminta haknya pada sang istri hingga mereka lupa untuk sekedar pergi berjalan-jalan. Mungkin udara yang sangat dingin, menjadi alasan Reynard menahan Sofia di dalam kamar yang bernuansa krem itu. "Sayang, hari ini kita harus jalan-jalan. Aku bosan di kamar terus!" Rengek Sofia bak anak kecil. "Iya, sayang. Ayo kita ke Blausee!" Reynard mengiyakan, spontan wajah Sofia yang ditekuk mendadak riang."Kenapa tidak dari kemarin sih?" Bibir wanita cantik itu mencucu. "Aku hanya sedang mengabulkan keinginan keluarga kita," seloroh Reynard blak-blakan. "Keinginan apa?" Sofia belum ngeuh dengan maksud sang suami. "Keinginan agar kita pulang membawa cucu," "Ish, alasan!" Sofia segera memakai mantel dan syalnya yang sangat hangat.Wanita itu kemudian menunggu sang suami di dekat pintu. Takut-takut jika Reynard akan kembali mengurungnya di kamar
Lily yang sudah pergi dari kontrakan Eril kini pulang ke rumah kediaman orang tuanya. Walau sempat menolak, tapi nyatanya Tika dan Jamal pun iba melihat kondisi Lily yang sudah tak terurus dan sebatang kara.Terlebih Lily bercerita jika dirinya diusir oleh Eril karena ia tak mau mengurus dan menyusui anak mereka."Lagian kenapa engga kamu bawa anakmu ke sini, Ly?" Tanya Tika, sang ibu."Bu, memangnya kalau si Lily bawa anaknya, ibu mau ngurus tuh bayi?" Tanya Jamal dengan wajah senewen."Ya enggalah, Pak. Ibu kan kerja di desa. Mana bisa ngurus bayi," Tika menjawab dengan gugup."Nah, kenapa ibu sok-sok an suruh si Lily bawa bayinya ke sini?" Tanya Jamal lagi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Tika."Ya, kan biar di urus sama ibunya. Lily ada kan di sini dan gak kerja," Tika menatap Lily yang tengah duduk bersandar di atas sofa."Bu, aku engga mau ngurus anak itu. Aku udah ngandung dia selama sembilan bulan. Sekarang giliran bapaknya yang ngurus itu bayi. Aku cape, Bu. Aku lelah. A
Sofia dan Reynard kini berada di bandara internasional. Mereka akan berangkat bulan madu ke beberapa negara Eropa. Tentu sofia sangat senang, karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Semua keluarga Reynard dan Sofia mengantarkan mereka ke bandara. "Pulangnya bawa bayi untuk kakek, Fia!" Goda Hartanto, membuat pipi Sofia bersemu merah. "Ya ampun, Kek! Kami hanya ingin jalan-jalan," Sofia mengerucutkan bibirnya, merajuk pada sang kakek. Sedangkan Reynard, ia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara kakek dan cucu itu."Hamil itu bonus, Fia! Ayah sama ibu pun ingin segera menimang cucu," Rahman terkekeh melihat ekspresi sang putri yang malu-malu. 'benar itu," Sri mengamini. "Sudah-sudah, jangan di godain terus! Kasihan pipi mereka. Sudah semerah tomat dari tadi," Dokter Ali menyahut yang diikuti gelak tawa oleh yang lainnya. Akhirnya keluarga Reynard dan Sofia melepas mereka untuk berbulan madu. Mereka berpamitan dan mendoakan pasangan pengantin itu segera
Paula pulang ke kediaman barunya yang kini ia huni bersama Rangga. Mereka memang langsung tinggal di rumah baru pasca menikah agar kedua keluarganya tak melihat kehidupan pernikahan mereka yang dingin dan tak akur. Wanita itu melepas jas putih yang masih menempel pada tubuhnya. Paula amat letih. Bagaimana tidak, hari ini pasien begitu membeludak karena Reynard sudah mengambil cuti. Otomatis pasien Reynard pun memilih untuk berkonsultasi dengannya. Paula memejamkan matanya. Tak menyangka bila kini ia sudah berumah tangga dengan pria yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Terlebih Paula amat tidak menyukai Rangga, pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mata Paula memicing saat mendengar suara pintu dibuka. Rupanya sang suami pun sudah pulang ke rumah. Rangga melewati dirinya begitu saja, seolah tak melihat keberadaan dokter cantik itu di sana. Paula juga terlihat tak peduli dengan sikap ketus suaminya. Ia memejamkan matanya lagi, untuk sejenak melepas lelah dan penat. Akan te
Rizal dan Nareswari berada dalam satu bangunan kost yang sama. Kebanyakan yang menghuni kost an itu adalah para perantau dari Jawa. Rizal sendiri belum akrab dengan penghuni kost lain. Akan tetapi berbeda dengan Rizal, Nareswari tampaknya sudah cukup berbaur dengan teman-teman penghuni kost yang lain. Rizal yang memang baru pindah ke kost an itu memang belum mempunyai waktu yang cukup untuk bersosialisasi. Hal itu karena waktunya lebih banyak habis di puskesmas akhir-akhir ini. Pagi ini Rizal keluar dari kamarnya. Ia melirik dapur umum yang digunakan untuk memasak. Memang jika mereka ingin memasak harus bergantian di dapur umum karena kost an per orangnya hanya menyediakan kamar dan kamar mandi saja. "Ramai sekali!" Gumam Rizal saat melihat dapur umum itu tampak penuh dengan orang. Rizal mencium aroma sambel terasi, ikan asin dan tumis kangkung yang mengingatkannya akan rumah. Perut pria itu berbunyi minta untuk di isi. Maklum Rizal memang belum sarapan. Rencananya ia akan membe
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan