"Sejak kapan kau berdiri di sana, Lucky?"Nathan menyimpan kembali ponselnya. Dia geram. Dia membalikkan badan menatap pemandangan kota St Petersburg dari atas balkon. Lucky berjalan mendekati sang tuan. "Hmm, kira-kira sejak 7 menit yang lalu," jawab Lucky. Dia menatap jam mahal hadiah ulang tahun dari Nathan tahun lalu. "Oh, selain hobi bersolek, kau rupanya memiliki hobi mencuri dengar Bos mu," ujar Nathan menuduh sang asisten. "Masih ada lagi, Tuan Muda. Saya juga gemar ikut campur urusan pribadi Anda," timpal Lucky. Dia memainkan rambutnya yang baru saja berganti warna kuning keemasan. "Kapan kau akan mengundurkan diri? Saya akan memberikan uang pesangon untuk kau mengganti kelamin."Nathan memadamkan rokoknya. Dia terlihat begitu frustasi menghadapi sang asisten. "Oh, jangan terburu-buru, Tuan," sahut Lucky bersikap masa bodo. "Setelah nanti Anda benar-benar terlepas dari Nona Xaquila, saat itulah saya akan pensiun menjadi asisten Anda."Nathan menatap Lucky sinis. "Jangan s
"Apa?! Katakan dengan jelas dan jangan berbelit-belit!"Lucky tersenyum ketika Nathan menatapnya. "Oke, karena ini adalah permintaan Anda, maka saya tidak akan segan-segan," katanya. Lucky mendekati tuannya. Dia sedikit berjinjit, lalu mendekati telinga Nathan. Dia berbisik, "Anda terlihat seperti seorang Suami yang bucin kepada Istrinya."Dada Nathan bergemuruh. "Benarkah seperti itu, Lucky? Mengapa kau berkata sebelumnya? Saya harus menjaga image di depan Alicia."Lucky menggeleng ketika melihat sang tuan pergi meninggalkan dirinya. "Dan sekarang pun dia pergi setelah saya mengatakan kejujuran," keluh Lucky."Tuan Lucky!" panggil seorang wanita. Lucky menoleh ke seorang wanita berpakaian rapi dengan wajah yang familiar. 'Oh, dia adalah salah satu pelayan keluarga Volkov!' serunya. Lucky berusaha mengatur ritme jantungnya yang berdebar. "Ya? Ada apa, Nona?" tanyanya. Tatapan mata keduanya beradu. Lucky menatap intens si pelayan, begitu juga sebaliknya."AnーAnda ....""Ya?"'Bukan
"Alicia, apa kau lelah? Nathan bisa menggendong mu jika mau."Itu adalah ucapan Ainsley. Setelah 1 jam lamanya mereka berada di dalam Mariinsky Theatre, akhirnya pertunjukan balet Giselle pun berakhir. Ada rasa haru juga kagum yang dirasakan oleh Alicia. "Oh, tiー" Alicia melirik Nathan yang berwajah masam. "Tiーtidak perlu, Ma," jawabnya terbata. Mereka berjalan menyusuri koridor menuju lobi Mariinsky Theatre di mana mobil sudah menunggu. Melihat Nathan diam saja, Lucky segera bertindak."Tuan Muda!" panggil Lucky dengan berbisik.Nathan melirik asistennya. "Kali ini, apa lagi?""Bukankah Anda dan Nona Alicia harus bermain peran di hadapan Nyonya Ainsley? Apa Anda ingin pernikahan kontrak ini terbongkar?" tanya Lucky sekadar mengingatkan sang tuan. "Hmm ...." Nathan mendengus dingin. 'Sudah cukup aku memakaikan mantel di dalam ruang teater tadi. Dan sekarang, apa aku harus bersikap lebih manis lagi?' pikir Nathan. 'Cih! Itu seperti bukan diriku!'Usai mencemooh diri sendiri, Natha
"Dia pergi ...."Alicia berdiri di bawah jendela kamar yang terbuka. Wajahnya pucat. Tubuhnya lemah. Dia juga tidak merias diri sebagaimana biasanya. "Alicia, kau sungguh malang," ucapnya perlahan pada dirinya sendiri. "Dia benar-benar pergi meninggalkan mu, Alicia."Alicia mengecam nasibnya sendiri. Dia menatap kepergian Nathan dengan kedua mata yang basah. "Apa aku dan dia akan berakhir seperti ini? Bagaimana dengan kontrak pernikahan kami?"Alicia mencoba bertahan dengan perasaannya. Lalu, apa yang bisa dilakukannya sekarang?Alicia mulai sibuk menghapus air matanya yang mengalir deras. "Kau bahkan tidak mengatakan apapun sebelum pergi," ucapnya lagi. "Bukan ucapan perpisahan yang ingin kudengar. Namun, ungkapan perasaanmu, Nath ...."Alicia tidak bisa membendung kesedihannya. "Oh, apa yang sebenarnya aku harapkan dari pria dingin sepertimu," ujarnya patah hati. "Aku berjanji akan mempertahankan anak ini meskipun kau tidak menginginkannya. Karena ... karena rasa cintaku padamu yan
"Aku mohon! Jangan, Nath!"Suara-suara itu berasal dari Alicia. Awalnya, Ainsley dan Andrei berpikir bahwa Alicia menyerukan kalimat-kalimat tersebut untuk mereka. Namun, melihat Alicia masih menutup mata, Ainsley dan Andrei pun tahu bahwa Alicia berceloteh di alam bawah sadarnya."Saya akan pergi menghubungi Dokter kandungan Nona Alicia sekarang," kata Andrei. Dia meraih ponsel dari dalam sakunya seraya menjauhkan dirinya dari ranjang. Ainsley hanya mengangguk. Dia tidak kuasa menahan sakit melihat keadaan Alicia."Apa yang terjadi diantara kau dan Nathan, Cia? Kalian bertengkar? Apa dia menyakitimu? Hmm? Katakan, Cia! Saya berjanji akan membantu setiap kesulitanmu ...."Akhirnya, bayang-bayang masa lalu Ainsley muncul. Ketika berusia muda, Ainsley sangat rapuh karena pernikahannya dengan Thomas tidak bahagia. "Kau tidak akan bernasib sama seperti Mama, Cia. Meskipun saya hanyalah Ibu mertuamu, tetapi saya begitu menyayangimu. Karena ...." Ainsley menghentikan bicaranya. Dia mengus
'Ada yang tidak beres di sini,' pikir Lucky. Dia menatap Nathan yang sama sekali terlihat tidak senang dengan kehadiran Xaquila dan Leonardo. Lucky, tersenyum mendekati Nathan. "Tuan Muda, Anda harus segera bersiap!""Ya," sahut Nathan singkat. Lucky menarik tangan Xaquila dari perut Nathan. Dia menjauhkan wanita itu dari tuannya. "Maaf, Nona. Kedatangan Anda sangat mengganggu Tuan saya. Mulai sekarang, tolong jaga jarak aman Anda dan Tuan Nathan!"Lucky selalu memiliki cara tersendiri untuk menjauhi sang mantan kekasih tuannya. Dia tetap tersenyum walaupun Xaquila menatap ke arahnya dengan jijik. Xaquila memegangi perutnya yang terasa sakit. "Hei, asisten bodoh!" panggilnya. "Jangan sentuh saya! Karena anak saya tidak ingin bersentuhan dengan pria lemah gemulai sepertimu."Mendengar tutur kata Xaquila, sontak semua orang menatap bagian perut Xaquila. "Perutmu membesar. Xaquila, kauー"Nathan menatap perut Xaquila dengan tidak percaya. Dia menolak kenyataan di depan matanya. 'Mungki
"Xaquila, kauー" "Oh, tentu saja kau melakukan hubungan intim dengan Istrimu." Xaquila tersenyum ketika mengatakannya. Bukan senyum tulus yang dia perlihatkan, melainkan senyum palsu. 'Apa yang direncanakan wanita ini? Terlepas dari apapun tujuannya, aku akan dengan senang hati mengikutinya,' ungkap hati kecil Nathan. Dia membiarkan Xaquila melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Xaquila melingkarkan kedua tangan di leher Nathan. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Nathan. "Apakah permainan ranjang Istrimu lebih baik dariku?" tanyanya dengan berbisik. Nathan teringat sosok Alicia yang benar-benar lugu. 'Aku bahkan tidak menyangka bahwa aku adalah pria pertama yang menyentuh Alicia', batin Nathan. 'Dia ... dia jauh lebih baik darimu, Xaquila.' "Nath, mengapa kau hanya diam saja? Oh, apakah kau sedang merindukan Istrimu?" Xaquila menjulurkan lidah, lalu memainkannya di sekitar daun telinga Nathan. "Uhmm, sejak kapan kau luluh dengan seorang wanita, selain aku, Nath?" 'Ya
"Menikah denganmu?" tanya Nathan dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Mengapa aku harus menikahi mu?"Xaquila menggenggam tangan Nathan erat-erat. Dia tersenyum sambil menatap sang mantan kekasih."Karena akulah satu-satunya wanita yang kau cintai," jawab Xaquila penuh percaya diri. Nathan mencemooh jawaban Xaquila. "Kau terlihat begitu yakin, Xaquila," katanya. Dia berdiri, lalu jalan ke arah meja kerjanya. "Nath, aku serius! Kita bahkan sudah bertunangan sebelumnya."Xaquila duduk bersandar dengan lemah. Dia menatap Nathan dan mendesah pelan, "Uhmm ....""Apa kau amnesia? Kau sendiri yang telah memutuskan tali pertunangan kita secara sepihak," ujar Nathan sambil menghidupkan laptop."Nath, akuー" Xaquila menggerakkan gigi ketika Nathan tidak memberikan celah untuk membela dirinya sendiri."Kini, mengapa kau kembali padaku dalam keadaan hamil? Kau bahkan tidak menjawab pertanyaanku satupun. Oh, di mana rasa malumu?"Xaquila menitikkan air mata. "Dia terlihat begitu menyedihk
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber