Share

Bagian 33

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-02 14:31:35

Iyan menundukkan kepala.

“Aku tidak punya waktu untuk memikirkan kalian, Iyan. Aku tidak peduli dengan anak kesayanganmu, juga istrimu yang cantik itu. Bila kalian menderita saat ini, jangan mengaitkan dengan apapun.” Nia berkata kembali dengan nada tinggi.

“Masuklah! Kamu lelah. Temani anak-anak,” perintah Irsya dengan lembut terhadap istrinya.

Nia bangkit dan segera meninggalkan Iyan yang masih terpekur di atas kursi.

Sejenak, kedua lelaki dewasa itu saling diam. Irsya tengah menyusun kata-kata untuk dapat menyadarkan mantan ipar istrinya. Sementara Iyan, dilanda kebingungan karena harus menghadapi semuanya sendiri.

“Istriku sangat terluka saat keluarga kamu meminta ginjal Dinta. Bahkan, aku juga iku marah. Tapi, dia adalah wanita yang baik. Dengan segala yang terjadi di masa lalu, dia memilih untuk melupakan. Bukan balas dendam. Jadi, apabila kamu mengalami sebuah kesusahan, berhentilah untuk menyalahkan orang lain. Belajarlah instrospeksi diri. Tidak ada manusia yang berkuasa untu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
ardy75
hanya batu nisan yg berada di atas kepala & kaki,yg mampu menyadarkan laki" picik & mendamaikan hati nya.
goodnovel comment avatar
Masrianti MamaKinan Rifqireefa
memang susah klo jumpa Sm org yg mrasa slalu benar
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
akhirnya Maya yang super sabar dengar ocehan iyan gak sanggup juga liat kelakuannya yang selalu merasa benar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 34

    Maya seolah lenyap dari kehidupan Iyan, setelah kunjungan mereka ke rumah Nia. Wanita itu telah bertekad untuk tidak lagi berhubungan dengan Iyan, dan menganggap apapun yang terjadi dalam hidup Aira, bukanlah urusannya.Iyan pun enggan menghubungi Maya lebih dulu. Ia kembali pada hidupnya bersama wanita yang tidak waras.Suatu ketika, Aira tengah tersenyum seorang diri di hadapan cermin. Baju seragam yang dipinjamkan sekolah untuk berangkat lomba, sedang ia kenakan. Berlenggak-lenggok di depan lemari sambil sesekali tertawa.Saat telah puas mencoba, ia lalu melepaskan baju itu kembali dan meletakkannya di atas kasur. Tubuh kecilnya berlari ke luar rumah untuk bermain hujan yang turun tidak lebat. Celotehan anak seusianya yang bermain air hujan, membuatnya tertarik untuk turun berbasah-basahan, meskipun seorang diri.Seperti biasa, Aira hanya menatap teman-temannya dari kejauhan. Namun, pada akhirnya ia sadar kalau dirinya tidak diinginkan hadir. Ia lalu bermain seorang diri di bawah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 36

    Rani masuk ke dalamnya, berbaring pada papan yang dipasang satu meter dari tanah. Tubuhnya menggigil kedinginan. Terus menggigil, hingga akhirnya, ia tak sadarkan diri.Sementara itu, di rumah Iyan, terjadi pertengkaran hebat. Nusri terus menerus memarahi Iyan, sementara Hanif, hanya duduk termenung terlihat berpikir.Aira masih menangis karena baju yang seidanya akan dikenakan esok hari, telah hanyut entah kemana.“Aku sudah tidak tahan, Bu,” ucap Iyan seraya menyandarkan tubuh ke kursi. Hujan masih turun dengan lebat, bahkan petir terdengar menggelegar. Membuat mereka tidak bisa keluar untuk mencari Rani.Pagi menjelang. Perdebatan kembali terjadi di rumah itu. Nusri meminta Iyan mencari istrinya, sementara Iyan ingin ke sekolah menemui guru Aira. Anaknya semalaman terus menangis karena tkut tidak bisa ikut ke acara pesta siaga.“Aku tetap akan ke sekolahan Aira dulu, Bu. Baru mencari Rani,” kata Iyan. Hatinya sudah benar-benar lelah dengan keadaan yang menghimpit.“Bila terjadi ses

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 37

    Sebuah kabar adanya seorang wanita yang ditemukan meninggal di tengah persawahan, menjadi perbincangan di kalangan warga. Lokasinya berjarak dua puluh kilometer dari tempat Iyan tinggal. Sudah berbeda kecamatan, tetapi, kabar itu santer beredar karena banyak warga yang membagikan di media sosial.Iyan sedang mengatur beberapa kendaraan yang baru saja datang. Ia memilih bekerja karena masih malas mencari Rani. Emodinya saat itu benar-benar tidak bisa dikendalikan. Lagipula, dirinya berpikir, Rani hanya pulang ke rumah orang tuanya. Itu hal yang pasti, karena beberapa kali, wanita tidak waras itu bolak-balik ke rumah lamanya.Berkali-kali, Iyan terkena kalkson orang yang lewat di area parkirnya. Hampir tertabrak, lebih tepatnya Entah mengapa, tenaganya seperti hilang.“Kamu sakit?” tanya salah satu teman Iyan sambil menyulut rokok.“Tidak. Hanya lemes saja bawaannya,” jawab Iyan lesu. Iya lalu duduk di sebuah papan yang tersedia untuk tukang parkir.“Pulanglah! Jangan dipaksakan. Nanti

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 38

    Dengan keadaan tubuh yang lemas, Iyan berangkat menuju puskesmas yang tertera di media sosial, sebagai tempat mayat itu berada. Wildan sama sekali tidak berani bertanya pada kawannya. Berkali-kali, ia harus menahan tubuh Iyan yang hendak ambruk dari atas motor. Menempuh jarak tiga puluh menit, mereka sampai di tempat yang dituju. Dengan dipapah Wildan, Iyan berjalan menuju tempat informasi. “Boleh tahu, Bapak itu ada hubungan apa dengan mayat yang ditemukan?” tanya petugas setelah mengetahui maksud kedatangan mereka. “Saya suaminya, Pak,” jawab Iyan dengan tangis yang sudah tidak dapat dibendung lagi. Wildan sangat kaget mendengar jawaban temannya. Ia lalu memapah Iyan ke kamar jenzah tanpa banyak bertanya. Dengan tangan bergetar, ayah Aira membuka kain yang mentupi jenazah sang istri. Ia berteriak histeris seraya memeluk wajah Rani. Tangisnya sudah tidak dapat dibendung lagi. Berbagai rasa berkecamuk dalam dada. Sedih, menyesal, dan marah terhadap dirinya sendiri. “Sabar, Yan ….

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 39

    Nusri melangkah, melewati para pelayat yang masih melantunkan ayat suci Al-Qur’an—untuk mengajak Aira minggir. Beberapa pasang mata menatap pilu pada gadis kecil yang menangis sesenggukan di samping jenazah sang ibunda. Bahkan, orang-orang yang tadinya membenci Aira, untuk sejenak, rasa itu berubah menjadi iba dan belas kasihan.“Ra, ayo, jangan di sini,” ajak Nusri lembut. Sedu sedan pun terdengar dari mulutnya.Aira menggeleng lemah, dalam keadaan kepala masih menelungkup.“Malu, dilihat banyak orang. Ibu juga mau dimandikan,” ucap Nusri lagi.“A-aku ma-mau di si-si-ni,” jawab Aira terbata.“Ibu mau dimandikan,” ucap Nusri lagi.Aira tetap menggeleng.“Yu Nusri, mau dimandikan,” ucap salah satu warga dari pintu tengah.Bisik-bisik terdengar di ruang tengah yang mengatakan, Aira tidak mau beranjak dari jenazah Rani. Agam yang mendengarnya segera bangkit, meninggalkan Iyan yang masih tidak sadarkan diri.“Ayo, kita biarkan Ibu mandi dulu,” ujar Agam pada Aira.Anak Agam menoleh, menat

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 40

    “Sudah selesai, berdoanya?” tanya Agam pada Aira.Gadis kecil itu menoleh dan mengangguk. Matanya terlihat merah.“Sudah makan?” tanya Agam.Aira menggeleng.“Mau makan sate kesukaan Aira? Ayo, Pak Dhe belikan,” ajak Agam.Aira yang masih malu dengan Agam hanya mengangguk lirih.“Bersiap, ya? Pak Dhe mau ajak Mas Bilal,” ujar Agam.Adat di desa Agam menerapkan untuk memanggil Mas, pada anak dari saudara tertua orang tua yang bersangkutan, meskipun usianya lebih kecil.Agam berlalu, masuk ke kamar dimana ada sang istri dan anaknya tertidur. Saat pintu dibuka, rupa-rupanya, Bilal Bilal sudah bangun.“La, aku mau ajak Bilal sama Aira keluar beli sate, ya? Kamu ikut, ya?” ucap Agam pada sang istri.“Aku mau bantu-bantu acara tahlilan, Mas. Kamu pergi saja sama Bilal dan Aira,” jawab Laila.“Baiklah. Kamu mau nitip apa? Mau dibelikan apa?” tanya Agam kemudian.“Tidak usah, Mas. Di rumah banyak makanan kok. Ajaklah saja Aira berkeliling-keliling, supaya rasa sedihnya sedikit hilang,” jawab

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 41

    Pada waktu yang sudah ditentukan, di hari libur, Agam mengajak Iyan dan Aira berkunjung ke rumah Nia. Hanya mereka bertiga. Karena memang acaranya adalah mengantar Iyan untuk meminta maaf. Sehingga bagi Agam, tidak perlu membawa banyak orang.“Ibu ikut ya, Gam? Pengin ketemu sama Dinta dan danis,” pinta Nusri mengharap.“Tidak usah, Bu. Kami ke sana itu mau bahas hal penting. Kalau Ibu ikut, nanti malah pembahasannya kemana-mana,” jawab Agam menolak.“Kemana-mana gimana sih, Gam? Ya enggaklah. Wong paling bahas apa, sih? Hal sepele,” sahut Hanif ikut menimpali.Agam diam, tidak mau berdebat dengan bapaknya yang suka mengambil kesimpulan sendiri.Ia lebih memilih membantu memakaikan jaket di tubuh Aira.“Nanti jangan sampai, Gam, Iyan disakiti perasaannya sama Nia. Lha menurut Bapak sih, ya, kami itu ikut. Kami ‘kan orang tua kamu, jadi harus selalu ada di sisi kalian saat kalian terkena suatu masalah. Bapak itu tidak rela kalau kalian ke sana sendirian. Takutnya ada apa-apa, tidak ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 42

    Ia lalu mengajak kedua keluarganya turun.Menaiki teras rumah Nia, Agam sembari mengedarkan pandangan. Sudah banyak yang berubah dari saat ia pergi dulu. Tentu saja. Karena Nia telah memiliki pasangan baru.Garasi mobil telah ada di halaman, dan berisi dua kendaraan beroda empat yang mewah. Hati Agam sedikit menciut. Meskipun saat ini hubungannya telah membaik dengan mantan istri, tapi rasa minder dan kesalahan yang pernah ia lakukan dulu, kembali hadir memenuhi kalbu. Maklum saja, setelah terakhir kali datang saat Dinta ulang tahun, ia tak pernah lagi menginjakkan kaki di rumah itu.“Mas ….” Panggilan dari Iyan membuat Agam tersadar kembali.Bel rumah ditekan Agam berkali-kali. Beberapa menit kemudian, sosok wanita yang telihat semakin cantik meski hanya memakai daster batik dan jilbab instan, berdiri di ambang pintu. Ia tersenyum pada Agam, lalu tatapannya beralih pada Iyan, dan terakhir Aira. Senyum di bibir Nia kembali meredup saat melihat dua orang yang sangat ia benci di masa la

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status