Share

Bab 366

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Kepala Barra ingin pecah rasanya karena tak juga menemukan Asih, dia benar-benar khawatir akan keadaan istrinya tersebut.

Hingga matanya pun mendapat panggilan telepon dari salah satu orang suruhannya, mengatakan mereka melihat Asih berada di taman kota.

Dengan cepat Barra pun ke sana, dia takut nantinya Asih malah pergi lagi dari tempat tersebut.

Serta meminta orang suruhannya untuk mengawasi istrinya itu dari kejauhan, tidak menunjukkan diri agar Asih tidak merasa takut karena berpikir sedang di ikuti oleh preman.

Akhirnya Barra pun sampai di tempat yang sudah di beritahukan kepadanya, sesaat kemudian melihat Asih di sana, istrinya itu sedang duduk sambil melihat sekelilingnya.

Banyak juga orang lainnya yang bermain di sana, terutama anak-anak.

Langsung saja Barra duduk di kursi yang di duduki oleh Asih.

Tanpa kata, tanpa menyapa sama sekali.

Asih pun tersadar ada yang duduk di sampingnya dan itu ternyata Barra, dengan segera dia pun bangkit dari duduknya.

Rasanya sangat kesal sekali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Aerylindaeli
Barra sabar banget ya
goodnovel comment avatar
Jeri Sari
lanjut dong thor pleaseee 1 bab lg thor
goodnovel comment avatar
Ismi
pokoknya yg lama marahnya. biar barra kelimpungan hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 367

    Rasanya pria itu sangat menjengkelkan, bahkan sampai ingin membuatnya menangis seketika."Kamu itu benar-benar sangat menjengkelkan sekali, mendingan kamu pergi dari sini. Nggak usah dekat-dekat sama aku lagi! Aku benci sama kamu!" pekik Asih.Asih benar-benar meluapkan amarahnya, bahkan amarah yang sebelumnya belum selesai kini sudah kembali membuncah.Dan itu karena Barra.Barra yang semakin memancing emosinya kembali mendidih.Asih pun berjalan dengan menghentakkan kakinya, dia sangat tidak ingin pulang dengan Barra."Asih, kamu bisa membahayakan anak kita," kata Barra panik saat melihat apa yang dilakukan oleh Asih."Aku nggak perduli!" Asih pun memilih untuk terus saja melangkah sesuka hatinya, perasaannya sedang kacau dan jangan pernah untuk semakin memancing amarahnya lagi.Tapi Barra pun kemudian menarik salah satu tangannya, membuat langkah kaki Asih pun harus terhenti dengan mendadak.Seiringan dengan tubuhnya yang tertarik ke belakang, saat itu juga Asih merasa melayang kar

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 368

    Kiara hanya duduk diam sambil melihat ke depan sana, jam menunjukan pukul 21:00 wib.Belum terlalu larut, tetapi tidak juga bisa dikatakan masih aman untuk seorang wanita berkeliaran bebas di malam hari seperti ini."Om! Kenapa, sih. Suka banget maksa, Kiara?""Panggil, Mas. Jika, kita hanya berdua saja!"Huuueekkk....Kiara pun merasa mual dan ingin muntah saat mendengar apa yang diinginkan oleh Chandra.Dan itu membuat Chandra menatapnya dengan bingung."Lihat ke depan, Om! Entar nabrak! Kia, nggak mau mati konyol! Bayangin aja, akan ada berita nantinya, seorang wanita cantik, berwajah bagaikan bidadari tewas dengan Om-om manula, karena, Om manula sudah tidak layak untuk mengemudi, nggak lucu tahu, Om. Yang ada malu-maluin!" Kiara pun terus saja meluapkan kekesalannya yang sepertinya tidak akan ada hentinya terhadap seorang Chanda.Wajar saja, itu terjadi karena Kiara merasa terus saja terhimpit karena ancaman Chandra yang membuatnya harus menurut.Chandra pun memilih diam, tapi wan

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 369

    Asih yang sedang kesal pun terus saja mengerucutkan bibirnya."Asih, apakah kamu tidak ingin yang lain selain dari mangga milik tetangga itu?" tanya Barra lagi.Dari tadi dia berusaha untuk membujuk Asih agar tak meminta mangga milik tetangga.Karena itu rasanya sangat tidak mungkin, menimbang tetangga itu sangat pelit sekali. Siapa yang tidak mengetahui watak dari tetangga itu? Tidak ada, karena sudah begitu terkenal di kompleks perumahan tersebut.Belum lagi ada anjing yang diikat di bawah pohon tersebut.Untuk apa lagi?Tentu untuk menjaga agar buah mangga yang tidak ada hentinya berbuah dengan lebat itu tidak sampai ada yang mengambilnya.Tentu, siapa yang mau berhadapan dengan anjing galak.Sungguh rasanya sangat menyeramkan sekali, itu adalah hal yang jauh lebih horor dari pada film horor tentunya."Bilang aja nggak mau!" Asih pun memilih untuk segera keluar dari kamar, dia sangat kesal pada Barra."Asih, kamu mau kemana? Jangan pergi, ini sudah malam!"Barra pun segera menyus

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 370

    "Bos, sepertinya Anda yang harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini," kata Barra.Sepertinya pria itu mulai merasa kesal pada pria keriput yang memiliki mangga tersebut.Sebab, hanya untuk sekedar berbicara saja tidak ada yang benar menurutnya."Kau saja terlebih dahulu, aku ingin melihat kemampuan mu," jawab Dion.Akhirnya Barra pun kembali lagi melihat wajah Kakek tua itu.Memberanikan diri untuk mengutarakan maksud dirinya."Kek--""--Bro! Panggil aku, Bro!" kata Kakek itu dengan suara tegas.Barra dan Dion pun dengan refleks saling menatap satu sama lainya, keduanya seakan begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu.Bahkan sampai menahan tawa yang sebenarnya ingin pecah."Kalian mengejek saya?" tanya Kakek itu menyadari bahwa dua orang pria itu tampaknya sedang memikirkan sesuatu."Tidak, Kek, maksudnya. Bro, tidak, Bro," jawab Barra dengan cepat."Awas kalian kalau berani mengejek!"Barra pun mengangguk, kemudian dia pun kembali mengingat tujuan, "Bro, s

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 371

    "BOS!" Barra terus saja memegang pagar dengan eratnya, dia sangat takut terjatuh.Karena itu bisa membuat tubuhnya di cabik-cabik oleh anjing sialan yang terus saja menggonggong di bawah sana.Sialnya saat Barra sudah sangat ketakutan dengan satu anjing saja, kini malah tampak anjing yang lainnya ikut terlepas dan ikut menggonggong Barra juga."Cepat naik, bodoh!" seru Dion.Barra tak mendengar apa yang dikatakan oleh Dion, karena dia terlalu fokus pada anjing-anjing yang terus saja menggonggong di bawah sana.Bahkan celananya masih saja di tarik, tentu itu sangat menyulitkan dirinya untuk bisa melarikan diri."Barra!" seru Dion lagi."Bos, celana ku. Aku bisa kehilangan masa depan ku juga, Bos," kata Barra yang semakin merasa terancam."Tidak perlu takut, semakin kau lama disana hanya membuat mu semakin terancam! Cepat naik dan meloncat!" kata Dion lagi."Celana ku, Bos?""Buka saja celana mu, berikan saja pada anjing sialan itu!""Buka celana?" tanya Barra.Bertapa shock dia menden

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 372

    Barra yang memasuki kamar pun melihat Asih yang sedang berbaring di ranjang, dia pun segera ikut naik ke atas ranjang dan ingin berbicara pada istrinya tersebut.Akan tetapi dia juga bingung harus bagaimana, karena tak ingin Asih kembali marah padanya."Asih, kamu masih marah sama, Mas?" tanya Barra yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.Sedangkan Asih masih diam dengan memunggungi Barra.Dia mendengar pertanyaan Barra barusan dan memang dia sangat kesal pada Barra.Tetapi kini tidak lagi, sebab sudah mendapatkan buah mangga.Akan tetapi Asih memilih diam saja."Asih," panggil Barra lagi."Mendingan, Mas mandi, ganti baju dulu. Biar istirahat," jawab Asih.Barra yang mendengar suara istrinya itu pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Asih.Segera menuju kamar mandi dan kini sudah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai.Kemudian dia ikut berbaring di samping Asih."Kamu udah nggak marah sama, Mas?" tanya Barra yang ingin memecahkan keheningan di antara mer

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 373

    "Asih!" pintu langsung saja terbuka, Asih dan Nilam pun dengan refleks melihat kearah pintu.Senyuman di bibir Asih menghilang begitu saja saat melihat wajah yang muncul di depan matanya.Sandi.Sandi yang tiba-tiba muncul, bahkan memasuki ruang pribadi yang seharusnya tak bisa dimasuki oleh sembarang orang.Yang hanya masuk yaitu orang-orang yang sudah benar-benar diijinkan, ataupun karyawan yang memang sudah di panggil ke sana.Dan Sandi tidak termasuk diijinkan untuk masuk, tetapi mengapa masuk ke ruangan itu."Kamu?" tanya Asih sambil berdiri dari duduknya."Nilam, permisi, Mbak.""Jangan pergi, tetap di sini!"Asih dengan cepat menahan Nilam, sebab dia tak mau hanya berdua saja dengan Sandi.Dia sadar sudah memiliki seorang suami, bahkan sedang mengandung juga.Tidak ingin membuat Barra kecewa, meskipun pria itu tidak tahu sama sekali keadaan saat ini."Asih, aku ingin bicara dengan mu. Kita bicara berdua saja," pinta Sandi dengan penuh harapan.Apa yang sebenarnya diinginkan ole

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 374

    Asih masih saja menatap layar ponselnya terus-menerus, dimana masih tampak menyala dan itu adalah panggilan dari Barra.Hingga akhirnya panggilan pun terputus dan Asih pun mengusap wajahnya yang begitu basah karena air mata.Sejenak dia berpikir dengan perlakuan Barra padanya beberapa waktu kebelakang, rasanya perlakuan suaminya itu begitu hangat tanpa ada yang berbeda.Apakah itu semua karena ada maksud tertentu?Entahlah, Asih begitu pusing memikirkan hal seperti ini.Ini sangat membuatnya menjadi tidak bisa berpikir dengan jernih.Hingga sebuah pesan pun di terimanya, awalnya dia berpikir itu adalah Barra.Akan tetapi ternyata bukan, karena yang mengirimkan pesan justru seseorang yang baru saja menemuinya.Entah mengapa jari-jari Asih pun bergerak untuk membukanya.Mungkin dia penasaran atau hanya sekedar ingin tahu saja.[Aku masih menunggumu, sampai kapan pun. Pikirkan yang aku katakan tadi, jangan sampai kau tersakiti] Sandi.Asih pun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, d

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status