Apa yang dilakukan oleh Reza membuat semua menjadi gentar, terutama Liana dan juga Chandra.Keduanya tak menyangka jika anak mereka bisa melakukan hal itu, hal yang di luar pikiran mereka."Apa anak kita sudah gila, Pa?" tanya Liana pada suaminya."Entahlah, aku tidak mengerti seperti apa jalan pikiran anak itu," jawab Chandra.Keduanya benar-benar pusing memikirkan semua ini.Hingga Liana pun menghubungi Reza, beberapa kali tidak mendapatkan jawaban tak membuat Liana menjadi diam.Dia terus berusaha untuk bisa berbicara dengan putranya tersebut, sekalipun harus sampai pada puluhan panggilan terlebih dahulu.Benar saja, usaha Liana tidak sia-sia. Karena, panggilannya pun kini mendapatkan jawaban.Reza yang sedang mengemudikan mobilnya menuju tujuannya pun memilih menyerah dan menerima panggilan dengan perasaan tidak senang."Halo!" jawab Reza dengan ketus, dia benar-benar terganggu dengan panggilan tersebut.Mungkin jika bukan Mamanya yang menghubungi dia akan terus memilih untuk tida
Saat Reza sedang memilih susu formula ponselnya pun berbunyi, dia tampak tidak bersemangat untuk menerima panggilan tersebut.Merasa orang yang menghubungi pasti Mamanya lagi, kemudian kembali memarahi gw seperti saat tadi.Sedangkan Reza hanya ingin fokus pada tujuannya, mendapatkan Nia dan Zaki adalah tujuannya.Tetapi karena ponselnya terus berdering, dia pun melihatnya mendadak bibirnya tersenyum saat tahu siapa yang kini menghubungi dirinya."Halo, Om Dion," jawab Reza dengan penuh kebahagiaan.Saat mengetahui Dion yang menghubunginya, tidak ada lagi pikir panjang untuk tidak menjawabnya.Karena apa?Karena, merasa ini adalah awal dari sebuah kemenangan bagi seorang Reza.Bahkan Reza merasa dirinya berada di atas awan, sungguh mengalahkan seorang Dion adalah mimpi yang sangat indah.Hingga semuanya bukan hanya sebuah mimpi, karena perlahan bisa menjadi nyata.Ini sungguh kebahagiaan yang tak dapat dikatakan hanya dengan bibirnya.Dan percayalah saat dia meraih kemenangan nanti,
"Ini lokasinya, Bos," Barra pun berhasil mendapatkan lokasi dimana Reza membawa Zaki."Mas, ayo kita ke sana," sejak tadi Nia terus saja menangis, tidak ada kata berhenti karena perasaan seorang Ibu yang begitu khawatir dengan anaknya dan itu sama sekali tidak bisa di bohongi."Kamu di rumah saja," kata Dion.Dion tak ingin Nia ikut, sebab tidak tega terus-menerus melihat wajah Nia yang lembab karena air mata."Mas, Nia harus ikut," Nia menolak untuk keinginan Dion, hingga akhirnya Dion pun membawa Nia untuk ikut bersama dengan dirinya."Dion, Mas, rasa ini hanya salah paham saja," Chandra berusaha untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.Dia tak ingin membuat keadaan menjadi keruh, karena ini bisa membuat anaknya yang dirugikan.Walaupun di sini keadaannya memang Reza yang bersalah."Untuk kali ini dia sudah sangat keterlaluan, Mas!" jawab Dion.Membuat Chandra hanya bisa diam tanpa bicara lebih banyak lagi."Pa, bicara dong. Kenapa setiap berdebat dengan adik kamu, kamu itu selalu
"Reza, kenapa kamu tega melakukan ini pada ku? Apa belum cukup setelah semua yang kamu lakukan pada ku? Pada, Zaki? Pada kami berdua? Kami sudah bahagia, tetapi kamu kembali mengusiknya. Kenapa?" tanya Nia dengan bercucuran air mata.Rasa lelah sudah pasti ada, menghadapi semua masalah yang tak juga kunjung usai.Tanpa alasan yang jelas pun masih saja ada perdebatan seperti ini.Sampai kapan?Lelah?Tentu!Ini sangat melelahkan sekali, ingin menyerah dan mengakhiri hidup mungkin adalah jalan terbaik. Tetapi, di sini Nia masih berusaha untuk tetap waras.Kedua anak yang di lahirkannnya masih terlalu kecil untuk kehilangan dirinya.Keduanya harus merasakan kasih sayang, cinta dalam bentuk keluarga yang utuh.Membuat Nia tetap bertahan kuat berdiri di atas kakinya, meskipun terkadang terasa begitu berat.Sedangkan Reza sejenak terdiam mendengar keluh kesah Nia, mungkin dia sedang mencerna apa yang di dengarnya."Aku sudah pernah memohon, mengemis pada mu. Ayah ku sampai terkena serangan
"Ahahahhaha," tawa Reza pun terdengar begitu menggelegar, karena merasa tidak akan pernah melakukan seperti apa yang diinginkan oleh Nia, kecuali Nia mau menuruti keinginannya, "aku tidak akan pernah melakukan itu, lagi pula aku Ayahnya. Dia, anak ku. Bagaimana mungkin aku mengembalikan anak ku? Aneh bukan?""Sejak kapan kamu mengakui dia sebagai anak mu? Sejak kapan, Reza?""Dia memang anak ku! Jangan lupa itu!""Kenapa baru sekarang kamu mengatakan itu? Selama ini kamu kemana saja?" tanya Nia dengan suara hampir menghilang, karena tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh Reza yang mendadak begitu berambisi untuk memiliki Zaki dan dirinya.Dulu Reza yang memintanya untuk pergi, kemudian tidak mengakui Zaki adalah anaknya.Seakan semuanya berubah dengan sekejap saja, ada apa.Itu sangat menimbulkan tanya tanya besar, tak mungkin semuanya bisa terjadi jika bukan karena sebuah alasan entah itu benar atau tidak."Aku tidak perduli, yang jelas dia adalah anak ku! Dan, kau harus
"Kenapa dia menjadi seperti ini? Kenapa anak ku itu tidak dapat berpikir dengan jernih, apakah dia pikir hidup hanya sebatas wanita sialan itu? Nia, dan Nia, dulu dia datang meminta tanggung jawab, hari ini pun karena dia anak ku seperti ini." Umpat Liana yang tak terima dengan keadaan saat ini.Sedangkan wanita sialan yang dia maksud adalah, Nia. Wanita itu menurutnya adalah biang masalah, hingga akhirnya anaknya kini menjadi tidak waras.Sebelum Nia muncul semuanya baik-baik saja, kehidupan mereka begitu tenang.Sangat berbalik saat Nia muncul, bahkan rumah pun seperti neraka yang tak pernah ada kata damai di dalamnya.Sialan.Tidak, Liana tak akan membiarkan anaknya itu mendekam di balik jeruji besi, itu sungguh sangat menjijikkan.Masa depan anaknya bisa hancur berantakan, sedangkan Reza adalah putranya tunggalnya.Liana ingin anaknya menjadi seorang pewaris di keluarga suaminya, bukan menjadi tersangka nantinya.Dan jika tidak dicegah, maka semuanya akan berantakan. Lantas siapa
"Apa, Zaki baik-baik saja?" tanya Bunga saat Nia dan Dion kembali ke rumah.Siapa yang bisa tenang saat mengalami hal serupa?Tidak ada.Termasuk Bunga, meskipun Zaki bukan darah dagingnya. Namun, sebagai seorang manusia pastinya dia pun memiliki rasa iba.Apa lagi Zaki sudah menjadi bagian dari keluarganya, nasib malang yang menimpa anak itu sudah disaksikan langsung oleh mata kepala Bunda sendiri.Sehingga rasa iba itupun teramat besar dia rasakan."Iya, Ma," jawab Dion.Sedangkan Nia tak mampu lagi untuk berkata-kata, karena dirinya benar-benar trauma dengan hari ini.Hari yang sama sekali tidak pernah bisa terlupakan dengan begitu saja, sungguh dia sangat ketakutan jika harus kehilangan anak-anaknya.Meskipun Ayah dari Zaki adalah pria yang paling bajingan dan sangat tidak dia inginkan, tetapi kasih sayang dan cinta Nia terhadap anaknya tidak pernah berkurang sedikitpun juga."Kalau begitu, pergilah istirahat ke kamar," kata Bunga.Nia dan Dion pun segera menuju dapur, bahkan Nia
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian itu, hari ini Liana pun sudah di bawa pulang ke rumah.Keadaannya sudah membaik, karena yang terkena peluru di bagian tangannya.Namun, saat kembali ke rumah dia langsung mengajak Dion berbicara."Mas, aku ke kamar saja," Nia yang sedang berada di ruang keluarga bersama Dion dan ketiga anak mereka pun memilih untuk pergi.Dia ingin menghindari Liana, benar-benar tidak ingin lagi ada masalah."Tunggu!" Liana pun menghentikan langkah kaki Nia.Liana memang duduk di kursi roda, tetapi bukan berarti dia tidak bisa bersuara.Nia pun terdiam dan membalikkan badannya kemudian melihat wajah Liana yang tak jauh darinya."Dion, bebaskan anak ku! Kenapa kau yang memenjarakan dia, aku yang menjadi korban dan kau tahu penyebabnya siapa?" tanya Liana sambil tatapan matanya yang tajam tertuju pada Nia.Huuuufff.Nia pun hanya bisa menarik napas dengan panjang, karena apa?Karena, lagi-lagi hanya ada ketegangan dan permasalahan yang terjadi jika sudah bertemu se