Share

Bab 373

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Asih!" pintu langsung saja terbuka, Asih dan Nilam pun dengan refleks melihat kearah pintu.

Senyuman di bibir Asih menghilang begitu saja saat melihat wajah yang muncul di depan matanya.

Sandi.

Sandi yang tiba-tiba muncul, bahkan memasuki ruang pribadi yang seharusnya tak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

Yang hanya masuk yaitu orang-orang yang sudah benar-benar diijinkan, ataupun karyawan yang memang sudah di panggil ke sana.

Dan Sandi tidak termasuk diijinkan untuk masuk, tetapi mengapa masuk ke ruangan itu.

"Kamu?" tanya Asih sambil berdiri dari duduknya.

"Nilam, permisi, Mbak."

"Jangan pergi, tetap di sini!"

Asih dengan cepat menahan Nilam, sebab dia tak mau hanya berdua saja dengan Sandi.

Dia sadar sudah memiliki seorang suami, bahkan sedang mengandung juga.

Tidak ingin membuat Barra kecewa, meskipun pria itu tidak tahu sama sekali keadaan saat ini.

"Asih, aku ingin bicara dengan mu. Kita bicara berdua saja," pinta Sandi dengan penuh harapan.

Apa yang sebenarnya diinginkan ole
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Patmi Ati
love to yuo
goodnovel comment avatar
Dominika Tabita
semoga lancar lahirannya ya Thor..
goodnovel comment avatar
Nora Fujiyanti
semoga lancar lahiranya mba dan semoga baby n mamanya sehat2 yaa aamiin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 374

    Asih masih saja menatap layar ponselnya terus-menerus, dimana masih tampak menyala dan itu adalah panggilan dari Barra.Hingga akhirnya panggilan pun terputus dan Asih pun mengusap wajahnya yang begitu basah karena air mata.Sejenak dia berpikir dengan perlakuan Barra padanya beberapa waktu kebelakang, rasanya perlakuan suaminya itu begitu hangat tanpa ada yang berbeda.Apakah itu semua karena ada maksud tertentu?Entahlah, Asih begitu pusing memikirkan hal seperti ini.Ini sangat membuatnya menjadi tidak bisa berpikir dengan jernih.Hingga sebuah pesan pun di terimanya, awalnya dia berpikir itu adalah Barra.Akan tetapi ternyata bukan, karena yang mengirimkan pesan justru seseorang yang baru saja menemuinya.Entah mengapa jari-jari Asih pun bergerak untuk membukanya.Mungkin dia penasaran atau hanya sekedar ingin tahu saja.[Aku masih menunggumu, sampai kapan pun. Pikirkan yang aku katakan tadi, jangan sampai kau tersakiti] Sandi.Asih pun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, d

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 375

    Akhirnya Asih pun dapat bernapas dengan sedikit lega, karena Nia menjawab panggilan tersebut.Hingga tanpa menunggu Nia bersuara sekalipun Asih sudah terlebih dahulu berbicara."Nia, aku mau kamu kasih tau resepsionis ini di mana, ruangan, Barra," kata Asih sambil melihat wanita di hadapannya itu dengan penuh kemarahan.Sebenarnya itu hanya sebagai dari alasan saja, karena yang penyebab sebenarnya adalah Sandi.Semuanya harus diselesaikan, begitu juga saat ini.Jika tidak, maka dia bisa mati berdiri karena memikirkan sesuatu hal yang sangat menguras pikirannya."Maksudnya, gimana?" tanya Nia yang sepertinya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Asih.Bagaimana dia akan mengerti, belum juga menjelaskan secara baik-baik sudah terkesan seperti sedang buru-buru tanpa arah dan tujuan yang jelas.Sedangkan Nia juga sedang tidak enak badan, jadi dia harus mendengar penjelasan perlahan sebelum mengetahui maksud Asih saat ini."Tolong katakan padanya, aku ingin bertemu, Barra," kata As

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 376

    "Mohon maaf, rapat kita selesai untuk hari ini," Barra pun langsung saja bangkit dari duduknya, sedangkan Asih mengikut dirinya dari belakang.Perasaan Asih saat ini kacau, antara takut namun juga butuh sebuah pembuktian.Sudahlah, jangan terlalu banyak menimbang. Bagaimana pun juga dia butuh sebuah pembuktian untuk semuanya.Sampai akhirnya Barra pun masuk ke dalam ruangannya, sedangkan Asih pun masih saja mengikutinya.Barra pun berbalik badan dan melihat Asih yang kini berdiri di depan daun pintu yang sudah tertutup rapat.Lagi-lagi Asih hanya diam saja, tampaknya ada perasaan bersalah di dirinya.Dia sadar ini bukan dirinya, bersikap semaunya terhadap Barra sudah cukup lama dia tinggalkan.Tidak, Asih tak boleh lemah!"Mas, aku mau jalan-jalan!" kata Asih tanpa ingin di bantah sama sekali."Kemana?" tanya Barra.Sepertinya pria itu tidak banyak bertanya kepada Asih tentang keanehan Asih saat ini, mungkin dia juga berusaha untuk mengerti dengan kehamilan yang membuat suasana hati i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 377

    Satu jam berlalu, Asih masih saja terlelap di sana. Hingga akhirnya dia pun terbangun dan segera duduk."Aku ketiduran?" tanya Asih."Kamu lelap sekali, aku tidak tega membangunkannya," jawab Barra.Tidak tega?Wah, apakah itu sebuah perhatian seorang suami terhadap istrinya?Perhatian yang membuatnya menjadi merasa di cintai?Cinta?Tidak, dia belum mendengarkan pengakuan itu dari mulut Barra, sehingga dia masih harus dalam keadaan yang seperti ini.Marah tidak jelas dan berusaha untuk membuat Barra mau mengakuinya secara langsung."Apa kamu kelelahan?" tanya Barra sambil merapikan rambut Asih yang sedikit berantakan.Ampun!Asih ingin sekali menangis, dia tak kuasa benar-benar tidak kuasa.Tahan Asih, misi mu belum selesai. Ini demi masa depan mu.Batin Asih pun kembali berbicara."Mas, aku mau pulang. Kita pulang ke rumah, Bunda, aja," ujar Asih."Rumah, Bunda?""Iya.""Tapi, Mas masih harus bertemu dengan Tuan Dion."Asih pun mengerucutkan bibirnya, dia kesal karena Barra tak mau

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 378

    Barra melihat wajah Asih yang kini terlelap di sampingnya, wanita itu sangat kelelahan setelah selesai dengan semua godaan yang di berikan pada Barra tentunya.Semuanya tentu akan sangat membingungkan, bagaimana tidak?Barusan Asih bersikap sangat aneh dan itu diluar akal sehat.Penyebabnya apa?Entahlah, Barra tak tahu sama sekali. Namun, dia pun tak bisa menutupi perasaannya yang sangat senang dengan itu semua.Bahkan bibirnya sampai menyunggingkan senyuman tanpa hentinya saat kembali mengingat Asih hanya dengan memakai lingerie dan menggoda dirinya dengan begitu sexy.Sebagaimana seorang pria normal, tentunya dia akan sangat mudah merespon itu semua.Apa lagi yang membuatnya menjadi panas dingin adalah istrinya sendiri.Akhirnya dia pun mengusap rambut Asih, kemudian mengecup kening istrinya tersebut.Sejenak Barra kembali menatap dengan jarak yang begitu dekat, menatap dengan lekat dengan tatapan mata yang penuh dengan cinta.Cinta?Benarkah demikian?ya itu benar.Meskipun tidak

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 379

    "Selesai makan, kamu langsung tidur. Kalau ada yang di butuhkan, Bunda yang akan membantumu," ujar Tias bersamaan dengan sendokan terakhir yang dia arahkan pada mulut Asih, artinya makan pun selesai.Kemudian Tias memberikan piring di tangannya pada Barra.Barra tentu saja bingung dengan apa yang dilakukan oleh Bundanya, dia bahkan tidak lantas mengambil alih piringnya, yang ada hanya melihat dengan penuh tanya.Dia bingung dengan sikap Tias, mengapa pula memberikan piring kotor padanya."Kenapa diam? Ambil, kemudian antar ke dapur," Tias pun memperjelas maksudnya agar Barra tidak hanya melihat piring di tangannya dan tampak wajahnya yang bingung."Barra?" tanya Barra yang belum percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Bundanya.Lihat saja wajah pria itu, masih saja bingung dengan maksud Bundanya. Padahal sudah demikian diperjelas oleh Tias."Iya, nama kamu, Barra, 'kan?" tanya Tias.Barra pun mengangguk lemah saat mendengar pertanyaan dari Tias dengan wajah bingungnya, hingga akhirn

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 380

    "Ya, ampun. Hampir saja wajahku yang terkena daun pintu," gumam Barra yang penuh dengan kekesalan.Dia benar-benar merasa diperlakukan layaknya orang asing oleh wanita yang sangat menyayanginya dan melahirkannya itu dalam sekejap saja.Dan itu semua karena kehadiran Asih, di tambah dengan calon anaknya."Baru di perut Ibunya saja sudah berhasil menggeser posisi ku, apa lagi setelah lahir nanti?" Barra pun bergumam sambil mengubah posisinya dari duduk menjadi berbaring.Dia sibuk memikirkan sesuatu hal yang kini sangat berubah drastis, yaitu posisinya yang benar-benar sudah bergeser dari anak kesayangan, berubah seakan menjadi anak tiri.Tapi ada hal yang membuatnya menjadi lebih penasaran, yaitu sikap Asih dan keanehan yang terjadi pada wanita tersebut.Dia pun mengambil ponselnya dan mencoba untuk mencari tahu penyebab perubahan sikap Asih yang sangat drastis itu.Hingga mendadak dia pun mendudukkan tubuhnya kembali setelah mengetahui bahwa Sandi menemui Asih di toko.Barra pun berpi

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 381

    "Sopan? Kamu bicara soal kesopanan?" Asih pun menantang Barra, dia tak mau mengalah sama sekali.Karena menurutnya Barra menuduhnya tanpa jelas alasannya, apakah mungkin dia hanya bisa diam menerima itu semua."Ya, kamu semakin kesini semakin tidak karuan saja. Ada apa? Apa setelah bertemu dengan, Sandi?""Apa hubungannya? Tidak ada!" Asih pun menepis semua tuduhan yang diberikan oleh Barra padanya.Barra pun mencoba untuk diam, mungkin Asih demikian karena pengaruh hormon kehamilan.Barra tak ingin pertengkaran berlanjut dan malah menciptakan sebuah masalah."Kenapa diam? Apa yang aku katakan benar, makanya kamu diam, karena memang tidak punya alasan untuk mengelak lagi. Kamu, dan, Sandi bersaudara dan sama-sama bersaing mendapatkan aku. Agar merasa hebat, kamu jahat!""Aku dan Sandi memang bersaudara, tapi jangan berpikir yang tidak-tidak.""Lalu apa?" Asih pun membuang tatapan matanya, dia lebih memilih untuk melihat arah lain dari pada Barra di hadapannya.Kesal sekali rasanya, u

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status