"Reza, kenapa kamu tega melakukan ini pada ku? Apa belum cukup setelah semua yang kamu lakukan pada ku? Pada, Zaki? Pada kami berdua? Kami sudah bahagia, tetapi kamu kembali mengusiknya. Kenapa?" tanya Nia dengan bercucuran air mata.Rasa lelah sudah pasti ada, menghadapi semua masalah yang tak juga kunjung usai.Tanpa alasan yang jelas pun masih saja ada perdebatan seperti ini.Sampai kapan?Lelah?Tentu!Ini sangat melelahkan sekali, ingin menyerah dan mengakhiri hidup mungkin adalah jalan terbaik. Tetapi, di sini Nia masih berusaha untuk tetap waras.Kedua anak yang di lahirkannnya masih terlalu kecil untuk kehilangan dirinya.Keduanya harus merasakan kasih sayang, cinta dalam bentuk keluarga yang utuh.Membuat Nia tetap bertahan kuat berdiri di atas kakinya, meskipun terkadang terasa begitu berat.Sedangkan Reza sejenak terdiam mendengar keluh kesah Nia, mungkin dia sedang mencerna apa yang di dengarnya."Aku sudah pernah memohon, mengemis pada mu. Ayah ku sampai terkena serangan
"Ahahahhaha," tawa Reza pun terdengar begitu menggelegar, karena merasa tidak akan pernah melakukan seperti apa yang diinginkan oleh Nia, kecuali Nia mau menuruti keinginannya, "aku tidak akan pernah melakukan itu, lagi pula aku Ayahnya. Dia, anak ku. Bagaimana mungkin aku mengembalikan anak ku? Aneh bukan?""Sejak kapan kamu mengakui dia sebagai anak mu? Sejak kapan, Reza?""Dia memang anak ku! Jangan lupa itu!""Kenapa baru sekarang kamu mengatakan itu? Selama ini kamu kemana saja?" tanya Nia dengan suara hampir menghilang, karena tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh Reza yang mendadak begitu berambisi untuk memiliki Zaki dan dirinya.Dulu Reza yang memintanya untuk pergi, kemudian tidak mengakui Zaki adalah anaknya.Seakan semuanya berubah dengan sekejap saja, ada apa.Itu sangat menimbulkan tanya tanya besar, tak mungkin semuanya bisa terjadi jika bukan karena sebuah alasan entah itu benar atau tidak."Aku tidak perduli, yang jelas dia adalah anak ku! Dan, kau harus
"Kenapa dia menjadi seperti ini? Kenapa anak ku itu tidak dapat berpikir dengan jernih, apakah dia pikir hidup hanya sebatas wanita sialan itu? Nia, dan Nia, dulu dia datang meminta tanggung jawab, hari ini pun karena dia anak ku seperti ini." Umpat Liana yang tak terima dengan keadaan saat ini.Sedangkan wanita sialan yang dia maksud adalah, Nia. Wanita itu menurutnya adalah biang masalah, hingga akhirnya anaknya kini menjadi tidak waras.Sebelum Nia muncul semuanya baik-baik saja, kehidupan mereka begitu tenang.Sangat berbalik saat Nia muncul, bahkan rumah pun seperti neraka yang tak pernah ada kata damai di dalamnya.Sialan.Tidak, Liana tak akan membiarkan anaknya itu mendekam di balik jeruji besi, itu sungguh sangat menjijikkan.Masa depan anaknya bisa hancur berantakan, sedangkan Reza adalah putranya tunggalnya.Liana ingin anaknya menjadi seorang pewaris di keluarga suaminya, bukan menjadi tersangka nantinya.Dan jika tidak dicegah, maka semuanya akan berantakan. Lantas siapa
"Apa, Zaki baik-baik saja?" tanya Bunga saat Nia dan Dion kembali ke rumah.Siapa yang bisa tenang saat mengalami hal serupa?Tidak ada.Termasuk Bunga, meskipun Zaki bukan darah dagingnya. Namun, sebagai seorang manusia pastinya dia pun memiliki rasa iba.Apa lagi Zaki sudah menjadi bagian dari keluarganya, nasib malang yang menimpa anak itu sudah disaksikan langsung oleh mata kepala Bunda sendiri.Sehingga rasa iba itupun teramat besar dia rasakan."Iya, Ma," jawab Dion.Sedangkan Nia tak mampu lagi untuk berkata-kata, karena dirinya benar-benar trauma dengan hari ini.Hari yang sama sekali tidak pernah bisa terlupakan dengan begitu saja, sungguh dia sangat ketakutan jika harus kehilangan anak-anaknya.Meskipun Ayah dari Zaki adalah pria yang paling bajingan dan sangat tidak dia inginkan, tetapi kasih sayang dan cinta Nia terhadap anaknya tidak pernah berkurang sedikitpun juga."Kalau begitu, pergilah istirahat ke kamar," kata Bunga.Nia dan Dion pun segera menuju dapur, bahkan Nia
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian itu, hari ini Liana pun sudah di bawa pulang ke rumah.Keadaannya sudah membaik, karena yang terkena peluru di bagian tangannya.Namun, saat kembali ke rumah dia langsung mengajak Dion berbicara."Mas, aku ke kamar saja," Nia yang sedang berada di ruang keluarga bersama Dion dan ketiga anak mereka pun memilih untuk pergi.Dia ingin menghindari Liana, benar-benar tidak ingin lagi ada masalah."Tunggu!" Liana pun menghentikan langkah kaki Nia.Liana memang duduk di kursi roda, tetapi bukan berarti dia tidak bisa bersuara.Nia pun terdiam dan membalikkan badannya kemudian melihat wajah Liana yang tak jauh darinya."Dion, bebaskan anak ku! Kenapa kau yang memenjarakan dia, aku yang menjadi korban dan kau tahu penyebabnya siapa?" tanya Liana sambil tatapan matanya yang tajam tertuju pada Nia.Huuuufff.Nia pun hanya bisa menarik napas dengan panjang, karena apa?Karena, lagi-lagi hanya ada ketegangan dan permasalahan yang terjadi jika sudah bertemu se
"Nggak mungkin, Pa. Kamu tidak pernah mengatakan ini sebelumnya, Mama bohong, 'kan? Atau kalian sedang menyusun rencana untuk membuat sebuah drama?" tebak Liana yang tak percaya.Sungguh mendengar pernyataan tersebut membuatnya menjadi hampir tidak bisa bernapas.Alih-alih ingin menjadikan anaknya sebagai pewaris malah membuatnya tersingkir dengan mudahnya.Tidak, ini sangat tidak masuk akal dan tak pernah terpikirkan sama sekali oleh otaknya."Tapi, itu benar, Ma," jawab Chandra.Mungkin selama ini semuanya bingung mengapa dia hanya mengikuti semua peraturan yang dibuat oleh Dion.Itu karena rasa terima kasih pada mending Papa dari Dion yang sudah menjadikan dirinya sebagai anak, memberikan pendidikan tinggi.Kemudian tidak pernah membedakan antara dirinya dan juga Dion.Hingga sampailah akhirnya sebelum menghembuskan napas terakhir Abraham Winata pun memintanya untuk tetap menjaga Dion dan Bunga, karena dirinya sudah di anggap sebagai putra sulung."Enggak, ini nggak mungkin!" Liana
"Pa, ini gimana, sih? Kok, kamu nggak pernah ngomong tentang kamu yang sebenarnya sama aku?"Kekesalan Liana tak dapat di redam dengan mudahnya, kenyataan yang terungkap ini begitu membuatnya shock.Puluhan tahun menikah tetapi baru kaki ini mengetahui hal sebesar ini.Bagaimana mungkin suaminya itu bisa menutupi dengan begitu rapatnya, sehingga saat dia tahu seperti bom yang sudah di persiapkan dan di ledakan saat waktunya tiba.Chandra hanya anak angkat?Ini sangat tidak mungkin."Maaf, aku hanya menuruti apa yang dikatakan oleh, Mama. Mama, tidak mau orang tahu bahwa aku adalah anak angkat di luar sana," jawab Chandra."Tapi kenapa kamu sampai tidak bercerita pada ku, kita sudah menikah lama. Seharusnya kamu mengatakan ini sebelum kita menikah!"Chandra pun melihat Liana dengan penuh tanya, apakah maksud istrinya itu seperti yang dia pikirkan."Kamu tidak bisa menerima ku apa adanya?" tebak Chandra.Liana pun membuang pandangannya ke arah yang lainnya, sungguh sesuatu yang sepertin
Sedangkan di tempat lainnya Nia merasa tidak enak hati, dirinya sendiri bingung mengapa bisa merasakan demikian.Tetapi, itulah yang kini dia rasakan."Mas, memangnya benar, ya. Kalau, Mas Chandra, cuman anak angkat?""Iya," jawab Dion dengan lugas.Nia pun terdiam sejenak, seakan dia sedang larut dalam pikirannya sendiri."Kenapa?" tanya Dion saat menyadari wajah Nia yang yang tampak begitu berbeda.Nia pun kembali mengangkat dagunya, membalas tatapan mata Dion."Nggak papa sih, Mas. Cuman, Nia agak shock aja," jawab Nia.Dion pun mengerti dengan apa yang kini dirasakan oleh Nia.Wajar saja, karena mereka selama ini memang menutupi semua itu.Karena, mengingat mereka sudah bersama sejak dahulu, bahkan sampai mendiang Abraham Winata berpesan untuk selalu menganggap Chandra sebagai Kakaknya.Mendiang Papanya memang sangat menyayangi Chandra Winata, apa lagi sebelum Dion lahir.Hanya Chandra yang menjadi penyemangatnya dalam segala keadaan.Namun, tampaknya kini sudah berbeda. Keadaan t