Ini adalah hari paling istimewa dalam hidup Keyra.
Setelah bertahun-tahun pacaran dengan Milo, Michael Angelo, kini dia menjadi istri sah dari pria tersebut.
Saat mendengar Milo mengucap janji pernikahan tadi, gadis itu sampai menangis haru karena tak menyangka bahwa pria tersebut menepati janjinya untuk menikah dengan Keyra.
Setelah melewati pesta pernikahan yang meriah dan melelahkan, akhirnya Keyra bisa berdua saja dengan Milo di kamar.
Gadis itu benar-benar tak sabar untuk melakukan banyak hal dengan pria yang sangat dicintainya tersebut. Menjelang pernikahan, mereka tidak bisa bertemu selama berbulan-bulan, jadi wajar jika saat ini, rasa rindu Keyra benar-benar sudah menggunung.
"Terima kasih sudah menjadi suamiku, Milo," bisik Keyra sambil memeluk pria di depannya dengan penuh cinta, membenamkan pipinya di dada pria tersebut.
Anehnya, Milo yang dia kenal begitu mencintai dirinya bahkan sejak SMA, kali ini tak membalas pelukan gadis tersebut.
Keyra mendongakkan wajahnya untuk melihat Milo, tatapannya penuh tanda tanya kepada pria yang semakin tampan dari masa ketika mereka SMA tersebut.
Pria yang dipeluk Keyra itu balas menatap Keyra dengan senyum canggung lalu melepas pelukan gadis itu dengan gerakan lembut.
"Aku ... aku mandi dulu, ya?" ucap Milo sambil berjalan agak cepat ke kamar mandi yang ada di kamar mereka.
Keyra menatap punggung Milo yang semakin menjauh tersebut dengan senyum geli.
Apakah dia malu-malu karena ini malam pertama mereka?
Berpikir seperti itu, Keyra tersenyum-senyum sendiri dan mulai berbaring di ranjang pernikahan mereka yang bertabur bunga mawar.
Sebenarnya Keyra sedikit aneh dengan sikap Milo yang tak biasa tersebut, biasanya begitu mereka bertemu, pria itu sudah menghujani Keyra dengan pelukan dan ciuman seakan tak ada hari lagi setelah hari ini.
Namun ini, sejak mereka bertemu di pelaminan sampai sekarang, hanya satu kali Milo melayangkan ciuman padanya.
Keyra mencoba mengusir pikiran bahwa saat ini Milo memyesal menikah dengannya, karena beberapa minggu lalu justru pria itulah yang mengajak untuk memajukan hari pernikahan mereka dan mengatakan untuk tak sabar meminang Keyra sebagai istrinya.
Lalu kenapa pria ini sekarang begitu dingin setelah mereka menikah?
"Kamu tidurlah lebih dulu, ada pekerjaan yang harus kuselesaikan malam ini juga."
Ucapan Milo setelah Keyra menunggu dirinya keluar dari kamar mandi, membuat gadis itu seketika kecewa berat.
Padahal dia sudah menyiapkan segalanya untuk malam pertama ini, dan membersihkan badannya selama ber jam-jam hanya karena ingin memberi yang terbaik untuk Milo.
Lalu apa ini?
"Baiklah."
Akhirnya hanya itu yang diucap oleh Keyra sebagai jawaban dan mulai berbaring miring memunggungi Milo.
Sayangnya, ditunggu berapa lama pun, pria itu benar-benar tidak mendekat ke arah Keyra yang merajuk, tapi tetap sibuk di depan laptopnya.
Sambil menarik napas panjang, Keyra akhirnya hanya bisa memejamkan matanya karena sudah kehilangan harapan untuk melakukan malam pertama.
Ketika Keyra sudah di ambang antara sadar dan tidak, dia merasakan sebuah ciuman lembut di pipinya.
"Maafkan aku."
Bisikan dari Milo tersebut, seketika meluruhkan segala kesal yang membuncah di dada gadis itu.
Keyra tersenyum bahagia dan mulai tidur dengan tenang.
***
Keyra terbangun di tengah malam karena kehausan, ketika mendapati bahwa Milo tidak tidur di sampingnya, gadis itu menjadi penasaran dan berjalan ke luar kamar untuk mencari suaminya tersebut.
"Ke mana dia pergi malam-malam seperti ini?" bisik Keyra sambil terus berjalan menyusuri lorong rumah Milo yang besar.
Setelah menikah, Milo memang mengajak gadis itu untuk tinggal di rumahnya dengan alasan bahwa sang ibu kesepian karena ayahnya sudah meninggal.
Keyra masih belum terbiasa dengan letak rumah ini sehingga dia pun berjalan pelan-pelan.
Tiba-tiba Keyra mendengar percakapan samar tak jauh darinya.
Keyra menghentikan langkahnya, menatap ke tempat terang di depan yang sepertinya sebuah ruangan keluarga, di mana ada ibu mertuanya berdiri di depan Milo yang duduk di sofa.
"Bersikaplah lebih lembut padanya, dia istrimu sekarang."
Keyra sebenarnya ingin segera pergi karena tak bermaksud menguping pembicaraan ibu mertua dengan suaminya tersebut, tapi saat sang ibu mertua membicarakan dirinya, gadis itu dilanda penasaran.
"Aku ... aku belum bisa, Ma."
Jawaban Milo membuat Keyra mengerutkan kening.
Belum bisa?
Apakah dugaannya benar bahwa ternyata Milo memyesali pernikahan ini?
Jantung gadis itu berdebar sangat kencang, menajamkan pendengarannya sambil mundur perlahan agar tidak terpergok sedang menguping.
"Tapi bagaimana pun juga bukankah kamu yang memilh menjalani hal ini, alih-alih memberi tahu kenyataan yang sebenarnya kepada Keyra? Aku sayang pada dia, kalau kamu nggak siap, jangan sakiti dia, El."
Kening Keyra berkerut dalam saat ibu mertuanya memanggil Milo dengan nama El, saudara kembar suaminya tersebut. Bukannya Milo, padahal jelas-jelas itu suami Keyra.
"Aku akan berusaha sebaik mungkin menjadi seperti Milo, beri aku waktu, Ma. Aku janji akan melakukan tugas ini dengan baik."
Jawaban suaminya tersebut membuat Keyra seperti disambar petir di siang bolong.
Dia menutup mulutnya rapat-rapat dengan telapak tangan, tak percaya dengan apa yang didengarnya tersebut.
"Aku percaya padamu, El. Tolong jangan membuatku kepikiran. Kalo kamu memang mau menyamar menjadi Milo untuk Keyra, lakukan dengan baik selayaknya Milo memperlakukan gadis tersebut."
"Mama nggak perlu menghawatirkan apa pun, aku akan benar-benar bersikap sebagai Milo di depan Keyra, bukankah dia bahkan nggak menyadari perbedaan kami?"
Hati Keyra semakin hancur mendengar semua itu, fakta bahwa dirinya ditipu di pernikahannya sendiri membuat gadis itu merasa bahwa dunianya telah berakhir saat itu juga.
Bagaimana bisa yang menjadi suaminya adalah El, panggilan Miguel Angelo yang merupakan saudara kembar kekasihnya sendiri?
Lalu ke mana Milo pergi meninggalkan dirinya?
Lemas dan hancur, Keyra berjalan pelan menuju kamarnya dan menangis tersedu-sedu.
****
Keyra menangis sampai tertidur, dia terus menangisi nasibnya yang sangat menyedihkan ini sampai dada terasa sesak, sementara itu Milo, ah, bukan Milo, tapi Miguel, pria yang menipu dirinya dan berpura-pura menjadi Milo tak kembali ke kamar sampai gadis itu tertidur dengan mata bengkak."Selamat pagi, Istriku."Keyra merasakan kecupan ringan yang terasa lembut di pipi, dia membuka mata dan mendapati Miguel sudah rapi dengan setelan jas-nya.Kalau saja dia belum tahu kenyataan bahwa pria ini bukanlah Milo, mungkin Keyra akan tersenyum lebar penuh binar bahagia karena hal seperti ini, dibangunkan dengan ciuman oleh Milo, adalah impian mereka sebelum menikah.Namun, saat ini Keyra hanya tersenyum tipis, hatinya begitu sakit hanya untuk sekadar berbasa-basi dan bertingkah seakan tak tahu apa-apa."Bangunlah, Sayang. Mama sudah menunggu kita untuk sarapan bersama," ucap Miguel seraya menarik tan
"Suamiku."Keyra menyambut kedatangan Miguel dari pulang kerja dengan masih berakting sebagai istri yang baik, menatap pria itu dengan penuh cinta lalu mencium tangan Miguel dengan lembut dan mengambil tas kerja serta jas sang suami sebelum kemudian menyampirkannya di lengan.Tindakannya tersebut sangat manis dan penuh perhatian, membuat orang yang melihat benar-benar mengira bahwa perempuan itu sangat mencintai suaminya.Sebagai balasan, Miguel mengecup lembut kening gadis di depannya tersebut dan membalas senyumannya dengan senyum tak kalah manis."Apakah kamu lelah? Aku akan menyiapkan air panas untukmu, Suamiku."Keyra kini berjalan pelan di samping Miguel menuju kamar mereka di lantai atas.Miguel yang menyampirkan tangannya di pundak perempuan yang tinggi badannya hanya sepundak pria itu, mengangguk.Keduanya saling berpandangan dengan penuh cinta seakan bunga-bunga bermekaran di sekitar mereka."Terima kasih banyak atas
Pembicaraan mereka terpaksa dihentikan, Miguel tersenyum sinis dan berjalan ke dalam dress room untuk berganti baju. "Istriku yang cantik, ayo kita makan malam bersama." Kata-kata itu begitu manis, tapi diucapkan oleh Miguel dengan nada tajam dan menyindir sehingga Keyra hanya merasa sakit dan kesal saat mendengarnya. Keyra dengan sangat terpaksa menggamit lengan pria yang dibencinya sejak SMA tersebut lalu berjalan turun bersama menuju ruang makan keluarga. Miguel hanya melirik wajah datar Keyra, tersenyum sinis dalam hati. Sebagai seorang pebisnis, nalurinya sangat kuat, dan pria ini sudah mulai curiga bahwa Keyra mendengar pembicaraan dirinya dan sang ibu kemarin malam saat pagi hari melihat mata istrinya yang bengkak. Makan malam keluarga berjalan dengan tenang. Keyra yang marah karena sikap sinis Miguel ketika mereka hendak pergi ke ruang makan dan mengabaikan permintaan Keyra untuk cerai, dengan sengaja mengambilkan lauk
"Belum menikah seminggu sudah bercerai? Aku tidak mau mengotori nama baik keluarga Angelo dengan melakukan hal itu," tandas suaminya dengan suara sinis.Istrinya hanya membuang muka ke pemandangan kamar mereka yang besar dan mewah, tak sudi menatap wajah sang suami yang telah menipu dirinya mentah-mentah tersebut."Meskipun ratusan atau bahkan ribuan kali kau minta bercerai, aku tak akan mengabulkannya. Ah, aku juga tak akan memberikan dirimu akses untuk melakukan hal itu, Istriku yang cantik," lanjut Miguel, dengan sengaja membelai lembut pipi istrinya tersebut.Kasar, Keyra menepis jemari Miguel dari sana. Tatapan benci terpancar jelas di matanya."Jangan berani-berani menyentuhku!"Miguel tertawa geli mendengar raungan wanita muda di depannya tersebut, menyilangkan tangan di dada dengan dagu sedikit terangkat.Berbeda dengan Milo yang lembut dan penuh perhatian ketika bersama Keyra, saudara kembarnya ini mempunyai aura dominan yang membua
Gadis itu tiba-tiba bangkit dan menggucang-guncang tubuh Miguel, ekspresinya begitu putus asa dan kehilangan harapan."Tolong katakan padaku, di mana dia sekarang?! Di mana? Aku lebih sakit saat harus menikah dengan kamu, daripada menghadapi kabar terburuk tentang Milo. Jadi katakan padaku, Milo di mana, apa yang sudah terjadi padanya, apa?!"Miguel yang sakit hati mendengar perkataan kejam Keyra, menyingkirkan tangan gadis itu dari tubuhnya dengan kasar."Jadi menurut kamu, aku ini adalah penderitaan?""Aku sedang tak ingin membicarakan tentang kamu, aku hanya ingin tahu di mana Milo, di mana?!"Keyra yang didorong Miguel, menggeleng-geleng seraya mengusap air matanya dengan punggung tangan.Miguel menarik napas panjang, lama-lama tak tega melihat gadis itu terlihat sangat menyedihkan.Ekspresinya melunak saat menatap Keyra yang menangis dengan bahu terguncang naik turun."Kalau kau nanti tahu kenyataannya, apakah kau tetap in
Selepas kepergian Miguel, Keyra berlari untuk mengambil ponselnya, mencari di mana letak perbedaan chat Milo padanya akhir-akhir ini sebelum mereka menikah.Dia sudah bersama Milo delapan tahun lebih, mereka berpacaran sejak kelas tiga SMA, yang mana Keyra adalah cinta pertama Milo, tentu saja Keyra hafal di luar kepala bagaimana gaya chat Milo.Milo yang berbeda sekolah dengan Keyra, meski terkenal sebagai preman di sekolahnya, tapi dia memperlakukan Keyra dengan sangat baik.Milo tak pernah memanggil nama Keyra, tapi selalu menyebut dirinya 'BAE', yang artinya belahan jiwa.Bahkan sampai keduanya berusaha di atas dua puluh lima tahun, Milo masih setia memanggil Keyra dengan sebutan Bae.Itu adalah panggilan yang imut dan Keyra sangat suka saat Milo memanggil dirinya 'Bae', seakan sebuah ciri khas yang tak bisa lepas dari Milo.Untunglah setelah menikah, Miguel tahu diri dan tak memanggil gadis itu Bae, apakah dia menghormati panggilan itu
Ragu-ragu, Keyra mengetuk tanda memanggil di nomor ponsel baru milik Milo tersebut, dia takut menghadapi kenyataan bahwa dugaannya beberapa saat lalu tentang Miguel yang mulai menyamar menjadi Milo semenjak Milo memberitahu dirinya tentang terpaksa ganti nomor tersebut ternyata benar.Dan, panggilan tersambung hanya dalam beberapa detik, suara seseorang yang menerima telepon dari Keyra tersebut, seketika membuat gadis itu merinding."Ah, Sayang, kenapa menelepon? Apakah kau sudah rindu padaku? Atau ranjang pernikahan kita terasa dingin tanpa kehadiranku?"Ucapan sinis yang keluar dari mulut Miguel tersebut seketika membuat Keyra melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur dengan emosi membara."Bajingan! Ternyata dugaanku benar!"Dia ... si berengsek itu ternyata telah menipu dirinya selama beberapa minggu lebih dan dengan tak tahu malunya bersikap seakan tak ada apa-apa.Dasar pria psikopat!Bisa-bisanya dia melakukan semua itu tanpa
"Key, akhirnya aku akan menikah! Suamiku sama seperti kamu, seorang pemilik perusahaan. Dia bos di tempatku bekerja, akhirnya aku pun menjadi nyonya besar sepertimu, Key!" Kata-kata itu masih membekas jelas di ingatan Keyra tiap kali mengingat Luna Olivia, saudara sepupu yang sudah tinggal di rumahnya sejak SD dan selalu tak mau kalah dengan Keyra. Keyra bukannya tak senang mendengar kabar itu, tapi ambisi Luna yang selalu ingin mengalahkan dirinya membuat Keyra selalu merasa sedikit tidak nyaman. Hal itu menjadikan Keyra semakin takut saat membayangkan bagaimana jika keluarganya tahu dia meminta bercerai dari suaminya, Luna pasti akan tertawa atas penderitaannya tersebut. Lalu ibunya, akan membanding-bandingkan nasibnya dengan Luna yang pastinya tak berhenti dalam sehari dua hari. Memikirkan hal itu saja sudah pusing. Ekspektasi keluarganya sangat tinggi saat tahu bahwa akhirnya Keyra menjadi istr
Kepala Keyra seperti tersiram air dingin mendengar kabar dari seseorang yang meneleponnya. "Ini... ini tidak mungkin! Miguel, bagaimana bisa...." Keyra berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan panik. Bagaimana bisa semua menjadi serba kebetulan? Ibu mertuanya berencana menggulingkan Miguel dari jabatan sebagai presiden direktur di perusahaan yang dia pegang, dan kini tiba-tiba Miguel menghilang dengan kabar diculik seseorang. "Apakah ini ulah Mama? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, tapi segalanya menjadi mungkin sekarang." Keyra hampir menangis saat dia berusaha menghubungi Miguel tapi ponsel pria itu tidak aktif. Dia tertawa tanpa suara menyadari kebodohannya. Tentu saja ponsel Miguel tidak akan aktif! Dia sedang diculik! [Jangan lapor polisi dan jangan beritahu siapa pun. Ikuti instruksi dariku untuk mengambil kembali Miguel.] Pesan yang dikirim oleh nomor yang tadi menghubungi dirinya membuat Keyra sekalinya ketakutan.
Keyra dalam mood yang begitu buruk pagi ini.Itu semua karena Miguel yang mengatakan bahwa dia harus menunda kepulangan entah sampai kapan, sementara Keyra begitu bosan berada di rumah."Kenapa ditunda, sih? Padahal dia tahu kalau aku kesepian," rutuk Keyra dalam hati sambil bersungut-sungut ketika membaca pesan permintaan maaf dari Miguel."Aaaah, aku sangat bosan. Apa nanti aku jalan-jalan saja ke mall untuk mencari udara segar?"Keyra akhirnya memutuskan setelah sarapan dan hal lainnya, wanita itu akan pergi keluar untuk mencari udara segar.Dia kini baru menyadari bahwa ternyata tak punya banyak teman, Keyra tiba-tiba ingat teman SMA nya dulu yang tinggal satu asrama, namanya Erika.Dari semua penghuni asrama, meskipun perkenalan mereka hanya sebentar tapi Erika lumayan akrab dengannya."Apa aku bertanya saja kabarnya dan mengajak bertemu, ya? Apakah dia masih ingat aku? Jangan-jangan dia sudah lupa," gumam Keyra kepada dirinya se
[El, tadi aku diminta mama menemani Rafe belajar buku-buku bisnis dan....]Keyra segera menghapus lagi ketikan di ponsel dan tak jadi mengirimkannya kepada Miguel, berpikir ulang tentang kata-kata ibu mertuanya tadi ketika dia berada di ruang keluarga bersama Rafe dan mertuanya."Jangan memberi tahu Miguel tentang hal ini, Key. Kau tidak ingin kalau terjadi pertikaian di keluarga ini kalau Miguel salah paham, 'kan?"Seakan tahu bahwa Keyra pasti akan lapor kepada suaminya, Nyonya Davne sudah melarang wanita itu melakukannya."Besok saja kalau Miguel pulang, aku akan bercerita secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman."Akhirnya Keyra memutuskan seperti itu setelah berpikir bahwa mungkin jika dia mengatakannya lewat chat, akan ada kesalahpahaman seperti yang dikhawatirkan ibu mertuanya.Malam itu, setelah Keyra menemani Rafe belajar ilmu bisnis dari buku-buku yang dibawa adik iparnya tersebut, Keyra bersiap tidur dan mengurungkan niat men
"Mama bilang, kenapa selalu aku yang selamat?"Ucapan lirih yang keluar dari mulut Miguel, membuat Keyra seketika terdiam.Dulu, dulu saat pertama kali mendengar cerita Miguel bahwa calon suaminya meninggal dunia karena mengendarai mobil yang biasa Miguel pakai bekerja, sejujurnya sempat terlintas dalam diri Keyra pertanyaan seperti itu.Kenapa Miguel yang selamat? Kenapa justru Milo yang meninggal padahal itu mobil Miguel?Keyra merasa sedikit tertohok, apalagi ketika melihat ekspresi kesakitan dan tertekan di wajah Miguel yang tampan.Kini Keyra sadar kenapa Miguel begitu suram, jarang tersenyum dan seperti tak tertarik sama sekali dengan kehidupan.Itu karena apa yang dia alami sudah terlalu berat, di balik ke profesionalnnya saat bekerja, yang dijuluki presiden direktur paling jenius karena di usia muda sudah bisa membawa perusahaan besar yang dia pegang menuju kesukse
"Dulu sikap mama tidak seperti ini," ujar Miguel membuka cerita.Ini adalah sebuah kenangan pahit yang tak pernah dia buka kepada siapa pun. Miguel terus menyimpannya sendiri dan berharap suatu hari sikap dingin yang kadang-kadang muncul dari mamanya itu suatu saat menghilang.Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan kosong.Apalagi setelah kematian Milo yang menggunakan mobil milik Miguel, tatapan menuduh sering kali Miguel rasakan dari sorot mata ibu kandungnya."El ...."Keyra merasa menyesal saat melihat wajah sendu suaminya, dia menyesal karena telah membuka luka yang sepertinya sudah hampir sembuh.Dia juga menyesal kenapa sekarang mereka berjauhan sehingga tak bisa memeluk suaminya tersebut untuk memberi kekuatan."Kalau kau tak bisa mengatakannya, tidak apa-apa, El," ucap Keyra buru-buru, tapi Miguel menggeleng.Dia tersenyum samar dan menggeleng lagi."Tidak apa-apa, aku memang mau berbagi padamu agar kau t
"Sudah makan, El?"Malam hari, sesuai janji Keyra kepada Miguel, wanita itu pun mau menerima panggilan video dari suaminya yang kini melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Miguel yang kini tampak duduk santai di sofa hotel tempat dia menginap, mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya."Sudah dong, Sayang. Tak perlu menghawatirkan aku, aku makan dengan sangat baik di sini, hanya saja ada yang terasa sangat kurang," jawab Miguel yang masih memakai kemeja putih yang ia kenakan saat pertemuan bisnis dengan klien dengan satu kancing terbuka bagian atas.Rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat cukup acak-acakan, mungkin karena sudah dalam keadaan tidak bekerja jadi penampilannya pun menjadi santai.Namun, penampilannya seperti itu malah membuat Miguel tampak seksi sehingga Keyra tergila-gila hanya dengan memandang wajah suaminya di layar ponsel."Ya? Apa itu? Kau bisa meminta sekretarismu untuk mencari apa yang kau inginkan, El. Pok
"El." Keyra yang terburu-buru menyusul Miguel ke kamar, berjalan pelan mendatangi sang suami yang tampak sibuk membereskan barang-barang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri. "What happen, Dear?" Keyra memeluk lembut lengan Miguel, bertanya dengan sorot penuh kekhawatiran. "Tidak ada, aku hanya sedang terburu-buru berangkat ke luar negeri. Itu saja," jawab Miguel yang masih menolak menatap Keyra. Emosinya masih bergejolak mengingat perkataan ibunya di meja makan tadi, dia tak ingin Keyra melihat dirinya ketika dalam keadaan seperti sekarang. "Kau belum makan apa pun, El. Makanlah dulu sebelum pergi," bujuk Keyra dengan lembut, memberikan tas kerja kepada sang suami yang terus menunduk entah sibuk melakukan apa. "Aku akan makan di perjalanan atau di pesawat." Miguel menjawab singkat, mengalihkan pandang dari Keyra. Keyra tak mau menyerah dan segera membalik tubuh Miguel agar mau menatap dirinya, lalu kembali
"Adik?"Di tengah keheningan ruang makan, Keyra bertanya dengan ekspresi tak percaya.Nyonya Davne, ibu mertuanya mengangguk dengan senyum lebar ketika tatapannya terarah pada Keyra.Berbeda sekali dengan ketika dia memandang Miguel beberapa saat lalu, mata perempuan itu menyipit tak suka."Iya, Sayangku. Ini adik iparmu, Rafael. Panggil dia Rafe mulai dari sekarang, dia putra bungsu mama yang telah hilang sejak bayi," terang mama mertuanya dengan mata berbinar dan memandang Raffi, seorang pria yang selama sebulan ini menjadi sopir pribadi Nyonya Davne, tiba-tiba menjadi adik ipar Keyra.Nyonya Davne menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana kisah Rafe, putra bungsu yang terbuang ini.Dulu, tujuh tahun setelah melahirkan bayi kembar Miguel dan Milo, Nyonya Davne melahirkan lagi seorang anak.Namun, oleh rumah sakit diberi tahu bahwa putra yang dia lahirkan telah meninggal dunia.Perempuan itu tak menyangka bahwa ada seseorang
"E,El? Ada apa, Sayang?"Keyra begitu terkejut ketika Miguel tahu-tahu memeluk dirinya yang baru selesai mandi dan berganti baju dari belakang.Miguel tak menjawab apa pun, menyibak rambut panjang istrinya yang sedikit bergelombang dan menciumi lehernya."H-hey! Semalam, kan, kita sudah bercinta sampai beberapa ronde, apakah kau ingin lagi?"Keyra bertanya dengan wajah memerah karena malu saat suaminya itu tak berhenti menciuminya.Mereka sebentar lagi harus turun ke bawah untuk sarapan bersama ibu Miguel, Keyra tak mungkin membiarkan mertuanya menunggu terlalu lama karena harus melayani nafsu Miguel.Miguel sendiri sudah siap berangkat bekerja dengan setelan jas hitam dan kemeja abu-abu gelap di baliknya.Miguel menggeleng, kembali memeluk istrinya dari belakang dengan wajah muram."Aku hanya merindukanmu," bisiknya, menaruh dagunya di atas kepala Keyra dan memejamkan mata.Tadi, karena tak bisa menahan emosi, Miguel be