Reza pun langsung menuju ruangan pribadi milik Dion, dia tahu sudah pasti pria itu berada di sana.Benar saja saat dia sampai dan langsung membuka pintu sudah tampak Dion yang duduk di kursinya sambil menatap layar laptopnya.Segera Reza pun masuk, tanpa ijin apa lagi sekedar basa-basi.Dion sudah terlalu berkuasa, tidak ada yang berani menentang apapun yang sudah di putuskan oleh Dion.Dan ini yang harus di perjuangkan oleh Reza, dia juga berhak untuk mendapatkan segalanya."Kenapa, Om ikut campur dalam urusan ku dengan Nia?""Karena, dia istri ku," jawab Dion dengan santainya.Tapi, apa yang dikatakan oleh Dion benarkan? Tentu siapapun yang merasakan di posisi ini akan melakukan hal yang sama.Begitu pun juga dengan Dion, apapun yang menjadi masalah Nia akan menjadi masalahnya.Dan siapa pun yang mengusik ketenangan rumah tangganya akan berhadapan dengan dirinya.Tanpa terkecuali!"Dan, Zaki adalah anak ku!" jawab Reza tidak mau kalah.Tapi Dion malah tersenyum mendengar jawaban Reza
Keesokan harinya.Krang!Reza melemparkan apa saja yang ada di hadapannya, tidak ada yang lepas dari amukannya.Termasuk Raya, wanita itu kini tidak bisa melakukan apapun selain menerima perlakuan Reza padanya.Dia takut jika melarikan diri ataupun melakukan hal yang membuat Reza semakin murka malah berdampak pada biaya pengobatan Papinya.Raya sangat berharap dengan kesembuhan Papinya itu, tanpa dia tahu jika sebenarnya Reza tak pernah membiayai pengobatan Papinya.Yang ada justru semua uang yang diberikan oleh Chandra habis di meja judi dan untuk bersenang-senang dengan wanita malam."Ini semuanya karena kau! Kau yang sudah membuat hidup ku hancur!" Kalimat hinaan dan cacian tak pernah lepas dari mulutnya, baginya Raya adalah awal mula dari segalanya.Sehingga sampai saat ini pun masih saja terus menyalakan Raya sebagai orang yang paling bertanggung jawab.Dan bagaimana pula Reza tidak murka, karena pengadilan menolak gugatan yang ajukan.Sial bukan?Tentu, merasa harga dirinya san
"Ma, gimana dengan anak Nia, kemana dia akan membawa, Zaki. Untuk apa juga dia melakukan hal ini?" Nia terus menangis histeris, dirinya tak kuasa menahan perasaan takut.Takut Reza melakukan sesuatu hal buruk pada Zaki, dia tahu bahwa Reza adalah Ayah dari anaknya.Hanya saja di pun tidak lupa bagaimana perlakuan Reza terhadap dirinya saat mengandung Zaki.Mungkinkah Zaki tidak mendapatkan perlakuan buruk, atau bahkan masih bisa hidup setelah hari ini.Mungkinkah Zaki masih bisa kembali padanya?Kemungkinan menyakitkan itu membuatnya menjadi hampir lupa caranya untuk bernapas.Dengan perasaan yang bertanya-tanya maksud dan tujuan dari pria itu.Bukankah seharusnya Reza tidak perlu gusar lagi setelah kini ada yang bertanggung jawab atas anak itu.Bukankah seharusnya Reza bisa menjadi lebih baik tanpa ada yang harus diberikannya tanggung jawab.Atau pun dia bisa hidup tenang tanpa dikejar-kejar oleh tanggung jawab terhadap seorang wanita yang mengandung benihnya?Mengapa?Terlalu banyak
Apa yang dilakukan oleh Reza membuat semua menjadi gentar, terutama Liana dan juga Chandra.Keduanya tak menyangka jika anak mereka bisa melakukan hal itu, hal yang di luar pikiran mereka."Apa anak kita sudah gila, Pa?" tanya Liana pada suaminya."Entahlah, aku tidak mengerti seperti apa jalan pikiran anak itu," jawab Chandra.Keduanya benar-benar pusing memikirkan semua ini.Hingga Liana pun menghubungi Reza, beberapa kali tidak mendapatkan jawaban tak membuat Liana menjadi diam.Dia terus berusaha untuk bisa berbicara dengan putranya tersebut, sekalipun harus sampai pada puluhan panggilan terlebih dahulu.Benar saja, usaha Liana tidak sia-sia. Karena, panggilannya pun kini mendapatkan jawaban.Reza yang sedang mengemudikan mobilnya menuju tujuannya pun memilih menyerah dan menerima panggilan dengan perasaan tidak senang."Halo!" jawab Reza dengan ketus, dia benar-benar terganggu dengan panggilan tersebut.Mungkin jika bukan Mamanya yang menghubungi dia akan terus memilih untuk tida
Saat Reza sedang memilih susu formula ponselnya pun berbunyi, dia tampak tidak bersemangat untuk menerima panggilan tersebut.Merasa orang yang menghubungi pasti Mamanya lagi, kemudian kembali memarahi gw seperti saat tadi.Sedangkan Reza hanya ingin fokus pada tujuannya, mendapatkan Nia dan Zaki adalah tujuannya.Tetapi karena ponselnya terus berdering, dia pun melihatnya mendadak bibirnya tersenyum saat tahu siapa yang kini menghubungi dirinya."Halo, Om Dion," jawab Reza dengan penuh kebahagiaan.Saat mengetahui Dion yang menghubunginya, tidak ada lagi pikir panjang untuk tidak menjawabnya.Karena apa?Karena, merasa ini adalah awal dari sebuah kemenangan bagi seorang Reza.Bahkan Reza merasa dirinya berada di atas awan, sungguh mengalahkan seorang Dion adalah mimpi yang sangat indah.Hingga semuanya bukan hanya sebuah mimpi, karena perlahan bisa menjadi nyata.Ini sungguh kebahagiaan yang tak dapat dikatakan hanya dengan bibirnya.Dan percayalah saat dia meraih kemenangan nanti,
"Ini lokasinya, Bos," Barra pun berhasil mendapatkan lokasi dimana Reza membawa Zaki."Mas, ayo kita ke sana," sejak tadi Nia terus saja menangis, tidak ada kata berhenti karena perasaan seorang Ibu yang begitu khawatir dengan anaknya dan itu sama sekali tidak bisa di bohongi."Kamu di rumah saja," kata Dion.Dion tak ingin Nia ikut, sebab tidak tega terus-menerus melihat wajah Nia yang lembab karena air mata."Mas, Nia harus ikut," Nia menolak untuk keinginan Dion, hingga akhirnya Dion pun membawa Nia untuk ikut bersama dengan dirinya."Dion, Mas, rasa ini hanya salah paham saja," Chandra berusaha untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.Dia tak ingin membuat keadaan menjadi keruh, karena ini bisa membuat anaknya yang dirugikan.Walaupun di sini keadaannya memang Reza yang bersalah."Untuk kali ini dia sudah sangat keterlaluan, Mas!" jawab Dion.Membuat Chandra hanya bisa diam tanpa bicara lebih banyak lagi."Pa, bicara dong. Kenapa setiap berdebat dengan adik kamu, kamu itu selalu
"Reza, kenapa kamu tega melakukan ini pada ku? Apa belum cukup setelah semua yang kamu lakukan pada ku? Pada, Zaki? Pada kami berdua? Kami sudah bahagia, tetapi kamu kembali mengusiknya. Kenapa?" tanya Nia dengan bercucuran air mata.Rasa lelah sudah pasti ada, menghadapi semua masalah yang tak juga kunjung usai.Tanpa alasan yang jelas pun masih saja ada perdebatan seperti ini.Sampai kapan?Lelah?Tentu!Ini sangat melelahkan sekali, ingin menyerah dan mengakhiri hidup mungkin adalah jalan terbaik. Tetapi, di sini Nia masih berusaha untuk tetap waras.Kedua anak yang di lahirkannnya masih terlalu kecil untuk kehilangan dirinya.Keduanya harus merasakan kasih sayang, cinta dalam bentuk keluarga yang utuh.Membuat Nia tetap bertahan kuat berdiri di atas kakinya, meskipun terkadang terasa begitu berat.Sedangkan Reza sejenak terdiam mendengar keluh kesah Nia, mungkin dia sedang mencerna apa yang di dengarnya."Aku sudah pernah memohon, mengemis pada mu. Ayah ku sampai terkena serangan
"Ahahahhaha," tawa Reza pun terdengar begitu menggelegar, karena merasa tidak akan pernah melakukan seperti apa yang diinginkan oleh Nia, kecuali Nia mau menuruti keinginannya, "aku tidak akan pernah melakukan itu, lagi pula aku Ayahnya. Dia, anak ku. Bagaimana mungkin aku mengembalikan anak ku? Aneh bukan?""Sejak kapan kamu mengakui dia sebagai anak mu? Sejak kapan, Reza?""Dia memang anak ku! Jangan lupa itu!""Kenapa baru sekarang kamu mengatakan itu? Selama ini kamu kemana saja?" tanya Nia dengan suara hampir menghilang, karena tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh Reza yang mendadak begitu berambisi untuk memiliki Zaki dan dirinya.Dulu Reza yang memintanya untuk pergi, kemudian tidak mengakui Zaki adalah anaknya.Seakan semuanya berubah dengan sekejap saja, ada apa.Itu sangat menimbulkan tanya tanya besar, tak mungkin semuanya bisa terjadi jika bukan karena sebuah alasan entah itu benar atau tidak."Aku tidak perduli, yang jelas dia adalah anak ku! Dan, kau harus
Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen
Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y
Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia
Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang
"Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i
"Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah
"Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud
Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p
Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan