"Maaf, Bu. Ada kiriman untuk Ibu, Nia," Minah yang bekerja sebagai seorang pembantu di rumah itu pun mengantarkan sebuah benda berwarna coklat pada Nia.Sesuai dengan nama penerima, yaitu Nia putri.Nia yang sedang asik bermain dengan baby Dirga pun sejenak menoleh pada ATR tersebut."Dari siapa Mbok?" tanya Nia yang kini meletakan baby Dirga pada ranjang untuk sejenak.Mbok Minah tidak menjawab, dia hanya bertugas untuk memberikan saja pada Nia.Lagi pula itu bukan urusannya, karena dia sangat tidak berani ikut campur dalam urusan apapun yang ada di keluarga itu.Mbok Minah benar-benar tidak tahu-menahu tentang map itu, dia hanya memberikan saja.Setelah benda itu berpindah pada tangan Nia, Mbok Minah pun berpamitan untuk pergi karena banyak pekerjaan yang menunggunya.Sedangkan Nia langsung saja membuka isi dari benda tersebut.Tangan Nia pun bergetar, karena ternyata itu adalah surat dari pengadilan tentang hak asuh putranya. Zaki."Sayang," Dion pun langsung masuk ke dalam kamar.D
Nia langsung saja terlelap setelah kelelahan, sedangkan Dion memilih untuk segera membersihkan tubuhnya. Sehingga kini terasa lebih segar dari sebelumnya.Sesaat dia melihat Nia yang berada di bawah selimut dengan mata yang terpejam, sedangkan baby Dirga bersama dengan pengasuhnya.Dion tidak bisa membiarkan Nia yang mengerjakan semuanya, karena Nia memiliki tidak orang anak yang harus dia perhatikan.Dila, Zaki dan juga baby Dirga. Membuat wanita tersebut kadang begitu kelelahan, sehingga hampir tidak punya waktu untuk dirinya.Terutama saat di malam hari, dimana itu adalah waktu untuk Dion beristirahat dan membutuhkan istrinya.Hingga akhirnya keputusan tepat adalah memperkejakan seorang perawat.Dila, tidak mau di rawat dengan perawat, sedangkan Zaki ada Farah.Farah sendiri yang ingin merawat cucunya dengan tangannya sendiri, padahal Dion sudah mengatakan untuk mengerjakan seorang perawat untuk Zaki, tetap saja Farah menolak.Dengan alasan, bersama Zaki adalah kesenangan.Membuatn
Reza pun langsung menuju ruangan pribadi milik Dion, dia tahu sudah pasti pria itu berada di sana.Benar saja saat dia sampai dan langsung membuka pintu sudah tampak Dion yang duduk di kursinya sambil menatap layar laptopnya.Segera Reza pun masuk, tanpa ijin apa lagi sekedar basa-basi.Dion sudah terlalu berkuasa, tidak ada yang berani menentang apapun yang sudah di putuskan oleh Dion.Dan ini yang harus di perjuangkan oleh Reza, dia juga berhak untuk mendapatkan segalanya."Kenapa, Om ikut campur dalam urusan ku dengan Nia?""Karena, dia istri ku," jawab Dion dengan santainya.Tapi, apa yang dikatakan oleh Dion benarkan? Tentu siapapun yang merasakan di posisi ini akan melakukan hal yang sama.Begitu pun juga dengan Dion, apapun yang menjadi masalah Nia akan menjadi masalahnya.Dan siapa pun yang mengusik ketenangan rumah tangganya akan berhadapan dengan dirinya.Tanpa terkecuali!"Dan, Zaki adalah anak ku!" jawab Reza tidak mau kalah.Tapi Dion malah tersenyum mendengar jawaban Reza
Keesokan harinya.Krang!Reza melemparkan apa saja yang ada di hadapannya, tidak ada yang lepas dari amukannya.Termasuk Raya, wanita itu kini tidak bisa melakukan apapun selain menerima perlakuan Reza padanya.Dia takut jika melarikan diri ataupun melakukan hal yang membuat Reza semakin murka malah berdampak pada biaya pengobatan Papinya.Raya sangat berharap dengan kesembuhan Papinya itu, tanpa dia tahu jika sebenarnya Reza tak pernah membiayai pengobatan Papinya.Yang ada justru semua uang yang diberikan oleh Chandra habis di meja judi dan untuk bersenang-senang dengan wanita malam."Ini semuanya karena kau! Kau yang sudah membuat hidup ku hancur!" Kalimat hinaan dan cacian tak pernah lepas dari mulutnya, baginya Raya adalah awal mula dari segalanya.Sehingga sampai saat ini pun masih saja terus menyalakan Raya sebagai orang yang paling bertanggung jawab.Dan bagaimana pula Reza tidak murka, karena pengadilan menolak gugatan yang ajukan.Sial bukan?Tentu, merasa harga dirinya san
"Ma, gimana dengan anak Nia, kemana dia akan membawa, Zaki. Untuk apa juga dia melakukan hal ini?" Nia terus menangis histeris, dirinya tak kuasa menahan perasaan takut.Takut Reza melakukan sesuatu hal buruk pada Zaki, dia tahu bahwa Reza adalah Ayah dari anaknya.Hanya saja di pun tidak lupa bagaimana perlakuan Reza terhadap dirinya saat mengandung Zaki.Mungkinkah Zaki tidak mendapatkan perlakuan buruk, atau bahkan masih bisa hidup setelah hari ini.Mungkinkah Zaki masih bisa kembali padanya?Kemungkinan menyakitkan itu membuatnya menjadi hampir lupa caranya untuk bernapas.Dengan perasaan yang bertanya-tanya maksud dan tujuan dari pria itu.Bukankah seharusnya Reza tidak perlu gusar lagi setelah kini ada yang bertanggung jawab atas anak itu.Bukankah seharusnya Reza bisa menjadi lebih baik tanpa ada yang harus diberikannya tanggung jawab.Atau pun dia bisa hidup tenang tanpa dikejar-kejar oleh tanggung jawab terhadap seorang wanita yang mengandung benihnya?Mengapa?Terlalu banyak
Apa yang dilakukan oleh Reza membuat semua menjadi gentar, terutama Liana dan juga Chandra.Keduanya tak menyangka jika anak mereka bisa melakukan hal itu, hal yang di luar pikiran mereka."Apa anak kita sudah gila, Pa?" tanya Liana pada suaminya."Entahlah, aku tidak mengerti seperti apa jalan pikiran anak itu," jawab Chandra.Keduanya benar-benar pusing memikirkan semua ini.Hingga Liana pun menghubungi Reza, beberapa kali tidak mendapatkan jawaban tak membuat Liana menjadi diam.Dia terus berusaha untuk bisa berbicara dengan putranya tersebut, sekalipun harus sampai pada puluhan panggilan terlebih dahulu.Benar saja, usaha Liana tidak sia-sia. Karena, panggilannya pun kini mendapatkan jawaban.Reza yang sedang mengemudikan mobilnya menuju tujuannya pun memilih menyerah dan menerima panggilan dengan perasaan tidak senang."Halo!" jawab Reza dengan ketus, dia benar-benar terganggu dengan panggilan tersebut.Mungkin jika bukan Mamanya yang menghubungi dia akan terus memilih untuk tida
Saat Reza sedang memilih susu formula ponselnya pun berbunyi, dia tampak tidak bersemangat untuk menerima panggilan tersebut.Merasa orang yang menghubungi pasti Mamanya lagi, kemudian kembali memarahi gw seperti saat tadi.Sedangkan Reza hanya ingin fokus pada tujuannya, mendapatkan Nia dan Zaki adalah tujuannya.Tetapi karena ponselnya terus berdering, dia pun melihatnya mendadak bibirnya tersenyum saat tahu siapa yang kini menghubungi dirinya."Halo, Om Dion," jawab Reza dengan penuh kebahagiaan.Saat mengetahui Dion yang menghubunginya, tidak ada lagi pikir panjang untuk tidak menjawabnya.Karena apa?Karena, merasa ini adalah awal dari sebuah kemenangan bagi seorang Reza.Bahkan Reza merasa dirinya berada di atas awan, sungguh mengalahkan seorang Dion adalah mimpi yang sangat indah.Hingga semuanya bukan hanya sebuah mimpi, karena perlahan bisa menjadi nyata.Ini sungguh kebahagiaan yang tak dapat dikatakan hanya dengan bibirnya.Dan percayalah saat dia meraih kemenangan nanti,
"Ini lokasinya, Bos," Barra pun berhasil mendapatkan lokasi dimana Reza membawa Zaki."Mas, ayo kita ke sana," sejak tadi Nia terus saja menangis, tidak ada kata berhenti karena perasaan seorang Ibu yang begitu khawatir dengan anaknya dan itu sama sekali tidak bisa di bohongi."Kamu di rumah saja," kata Dion.Dion tak ingin Nia ikut, sebab tidak tega terus-menerus melihat wajah Nia yang lembab karena air mata."Mas, Nia harus ikut," Nia menolak untuk keinginan Dion, hingga akhirnya Dion pun membawa Nia untuk ikut bersama dengan dirinya."Dion, Mas, rasa ini hanya salah paham saja," Chandra berusaha untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.Dia tak ingin membuat keadaan menjadi keruh, karena ini bisa membuat anaknya yang dirugikan.Walaupun di sini keadaannya memang Reza yang bersalah."Untuk kali ini dia sudah sangat keterlaluan, Mas!" jawab Dion.Membuat Chandra hanya bisa diam tanpa bicara lebih banyak lagi."Pa, bicara dong. Kenapa setiap berdebat dengan adik kamu, kamu itu selalu