Part 64Asiya berjalan di belakang Simbok. Melewati beberapa kamar dan ruangan yang banyak kursinya. Rumah Han terasa membingungkan buatnya. Setelah dua menit, sampailah ia pada ruang tamu besar dengan kursi yang mewah. Beberapa lukisan tergantung di tembok dan ada juga foto keluarga di sana.“Bapak, Ibu, ini Aisya. Dia yang akan menjadi pengasuh Den Kevin mulai besok. Tadi juga sudah kenalan sama Den Kevin dan Den Kevin sepertinya sangat suka sama Aisya,” kata Simbok dengan sopan dan masih berdiri.Aisya tidak berani menatap dua majikannya. Rumah yang sangat besar menjadikannya orang yang sangat kecil. Merasa rendah sekali posisinya.“Aisya, itu Pak Han dan bu Ines, mereka adalah pemilik rumah ini. Majikan kita,” kata Simbok.Aisya baru berani mendongakkan kepala. Menatap satu per satu orang yang duduk di kursi. Ia mengangguk sopan. Han tersenyum ramah, sementara Ines, hanya mengangguk sekedarnya tanpa menyambutnya dengan senyuman.“Maaf, saya harus panggil dengan sebutan apa?” tanya
Part 65Han pulang dengan membawa obat yang dibeli dari apotek. Ia sudah memiliki rencana merayu Aisya dengan perhatiannya. Pintu kamar gadis itu diketuk berkali-kali.Aisya yang sedang menggigil mencari hijabnya dan memakai dengan cepat lalu berjalan tertatih untuk membuka pintu. “Pak Han?” tanyanya kaget.“Aku bawakan obat untuk kamu. Ini sesuai perintah Ines,” katanya sambil memberikan satu plastik obat bertuliskan nama sebuah apotek. “Belum ada minumnya ya? Aku ambilkan. Berbaringlah! Buka pintunya. Jangan takut! Aku hanya akan mengambilkan minum,” katanya lagi.Aisya yang sudah tidak kuat lalu berbaring kembali dalam keadaan pintu masih terbuka. Han kembali datang dengan membawa segelas air putih. Memintanya duduk dan meminum obat. Aisya langsung ingin muntah saat meminum obat itu. Ia lalu berjalan ke kamar mandi dengan tertatih, dan kembali setelah muntah. Han masih duduk di lantai kamarnya.“Pak, saya tidak apa-apa, Bapak berangkat kerja lagi saja,” kata Aisya merasa tidak enak
Part 66“Aisya, maaf, aku khilaf,” kata Han meraih tubuh Aisya yang terkulai lemas menahan sakit.Aisya minggir dengan sisa tenaganya. “Tinggalkan saya. Apa Anda memberi saya uang lima belas juta untuk ini?” tanyanya sambil menangis.“Bukan, Aisya. Bukan seperti itu. Aisya, aku minta maaf dan aku janji akan bertanggung jawab pada apapun yang terjadi pada kamu. Aku janji, Asiya.”“Pergi! Anda pergi dari kamar ini!” teriaknya lantang.Han mengikuti kemauan Aisya. Dan gadis malang itu meringkuk, menggigil dan terpekur terbungkus selimut. Mengingat semua yang telah ia rencanakan ternyata hancur oleh ulah bejat Han.“Aku akan bekerja sampai hutang Bapak lunas. Setelah itu, aku akan mondok dan daftar jadi mbak ndalem biar mondoknya gratis. Aku akan mengajar ngaji menggantikan Bapak, biar Bapak yang bekerja.” Janji yang pernah diucapkan kini terngiang di telinganya.“Aisya, kamu lulus dengan nilai tertinggi.” Teriakan dari temannya kini terngiang kembali.“Ais, kamu mau bekerja ya? Cepat pul
Part 67Dodi membawa banyak sekali makanan dan sembako ke rumah orang tua Aisya. Pria bernama Ali dan istrinya bernama Hastuti itu tentu kaget dengan kedatangan orang suruhan majikan Asiya. Mereka tidak merngira kalau barang-barang itu adalah penebus untuk keperawanan anak gadis mereka. "Aisya kerjanya bagus sekali, Pak. Makanya bos mengirimkan ini. Karena anak bos jadi bisa apa saja dengan didikan Aisya," kata Dodi saat Ali kebingungan. "Tapi kenapa Aisya tidak ikut pulang?" tanya Ali. "Soalnya anak bos rewel sekali, Pak. Tidak mau pisah sama Aisya. Jadi, terpaksa lah, Aisya harus tinggal di sana dulu tanpa diberikan libur," jelas Dodi berbohong. "Apa kami boleh mengunjungi kesana?" tanya Hastuti. "Atau anaknya yang dibawa kesini? Ini adiknya Aisya sering menangis mencari kakaknya kalau mau tidur.""Kalau anaknya dibawa kesini, kayaknya gak boleh sama istrinya bos. Kalau bapak dan ibu yang kesana, coba deh ya, saya tanya dulu sama bo" Dodi berusaha bersikap santai. Dodi pamit pul
Part 68Ines menggenggam setang motor dengan perasaan marah. Ingin rasanya menarik tuas gas dan menabrak Aisya. Namun, ia sadar, ada Han di sana. "Kamu sudah bermain di belakang aku ternyata, Aisya! Gadis murahan berkedok hobi mengaji dan sok alim. Ternyata, kamu tak ubahnya sebagai pelacur jalanan. Dan sekarang kamu sedang mengandung anak suamiku? Ternyata diam-duam kamu sudah mengincar Han. Dasar wanita jalang murahan. Baiklah, aku akan membuat kamu menyesal sudah melakukan itu padaku," kata Ines dengan mata merah menyala menahan amarah. Ia melihat mobil Han bergerak pergi. Ines tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengejar dan terus membuntuti kemana perginya mobil Han.Ines mengira Han akan membawa ke rumah sakit terdekat. Ternyata salah. Pria itu mengendarai mobilnya menuju luar kota."Dasar pria licik. Pintar kamu ya mau mengelabui aku," kata Ines sambil menarik gas dengan kecepatan tinggi. Han menuju kota sebelah dan masuk di rumah sakit yang cukup elit, mambuat Ines se
Part 69"Hai, Sri! Kamu ini wanita tua bangka yang tidak tahu diri ya ternyata? Kamu tidak ingat, waktu itu kamu mengemis ke rumah kami dan meminta pekerjaan karena anak-anakmu tidak ada satupun yang peduli?" tanya Ines dengan tatapan bengis. "Dan sekarang, kamu menikam aku dari belakang. Kamu jadi pelindung wanita jalang dan pelacur ini," tunjuknya pada Aisya. Sakit hari Aisya mendengar dirinya dikatakan sebagai pelacur."Dan kamu wanita sok alim! Kamu mengaji, kamu sholat, ternyata hanya untuk meraih simpati suamiku agar tertarik sama kamu ya? Wah, luar biasa ternyata. Kalian sungguh orang-orang yang tidak tahu diuntung. Ah, benar memang, semua orang miskin itu penjilat! Datang dengan wajah seperti pengemis dan tinggal di rumahku untuk menjadi parasit, benalu dan pelacur. Dibayar berapa kamu, pelacur Aisya? Nama yang mulia tetapi kelakuan kotor sekali." Ines benar-benar berada di ujung kemarahan yang luar biasa. "Bu Ines, apa yang menimpa Aisya tidak seperti yang Anda pikirkan. Du
Part 70"Aisya, Bapak membesarkan kamu dengan keringat yang halal. Tidak sedikitpun Bapak memberi kamu makan dengan makanan yang haram, tetapi kenapa kamu kelakuannya seperti ini, Aisya?" tanya Ali kecewa."Bapak, aku diperkosa, Bapak. Bapak, aku tidak pernah berbuat yang dilarang Bapak. Aku diperkosa.""Kalau kamu diperkosa, kenapa kamu tidak pulang? Kenapa malah majikan kamu mengirimi kami makanan, mengirimi barang dan merenovasi rumah?" kaya Ali. Ia ingin membentak Aisya, tetapi masih sadar jika itu rumah sakit."Mbok, tolong jelaskan sama mereka, Mbok," kata Aisya memohon."Pak, sabar dulu, Pak. Duduklah! Saya yang akan menjelaskan," kata Sri."Saya tidak perlu penjelasan. Semuanya sudah jelas. Anakku, kebanggaanku telah menjual dirinya. Dan aku merasa jijik sekali dengan apa yang telah majikannya berikan pada kami." Ali menangis.Hastuti dan Syakib hendak menghampiri Aisya, tetapi dilarang oleh Ali."Aisya, mulai sekarang, aku tidak mengizinkan kamu menggunakan nama Aisya. Aku ti
Part 71 Aira sejak pagi sudah sumringah mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang. “Mbak Ai, nanti kalau aku kesini lagi, Mbak Ai minta oleh-oleh apa?” katanya. Aini yang sebenarnya sedih mencoba tersenyum. “Minta oleh-oleh apa ya? Apa saja yang penting Aira cepat pulang kesini,” kata Aini. “Aku kan hari bebas selama sepuluh hari dari sekarang ya, Mbak? Terus liburnya dua minggu. Aku rencananya mau bolos sekolah selama satu minggu lagi. Jadi, aku balik kesininya selama sebulan,” celoteh Aira senang. “Lhoh, kok bolos?” tanya Aini. “Soalnya aku ingin sama Ayah lama. Nanti kalau sudah balik kesini lagi, belum tentu Ayah akan kesini dengan cepat,” kata Aira sedih. “Dulu saja Ayah tidak jenguk-jenguk. Sekarang Ayah masih di rumah, Mbak Ai. Tapi nanti kalau aku udah balik kesini lagi, Ayah bakalan kerja lagi ke tempat yang jauh. Jadi, aku harus terus sama Ayah selama sebulan ini. Nanti Mbak Ai janji, ya? Ambilkan rapor aku ke sekolah.” Aini mengacungkan dua jempolnya. “Ayahnya ma