"Mas, apa nggak sebaiknya kita pindah dari rumah ini?" Nia benar-benar tidak ingin bertemu lagi dengan Reza, karena dirinya benar-benar butuh ketenangan untuk melanjutkan hidup demi anak-anaknya."Ini rumah kita, Nia. Apa mungkin pemilik rumah ini yang pergi dari rumah ini?" tanya Dion.Membuat Nia pun terdiam seketika itu, mendengar apa yang dikatakan oleh Dion rasanya membuatnya diam seribu bahasa."Tapi, apa, Mas nggak risih?""Semuanya harus di hadapi, kita tidak boleh lari dari kenyataan."Nia pun mengangguk mengerti, meskipun masih ada keraguan yang terasa."Tidak usah khawatir, tidak akan ada yang berani menyakiti istri, Mas yang cantik ini," Dion pun meyakinkan Nia, bahwa semuanya akan baik-baik saja.Nia pun lagi-lagi mengangguk, sebab Dion memang tidak pernah berbohong tentang itu semua.Lihat saja kini dia selalu melindungi istri dan juga anak-anaknya."Mas, toko Nia udah mau buka cabang, loh," kata Nia yang menyampaikan sebuah berita bahagia.Lagi pula itu adalah sebuah ke
Beberapa hari kemudian.Reza pun kembali ke Apartemen, ternyata tidak ada Raya di sana.Bahkan pintu pun sudah terbuka, artinya wanita itu melarikan diri.Tapi, bagaimana caranya?Reza tak tahu apa yang dilakukan oleh Raya sehingga bisa pergi.Membuatnya segera pergi untuk mencari keberadaan Raya."Kemana wanita itu?" Gumam Reza.Kedua tangannya terkepal, dia benar-benar merasa kalah dengan wanita seperti Raya saja.Padahal dia hanyalah seorang wanita, apa mungkin bisa dikalahkan dengan mudahnya."Dia, harus tetap berada di bawah genggaman ku! Karena, dia harus merasakan bertapa sakitnya hati ku! Wanita itu sudah menjadi perusak kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik ku!" Reza pun kini berhenti di sisi jalanan, melihat sekiranya semoga saja bisa menemukan keberadaan Raya.Hingga beberapa jam setelah lelah mencari kesana dan ke sini pun tak ada juga, bahkan orang suruhan Reza sekalipun yang tak juga menemukannya."Sial, kemana wanita itu."Reza pun tampak kecewa, hingga dia pun memi
"Raya, kamu nggak pulang ke rumah orang tua kamu?" tanya Bella.Raya pun melihat ke arah Bella, mendengar pertanyaan temannya itu mungkin membuatnya sedikit berpikir."Bukan, maksud aku. Kamu udah berapa hari di kos aku, apa kamu nggak maksud untuk pulang ke rumah orang tua kamu. Aku takut mereka khawatir," jelas Bella dengan dengan suaranya yang hampir saja menghilang. Agar Rata tidak tersinggung.Raya sudah beberapa hari berada di kosan Bella, dirinya tak tahu harus pergi kemana lagi.Karena tidak memiliki apa-apa, bahkan untuk ponsel saja tidak ada.Semua itu tertinggal di mobil, sedangkan mobilnya sudah tak berada di tempat sebelumnya dia tinggalkan.Tepatnya saat Reza membawanya pergi dengan terburu-buru, membuatnya tak sempat mengambil benda berharganya sama sekali.Beberapa hari ini pula Raya tinggal bersama Bella tidak memiliki sepeserpun uang.Bahkan sampai meminjam pakaian milik Bella, semua hal yang melekat di tubuhnya adalah milik Bella."Aku udah pulang ke rumah, tapi di
Reza pun menepikan mobilnya tepat di depan sebuah kos, alamat tersebut dikirimkan oleh Bella sendiri.Dia pun sejenak terdiam sambil menatap ke arah pintu kosan tersebut, tampaknya Reza sedang memikirkan sesuatu.Entah apa pun itu, yang jelas dia tampak diam untuk sejenak.Bella mengatakan jika ada Raya di sana, baik kita lihat, dengan segera Reza pun turun dari mobilnya.Bertepatan dengan Bella yang memang sudah menunggu kedatangan Reza sejak tadi, tepatnya sudah tak sabar menerima uang yang dijanjikan oleh Reza sebelumnya.Uang memang mampu untuk menggelapkan mata, tidak perduli dengan apa yang akan terjadi bahkan untuk di korbankan nantinya."Kamu kenapa?" tanya Raya yang muncul di belakang dengan Bella dengan tiba-tiba.Dia bingung melihat Bella yang senyum-senyum sendiri padahal tidak ada yang lucu.Tapi belum juga mendapatkan jawaban tanpa segara matanya pun tertuju ke arah luar sana dari pintu yang terbuka lebar, saat Bella baru membukanya, kemudian tampak pria itu semakin ber
Air mata Raya pun tak dapat terbendung, dirinya masih berusaha untuk menerima apa yang barusan telah berlangsung.Sahabat yang dia pikirkan adalah teman setia ternyata tidak seperti itu, karena kenyataan mengatakan bahwa uang yang menjadi penentu dari segalanya.Sungguh sangat miris bukan?Seharusnya Raya tidak perlu terbebani dengan hal tersebut, atau bahkan terpikirkan. Sebab, bukankah dulu pun itu yang di lakukannya pada Nia?Raya menyesali semuanya, apa yang sudah terjadi dalam hidupnya saat ini benar-benar jauh dari apa yang dia pikirkan sebelumnya.Karena, selama ini tidak pernah membayangkan dirinya akan seperti ini.Mengapa bisa?Entahlah.Mungkin juga hukuman untuk orang yang selalu membuat orang lain menderita.Menyesal?Tentu!Apa boleh buat?Tidak ada jalan untuk mengubah segalanya, karena kenyataan mengatakan bahwa dirinya harus menjalani sebuah hukuman.Inilah hukuman yang dia anggap karena sudah berbuat curang pada seseorang yang begitu tulus berteman dengan dirinya.Ta
Hidup Reza semakin tidak karuan saja, tidak ada yang baik dalam bentuk apapun juga. Bahkan anehnya lagi meskipun sudah berusaha untuk membuat Raya menderita dia juga tidak bisa tenang.Bukankah yang dia cari sebuah kepuasan setelah merasa Raya adalah penyebab utama dari apa yang terjadi pada dirinya?Awalnya demikian, tetapi sepertinya tidak karena ternyata sama saja, dia tetap terluka melihat kebahagiaan Nia dan Dion serta putranya Zaki.Terkadang matanya sendiri tidak sanggup melihat wajah Zaki yang tertawa terbahak-bahak saat bermain dengan Dion.Kemudian Reza hanya menjadi penonton saja, tidak di anggap ada dan gilanya semua orang di rumah itu mengajarkan Zaki memanggilnya Kakak.Reza adalah Ayahnya, bukan Kakaknya. Percayalah itu sangat menyakitkan sekali, hati bagai di saat-saat dengan jantung yang di copot.Sadis!Dia juga tak tahu sampai kapan semuanya bisa menjadi lebih baik.Diam dengan keadaan demikian, atau mencoba untuk membuat Zaki menjadi miliknya.Ingat jika Zaki menja
"Maaf, Bu. Ada kiriman untuk Ibu, Nia," Minah yang bekerja sebagai seorang pembantu di rumah itu pun mengantarkan sebuah benda berwarna coklat pada Nia.Sesuai dengan nama penerima, yaitu Nia putri.Nia yang sedang asik bermain dengan baby Dirga pun sejenak menoleh pada ATR tersebut."Dari siapa Mbok?" tanya Nia yang kini meletakan baby Dirga pada ranjang untuk sejenak.Mbok Minah tidak menjawab, dia hanya bertugas untuk memberikan saja pada Nia.Lagi pula itu bukan urusannya, karena dia sangat tidak berani ikut campur dalam urusan apapun yang ada di keluarga itu.Mbok Minah benar-benar tidak tahu-menahu tentang map itu, dia hanya memberikan saja.Setelah benda itu berpindah pada tangan Nia, Mbok Minah pun berpamitan untuk pergi karena banyak pekerjaan yang menunggunya.Sedangkan Nia langsung saja membuka isi dari benda tersebut.Tangan Nia pun bergetar, karena ternyata itu adalah surat dari pengadilan tentang hak asuh putranya. Zaki."Sayang," Dion pun langsung masuk ke dalam kamar.D
Nia langsung saja terlelap setelah kelelahan, sedangkan Dion memilih untuk segera membersihkan tubuhnya. Sehingga kini terasa lebih segar dari sebelumnya.Sesaat dia melihat Nia yang berada di bawah selimut dengan mata yang terpejam, sedangkan baby Dirga bersama dengan pengasuhnya.Dion tidak bisa membiarkan Nia yang mengerjakan semuanya, karena Nia memiliki tidak orang anak yang harus dia perhatikan.Dila, Zaki dan juga baby Dirga. Membuat wanita tersebut kadang begitu kelelahan, sehingga hampir tidak punya waktu untuk dirinya.Terutama saat di malam hari, dimana itu adalah waktu untuk Dion beristirahat dan membutuhkan istrinya.Hingga akhirnya keputusan tepat adalah memperkejakan seorang perawat.Dila, tidak mau di rawat dengan perawat, sedangkan Zaki ada Farah.Farah sendiri yang ingin merawat cucunya dengan tangannya sendiri, padahal Dion sudah mengatakan untuk mengerjakan seorang perawat untuk Zaki, tetap saja Farah menolak.Dengan alasan, bersama Zaki adalah kesenangan.Membuatn
Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen
Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y
Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia
Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang
"Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i
"Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah
"Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud
Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p
Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan